- freepik
Ustaz Adi Hidayat Ingatkan Cara Hadapi Pemimpin yang Zalim: Tidak Menghina atau Mencela
Jakarta, tvOnenews.com - Dalam sebuah ceramah, Ustaz Adi Hidayat pernah menjelaskan cara menghadapi pemimpin yang zalim.
Ustaz Adi Hidayat mengingatkan jika ada pemimpin yang salah, bukan menghina atau mencela tapi hal pertama yang harus dilakukan adalah dialog.
“Ini adab yang pertama ada dialog di sini,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
“Anda bukan Nabi, bukan rasul tidak seperti Musa, tidak sebaik Harun, berdakwah kepada orang yang tidak sejahat Firaun, kenapa mesti kasar?” tanya Ustaz Adi Hidayat.
Hal ini karena Al-Qur’an tidak pernah mengajarkan untuk mencela, meski orang tersebut salah dan zalim.
“Kenapa Anda bisa mencela? Qur’an tidak pernah mengajarkan kita untuk mencela orang,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
Jika memang tidak suka, Ustaz Adi Hidayat mengingatkan, haruslah fokus pada perbuatan bukan orangnya.
“Kalaupun kita tidak suka yang kita celah perbuatannya bukan orangnya. Bahkan seburuk-buruknya Firaun tidak pernah disebutkan nama aslinya,” tandas Ustaz Adi Hidayat.
Maka jika ada yang salah, perbaiki perilakunya bukan Anda mencelanya.
“Jikalau ada seseorang berbuat salah kepada Anda yang anda perbaiki itu perilakunya bukan mencela orangnya,” saran Ustaz Adi Hidayat.
“Karena ketika Anda mencela nama seseorang barangkali ada orang dengan nama yang sama belum tentu punya perilaku yang serupa. Awas hati-hati,” lanjut Ustaz Adi Hidayat.
Hal ini karena kata Ustaz Adi Hidayat, Allah SWT Maha Kasih yang selalu memberikan kesempatan hambaNya untuk taubat.
Hal ini sebagaimana kisah Nabi Musa As dan Nabi Harun As saat diutus kepada Firaun.
Ustaz Adi Hidayat Ingatkan Cara Hadapi Pemimpin yang Zalim: Tidak Menghina atau Mencela (Sumber: freepik)
Meski kejam, Allah SWT tetap memberikan kesempatan Firaun untuk taubat.
“Saya kembali tegaskan, Allah itu punya sifat kasih yang luar biasa,” ujar Ustaz Adi Hidayat.
Firaun dikisahkan manusia paling zalim. Bahkan ia mengaku dirinya Tuhan dan meminta rakyat menyembahnya.
“Bahkan Firaun memerintahkan algojonya untuk eksekusi terhadap bayi yang baru lahir di depan ibunya,”
Sebagaimana dikisahkan pada kisah Nabi Musa As, peramal Firaun mengatakan bahwa anak laki-laki yang lahir di tahun itu akan menjatuhkan dirinya dari tahta.
Maka Firaun memerintah seluruh bayi laki-laki yang lahir di tahun itu untuk langsung dibunuh ketika setelah dilahirkan.
Namun atas izin Allah SWT, Nabi Musa As malah diangkat menjadi anak oleh istri Firaun.
“Qur'an surah kedua Al Baqarah di ayat 48-49 posisi paling kiri sebelah atas.
Ingatlah kisah ketika kami selamatkan umatnya Musa itu dari kekejaman Firaun,” tutur Ustaz Adi Hidayat.
Dari kisah Firaun maka jelas betapa sadisnya raja itu.
Namun Allah SWT masih sayang dengan mengirimkannya dua nabi sekaligus.
Ustaz Adi Hidayat Ingatkan Cara Hadapi Pemimpin yang Zalim: Tidak Menghina atau Mencela (Sumber: freepik)
“Firaun manusia paling durjana mengaku Tuhan, melakukan pembunuhan tingkat tinggi tapi saking Rahman Ya Allah selama nyawanya belum sampai ke kerongkongan masih diberikan kesempatan untuk bertaubat,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
“Bahkan dikirimkan dua nabi langsung, Musa dengan Harun berdakwah kepada Firaun satu orang,” lanjutnya.
Padahal kita saja, kata Ustaz Adi Hidayat, nabi hanya satu dan belum pernah melihat Nabi Muhammad SAW.
Namun sangking sayangnya Allah SWT dengan Firaun diutus dua Nabi oleh Allah SWT agar ia bisa kembali.
Maka Allah SWT memerintahkan agar Nabi Musa dan Nabi Harun pergi ke Firaun dan ajak ke kebaikan bukan untuk mencela.
