Ilustrasi sedekah bumi dalam pembahasan naskah khutbah Jumat singkat.
Sumber :
  • Istockphoto

Naskah Khutbah Jumat 18 Oktober 2024: Berbuat Sedekah untuk Bumi Berujung Kesyirikan

Jumat, 18 Oktober 2024 - 04:20 WIB

tvOnenews.com - Naskah khutbah Jumat mempunyai ciri-ciri sebagai kegiatan ibadah. Itu terjadi sebelum imam memulai shalat Jumat.

Naskah khutbah Jumat mengandung pahala bagi kalangan laki-laki yang mendengar khatib saat mengisi ceramah. Materi-materinya berisi ajakan, nasihat hingga pengingat agar tidak melakukan dosa.

Naskah khutbah Jumat tidak berisi sifat cacian. Bahkan materinya mengandung banyak manfaat dijadikan pelajaran hidup dan penerapan dalam sehari-hari.

Kini naskah khutbah Jumat memiliki versi dengan singkat. Itu berguna mempersingkat waktu khatib agar shalat Jumat segera dimulai oleh imam. Terutama bagi yang masih mempunyai kesibukan aktivitas bekerja untuk mencari nafkah.

Naskah khutbah Jumat ini bermanfaat bagi khatib mencari rekomendasi beberapa tema untuk pelaksanaan shalat Jumat pada 18 Oktober 2024. Tema judul ini mengambil tentang sedekah bumi.

Ilustrasi jemaah shalat Jumat mendengar naskah khutbah Jumat saat khatib berceramah di mimbar masjid
Sumber :
  • iStockPhoto

 

Namun, sedekah bumi akan berujung kesyirikan. Ini merupakan pembahasan yang akan dijelaskan pada naskah khutbah Jumat dalam artikel ini.

Dikutip tvOnenews.com dari khotbahjumat pada Jumat (18/10/2024), naskah khutbah Jumat pada tema ini mengambil judul "Berbuat Sedekah untuk Bumi Berujung Kesyirikan".

Naskah Khutbah Jumat Singkat Tema Berbuat Sedekah untuk Bumi Berujung Kesyirikan

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا لِلْأَعْمَالِ الْجَارِيَة, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ والبَرَكَاتُ عَلَى خَيْرِ البَرِيَّة، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالذُّرِّيَّة

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَ رْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ

Kaum muslimin yang dirahmati dan dimuliakan oleh Allah SWT

Marilah kita senantiasa melontarkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT telah melimpahkan segala karunia-Nya tanpa pamrih dan seluruh alam semesta yang diberikan fungsinya masing-masing untuk selalu beribadah kepada-Nya. Kita masih mendapat kesehatan sebagai tanda rasa syukur untuk selalu berterima kasih kepada-Nya masih menghidupkan kita sampai saat ini.

Tak lupa marilah kita memuji kepada Baginda Nabi Muhammad SAW menggunakan bacaan sholawatnya yang telah dianjurkan sebagai bentuk kecintaan kepada beliau. Ini mengingat beliau berjuang dalam menyampaikan kebenaran dan larangan sesuai ketetapan dari Allah SWT.

Khatib ingin meminta izin untuk menyampaikan bahan materi ceramah spesial untuk dijadikan pengingat kepada kita semua. Tema kali ini mengacu pada sedekah bumi.

Sedekah bumi kali ini bukan berarti kita memberikan segalanya. Biasanya sedekah mengandung tindakan baik dilakukan seseorang. Namun, ini bisa berujung kesyirikan yang wajib kita kenali bersama.

Sedekah bumi berasal dari materi ini bermaksud pada setiap manusia menyerahkan dan menjadikan tanah untuk tanda rasa terima kasih mereka. Kemakmuran yang dirasa sebagai tanda buruk menimbulkan kesyirikan.

Mereka menyerahkan sepenuh hati kepada bumi membuatnya hilang akal. Sampai ada yang memboyong batu dari tanah-tanah bersifat haram. Batu itu akan berbuah hasil seperti tumbukan yang semakin tinggi biasa dikenal patung dan semacamnya.

