- freepik
Seberapa Banyak Manusia Boleh Memanfaatkan Bumi? Simak Tafsir Surah Al Mulk Ayat 15 Ini
Jakarta, tvOnenews.com - Dalam surah Al Mulk ayat 15, Allah SWT mengizinkan manusia memanfaatkan bumi.
Namun sebagaimana boleh dimanfaatkan? Berikut tafsir surah Al Mulk ayat 15 yang dilansir tvOnenews.com dari Qur’an Kementerian Agama (Kemenag).
Surah Al Mulk Ayat 15
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ
Huwal-lażī ja‘ala lakumul-arḍa żalūlan famsyū fī manākibihā wa kulū mir rizqih(ī), wa ilaihin-nusyūr(u).
Artinya:
Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka, jelajahilah segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan.
Tafsir Tahlili Surah Al Mulk Ayat 15
Surah Al Mulk ayat 15 menerangkan nikmat Allah yang tiada terhingga yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia.
Hal ini dengan menyatakan bahwa Allah SWT telah menciptakan bumi dan memudahkannya untuk mereka.
Sehingga mereka dapat mengambil manfaat yang tidak terhingga untuk kepentingan hidup mereka.
Allah SWT menciptakan bumi itu bundar dan melayang-layang di angkasa luas.
Manusia tinggal di atasnya seperti berada di tempat yang datar terhampar, tenang, dan tidak bergoyang.
Dengan perputaran bumi terjadilah malam dan siang.
Sehingga manusia dapat berusaha pada siang hari dan beristirahat pada malam hari.
Bumi memancarkan sumber-sumber mata air, yang mengalirkan air untuk diminum manusia dan binatang ternak peliharaannya.
Dengan air itu pula manusia mengairi kebun-kebun dan sawah-sawah mereka, demikian pula kolam-kolam tempat mereka memelihara ikan.
Maka dengan air itu pula mereka mandi membersihkan badan mereka yang telah kotor, sehingga mereka merasa segar dan nyaman.
Diciptakan-Nya pula bukit-bukit, lembah-lembah, gunung-gunung yang menghijau yang menyejukkan hati orang yang memandangnya.
Dari celah-celah bukit itu mengalirlah sungai-sungai dan di antara bukit-bukit dan lembah-lembah itu manusia membuat jalan-jalan yang menghubungkan suatu negeri dengan negeri yang lain.
Maka itulah bukti, betapa banyaknya nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada manusia.
Seandainya Allah SWT menahan suatu nikmat saja kepada manusia, misalnya tidak memberikan udara yang akan dihirup, manusia akan mengalami penderitaan yang sangat.
Siapakah yang dapat mengingkari nikmat Allah yang demikian banyaknya itu?
Menurut para ilmuwan, bumi yang diselimuti atmosfer sangat dinamis.
Proses-proses geologi yang mencakup dari proses erosi, pengendapan, naik-turun muka laut, gempa bumi, pergerakan magma, sampai ke letusan gunung api dalam rentang waktu jutaan tahun telah memungkinkan terjadinya cebakan-cebakan mineral maupun energi.
Sementara di bagian lain, laut dan atmosfer pun tak kalah dinamisnya.
Interaksinya dengan daratan dan perjalanannya bersama bulan mengitari matahari membentuk iklim dan musim.
Proses-proses dinamis yang melibatkan daratan-laut dan atmosfer tersebut telah menimbulkan terjadinya siklus hidrologi yang pada gilirannya menurunkan hujan dan menyebabkan kesuburan tanah.
Bahkan menyebabkan terbentuknya cadangan air baik di danau, sungai maupun dalam tanah.
Sebagaimana kita tahu, oksigen dan air yang merupakan kebutuhan vital manusia tersedia melimpah dan amat mudah didapatkannya.