“Ini prinsip dakwah. Bagaimana cara berdakwah yang baik? Katakan pada makhluk ini pada Firaun ini kata-kata yang lembut halus bukan celaan,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
“Barangkali dengan kelembutan ini sifat dan sikap kita dia bisa Ingat kepada Allah kemudian berubah menjadi takut kepada Allah SWT,” lanjutnya.
Maka setiap Muslim disarankan oleh Ustaz Adi Hidayat mengambil hikmah dari kisah Nabi Musa dan Nabi Harun yang diperintahkan berdakwah kepada Firaun.
“Diperintahkan berdakwah kepada Firaun manusia paling durjana, pembunuh yang sangat sadis mengaku Tuhan, diperintahkan oleh Allah katakan yang lembut,” ujarnya.
Selain Firaun, dalam ceramahnya itu, Ustaz Adi Hidayat juga menceritakan kisah Nabi Ibrahim yang diperintahkan menasihati raja yang mengaku nabi.
“Silahkan Anda cari ada cari banyak penguasa di dalam Al-Qur’an, maaf ada Firaun misalnya ada raja-raja yang lain seperti Namrud dan sebagainya, tapi ketika mereka salah yang terjadi pertama kali itu bukan celaan, tidak ada ayat yang mengatakan hina dia,” jelas Ustaz.
Hal ini karena kata Ustaz Adi Hidayat, penguasa karena punya sifat manusia dan fitrah manusia itu baik seharusnya kepemimpinan ini digunakan pada yang baik-baik.
“Untuk melayani masyarakatnya memberikan putusan-putusan yang baik tapi di sini kemudian tiba ada penyimpangan-penyimpangan. Bahkan dia menganggap bahwa dia yang paling kuasa,” kata Ustaz Adi Hidayat.
Bahkan ada raja yang mengaku sebagai nabi.
Kemudian Allah SWT utus Nabi Ibrahim untuk meluruskan sikap penguasa ini.
“Apa yang terjadi terjadi dialog disini,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
“Ini kalimat yang paling indah ketika ada seseorang melakukan kesalahan bahkan terjadi pada seorang penguasa maka tidak ada satu ayatpun disebutkan di Qur’an untuk mencela,” nasihat Ustaz Adi Hidayat.
“Yang terjadi adalah Allah utus seorang rasul memberikan nasihat yang baik,” lanjutnya.
Dilakukan diskusi dalam kebaikan dan diberikan masukan.
“Yang barangkali dia keliru itu bukan karena dia niat sengaja untuk keliru karena ada jalan yang ditempuh itu salah yang harus diluruskan,” ujarnya.
“Ini adab. Maka kalau antum punya teman misalnya beda pendapat dengan Antum kalau ingin menyelesaikan jangan saling cela,” sambung Ustaz Adi Hidayat.
Maka jika terjadi sesuatu maka coba duduk bersama diskusikan.
“Kalau kemudian terjadi perbedaan pendapat, tiba-tiba saling mencela, tiba-tiba ada yang saling menyakiti, berarti Anda telah keluar dari ketentuan Al-Qur’an,” ujar Ustaz Adi Hidayat.
Maka jika saling mencela, artinya menurut Ustaz Adi Hidayat ada yang salah.
Kemudian dalam kisah Nabi Ibrahim As, setelah dialog, muncul sifat sombong dari sang penguasa saat itu.
Hal ini karena memang orang yang sedang di atas sulit untuk langsung diluruskan.
“Ini isyarat pertama bahwa mohon maaf kadang-kadang orang yang merasa tinggi itu tidak seketika bisa diluruskan,” ujar Ustaz Adi Hidayat.
“Tidak seketika bisa diluruskan jadi orang ini ketika diluruskan Nabi Ibrahim Allah bisa menghidupkan dan mematikan Anda.
Qur’an disini menjelaskan kadang-kadang memberikan penjelasan kepada orang tidak semudah yang kita harapkan,” lanjutnya.
Kemudian ketika penguasa itu sombong, maka disarankan berkonsultasi dengan orang yang memiliki ilmu lebih tinggi.
“Ini Manhaj kepada kita kalau kita berdialog dengan orang-orang yang sekiranya punya kesetaraan dalam ilmu, Anda bisa berkonsultasi dengan orang lebih tinggi dibandingkan Anda.
“Jangan mempertahankan pendapat yang tidak tepat. Maka jika Anda menemukan sesuatu yang tidak tepat kemudian Anda kebingungan tanyakan pada orang yang paham. Jelas Itu poin pertamanya,” saran Ustaz Adi Hidayat.
Itulah saran Ustaz Adi Hidayat ketika ada pemimpin yang zalim.
Semoga bermanfaat dan disarankan bertanya langsung kepada ulama, pendakwah atau ahli agama Islam, agar mendapatkan pemahaman yang lebih dalam.
Wallahu’alam
(put)