Tumpukan tersebut akan membuat manusia seperti diibaratkan menyembah berhala. Padahal berhala sangatlah menjadi larangan keras dari Allah SWT agar tidak disembah dan membawa mereka akan terkena azab-Nya.

Kadang-kadang seseorang menunjukkan rasa cintanya kepada lingkungan berada di muka bumi yang padahal dari ciptaan-Nya namun berujung disembah. Beberapa hal yang kerap menjadi populer sesembahan dari mereka di antaranya berhala, bumi, matahari, bulan hingga sang dewi dipercaya memberikan keberkahan untuk mereka.

Kesyirikan akan terus meraja lela jika tidak disertakan bimbingan berasal dari wahyu. Mereka menganggap sesuatu yang berjasa untuk kehidupan mereka akan dibalasnya dalam bentuk sesembahan.

Kehadiran Nabi Muhammad SAW menjadi utusan Allah SWT sangat membantu dalam memberikan bimbingan kembali ke jalan benar. Meski beberapa makhluk dapat bermanfaat bagi manusia di antaranya bebatuan, gunung, matahari, bulan, pohon, sungai dan sebagainya membawa malapetaka walaupun itu semua dari ciptaan Allah SWT.

Sedekah bumi berujung kesyirikan telah diluruskan oleh-Nya melalui dalil Al-Quran dari Surah Fussilat Ayat 37, Allah SWT berfirman:

وَمِنْ اٰيٰتِهِ الَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُۗ لَا تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَهُنَّ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ

Artinya: "Sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud pada matahari dan jangan (pula) pada bulan. Bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya jika kamu hanya menyembah kepada-Nya." (QS. Fussilat, 41:37)

Praktik pelanggaran ini bermula dari terbentuknya pola pikir manusia. Mereka menganggap manusia tidak menanamkan rasa terima kasih kepada alam. Sayangnya saat mereka berterima kasih berujung penyembahan pada salah satu unsur alam.

Latar belakang yang membuat mereka memunculkan asumsi telah menikmati banyak keberhakan diambil dari alam hingga hidup karena alam. Itu akan menimbulkan spekulasi bahwa mereka berpotensi menyembah alam.

Keputusan tersebut tidak berdasarkan pola pikir yang jernih. Bahkan tidak berada dalam logika yang tepat. Namun, realitanya sudah terjadi dapat menyebabkan kesyirikan bahkan telah ada pada zaman Nabi Muhammad SAW.

Kaca mata dari zaman sekarang berupa orang-orang membawa atau memberikan sajen. Biasanya hal tersebut berbentuk binatang sembelihan, makanan hingga benda lainnya.

Pada zaman dahulu juga sudah menggambarkan banyak sajen berupa makanan berada di sekitaran berhala, makanan di pohon keramat. Tentu, itu hal yang tidak wajar untuk diterima dalam logika.

Jika melihat pada contoh pohon. Mereka berpendapat ada banyak manfaat dihasilkan dari pohon rindang. Misalnya untuk tempat meneduh baik berlindung dari panas terik matahari atau hujan yang mengguyur daratan.

Kesyirikan berasal dari godaan setan. Itu sudah menjadi sebutan dari Allah SWT bahwa makhluk gaib akan melakukan tugasnya setahap demi setahap.

Jemaah sidang Jumat rahimahumullah

Kita sudah mendapat kehidupan dengan alam yang luar biasa. Itu semua berasal dari pemberian dari Allah SWT. Ada alam berbentuk gunung, lautan, sungai dan beragam lainnya dijadikan sebagai tanda bersyukur bukan menanamkan kesyirikan.

Dari kehadiran mereka bisa membuat kita nyaman dalam menjalani kehidupan. Kita juga tidak melupakan untuk senantiasa beribadah kepada Allah SWT sebagaimana tugas utama kita dihidupkan untuk menyembah-Nya.

Kaum muslimin rahimahumullah

Demikianlah disampaikan khatib pada sesi khutbah Jumat pertama, semoga kita tidak menjadikan alam untuk sesembaran. Kebiasaan buruk ini harus melandaskan kita menjauhi segala larangan-Nya dan masuk dalam golongan istiqomah di atas tahuid.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

(hap)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:35
01:19
00:33
02:13
02:38
00:47
Viral