Maka surah Al Mulk ayat 15 ini menyatakan bahwa dengan sifat rahman-Nya kepada seluruh umat manusia, maka Allah bukan saja telah menyediakan seluruh sarana dan prasarana bagi manusia.
Allah SWT juga telah memudahkan manusia untuk hidup di permukaan bumi.
Manusia diperintahkan Allah untuk berjalan di permukaan bumi untuk mengenali baik tempatnya, penghuninya, manusianya, hewan dan tumbuhannya.
Hal ini karena manusia tidak saja diberi udara, tumbuhan, hewan, dan cuaca yang menyenangkan, tapi juga diberi perlengkapan dan kenyamanan untuk mencari rezeki di bumi dengan segala yang ada di atasnya maupun terkandung di dalamnya.
Setelah Allah SWT menerangkan bahwa alam ini diciptakan untuk manusia dan memudahkannya untuk keperluan mereka, maka manusia diperintahkan agar berjalan di muka bumi, untuk memperhatikan keindahan alam, berusaha mengolah alam yang mudah ini, berdagang, beternak, bercocok tanam dan mencari rezeki yang halal.
Hal ini karena semua yang disediakan Allah itu harus diolah dan diusahakan lebih dahulu sebelum dimanfaatkan bagi keperluan hidup manusia.
Dengan memahami ayat ini, dapat dikemukakan hal-hal yang berikut:
1. Allah memerintahkan agar manusia berusaha dan mengolah alam untuk kepentingan mereka guna memperoleh rezeki yang halal.
Hal ini berarti bahwa tidak mau berusaha dan bersifat pemalas bertentangan dengan perintah Allah.
2. Karena berusaha dan mencari rezeki itu termasuk melaksanakan perintah Allah.
Maka orang yang berusaha dan mencari rezeki adalah orang yang menaati Allah, dan hal itu termasuk ibadah.
Dengan perkataan lain bahwa berusaha dan mencari rezeki itu bukan mengurangi ibadah, tetapi memperkuat dan memperbanyak ibadah itu sendiri.
Diriwayatkan oleh Aḥmad dari Umar bin Khattab, sesungguhnya ia mendengar Rasulullah bersabda:
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُوْ خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا. (رواه الترمذي وأحمد والبيهقي وأبو داود عن عمر بن الخطاب)
Jika kalian benar-benar bertawakal kepada Allah sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana Allah memberikan rezeki-Nya kepada burung. Pergi mencari rezeki dengan perut yang kosong, dan petang hari ia kembali ke sarangnya dengan perut yang berisi penuh. (Riwayat at-Tirmiżī, Aḥmad, al-Baihaqī, dan Abū Dāwud dari ‘Umar bin al-Khaṭṭāb)
Hadis ini menunjukkan bahwa sejak pagi hari sampai petang adalah waktu untuk mencari rezeki.
Hal ini seperti yang telah dilakukan oleh seekor burung.
Jika manusia benar-benar mau berusaha sejak pagi sampai petang pasti Allah memberinya rezeki.
Mereka pasti tidak akan kelaparan.
Dari hadis ini juga dapat dipahami bahwa orang yang tidak mau berusaha tidak akan diberi rezeki oleh Allah.
Diriwayatkan oleh al-Ḥākim dan at-Tirmiżī dari Mu’āwiyah bin Qurrah, ia berkata,
“Pada suatu hari Umar bin Khaṭṭāb lewat di perkampungan suatu kaum, lalu beliau bertanya kepada kaum itu, “Siapakah kamu?” Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang yang bertawakal kepada Allah.”
Umar berkata, “Kamu bukanlah orang-orang yang bertawakal kepada Allah, melainkan orang-orang yang telah dimakan karat. Adapun orang yang bertawakal kepada Allah ialah orang yang menanamkan benih ke dalam tanah, lalu ia bertawakal kepada Allah.”
Jadi, manusia boleh memanfaatkan bumi asalkan tidak merusaknya.
Wallahu’alam
(put