- Kolase tangkapan layar YouTube Adi Hidayat Official & iStockPhoto
Walau Doa Setelah Shalat Tahajud sampai Menangis Malah Hajat Masih Tak Didengar, Ustaz Adi Hidayat Ungkap Penyebabnya
tvOnenews.com - Ustaz Adi Hidayat menjelaskan tentang doa setelah shalat Tahajud sebagai waktu yang tepat mendapat banyak keutamaan.
Ustaz Adi Hidayat mengatakan biasanya umat Muslim melantunkan doa setelah shalat Tahajud untuk meminta hajat dikabulkan oleh Allah SWT.
Ustaz Adi Hidayat menyampaikan mereka sampai menangis setelah shalat Tahajud menyempatkan mengisi doa agar hajat diinginkannya terkabulkan oleh-Nya.
Namun, Ustaz Adi Hidayat menyatakan doa setelah shalat Tahajud tidak diterima meski sampai menangis karena ada penyebabnya.
"Karena prinsip doa itu seharusnya terkabul, tapi ada orang-orang tertentu yang tak kalah meminta, Allah tidak akan mengabulkannya sepanjang hidupnya kalau dalam masih keadaan seperti itu," ungkap Ustaz Adi Hidayat dikutip tvOnenews.com dari kanal YouTube Mentari Senja TV, Minggu (6/10/2024).
Ilustrasi melantunkan doa meminta hajat setelah shalat Tahajud. (Istimewa)
Direktur Quantum Akhyar Institute itu memahami banyak orang menganggap doa pada sepertiga malam sangat mustajab.
Terutama bagi mereka memiliki banyak hajat yang disampaikan melalui lantunan doa.
Biasanya umat Muslim mempunyai hajat yang sangat terpopuler terkait meminta aliran rezeki yang sangat deras kepada Allah SWT.
Menurut mereka, Allah SWT mengabulkan rezeki hamba-Nya yang telah berusaha dan rutin menunaikan Tahajud dan doa setiap hari.
Tak hanya itu, orang mukmin juga sampai menangis lantaran saat berdoa kepada Allah SWT sangat khusyuk.
Meski demikian, pendakwah asal Pandeglang, Banten itu menuturkan doa tidak akan diijabah selama memelihara sifat ini.
Ia berpendapat orang yang kerap kali melakukan sifat ini maka doa pada waktu Tahajudnya selama bertahun-tahun tidak akan didengar oleh Allah SWT.
Ia menyampaikan hal tersebut telah diterangkan dalam dalil Al-Quran dari Surah Al-Baqarah Ayat 186, Allah SWT berfirman:
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
Artinya: "Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS. Al-Baqarah, 2:186)
Pendakwah karismatik lulusan S2 di UIN Bandung itu mengungkapkan doa pada waktu shalat Tahajud tidak kunjung diijabah diterangkan dalam dalil di atas maupun hadits riwayatnya Rasulullah SAW.
Ustaz Adi Hidayat menyebutkan apabila seseorang masih dalam kondisi haram dijamin doanya tidak terkabul.
Menurutnya, kondisi haram seseorang sangat berpengaruh pada pengabulan hajatnya dilantunkan saat berdoa kepada Allah SWT.
Ia merincikan kondisi haram tersebut meliputi pakaian, makanan, minuman, serta benda-benda yang dikenakan seorang mukmin.
"Ini sebelum berdoa pastikan dulu itu halal pastikan baik. Jadi jangan sampai misalnya Antum berdoa sudah menangis tersedu-sedu disebut nama Allah Asmaul Husna dipanjatkan di pertengahan malam," jelasnya.
"Tapi pakaiannya haram, makanannya haram, yang dikenakannya haram, sajadahnya haram bagaimana bisa dijawab itu," tandasnya.
Hal tersebut menjadi salah satu penjelasan dari hadits riwayat dalam Al-Arba'in An'Nawawiyah Nomor ke-10 terkait kondisi haram berpengaruh pada terkabulnya doa, begini bunyinya:
نْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ المُرْسَلِيْنَ فَقَالَ {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا} وَقَالَ تَعَالَى {يَا أَيُّهَا الذِّيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ ومشربه حرام وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ.رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Artinya: “Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik (thayyib), tidak menerima kecuali yang baik (thayyib). Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum mukminin seperti apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shalih.’ (QS. Al-Mu’minun: 51). Dan Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu.’ (QS. Al-Baqarah: 172). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan seseorang yang lama bepergian; rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, wahai Rabbku.’ Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dari yang haram, bagaimana mungkin doanya bisa terkabul.” (HR. Muslim Nomor 1015)
Wallahu A'lam Bishawab.
(hap)