- istockphoto
Hadis Tentang Kemiskinan
Jakarta, tvOnenews.com - Dalam ajaran Islam, kemiskinan bukanlah alasan untuk menjadikan seorang Muslim kufur (ingkar kepada Allah).
Namun kemiskinan dapat menjadi ujian yang berat seorang Muslim yang berpotensi membuatnya berputus asa dan bahkan meninggalkan keimanannya jika tidak dihadapi dengan sabar dan tawakkal.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Na’im, Rasulullah SAW bersabda,
كَادَ اْلفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا
Artinya: “Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran.”
Lalu apa makna dari hadis yang mengatakan kemiskinan dekat dengan kekufuran?
Dilansir dari NU Online, makna hadis itu pertama bahwa ini peringatan agar orang-orang miskin harus selalu hati-hati atau waspada terhadap kemiskinannya.
Hal ini karena keadaannya yang serba kekurangan dapat menggoda seorang Muslim untuk melakukan kemaksiatan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Misalnya, karena kemiskinannya, seorang suami yang miskin melakukan perampokan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Kemudian bisa pula seorang ibu yang miskin karena tekanan ekonomi menjual diri demi menghidupi anak-anaknya.
Selain itu, bisa juga seorang pemuda yang miskin yang tidak kunjung dapat pekerjaan lalu nekat melakukan pencurian.
Bahkan yang membahayakan rela berpindah ke agama lain karena adanya bantuan-bantuan ekonomi yang mampu menyejahterakan hidupnya.
Maka mengingat beratnya godaan-godaan yang dialami orang-orang miskin, maka setiap Muslim harus pandai-pandai membentengi keimanannya dengan sabar dan syukur.
Maka dengan sikap seperti ini orang-orang miskin akan bisa tangguh menghadapi godaan-godaan yang bisa menggoyahkan imannya.
Sabar dan syukur adalah memang dua konsep penting dalam Islam.
Sabar dan syukur adalah yang berperan penting dalam membentuk kepribadian seorang Muslim.
Sabar dan syukur bahkan bisa dikatakan memiliki kedudukan yang sangat mulia dalam ajaran agama Islam.
Hal ini karena sabar dan syukur merupakan respons yang baik terhadap segala keadaan hidup, baik saat menghadapi ujian atau kesulitan, maupun saat mendapatkan nikmat dari Allah SWT.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,,
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Artinya: “Kaya itu bukanlah lantaran banyak harta. Tetapi, kaya itu adalah kaya jiwa.” (Hadis Bukhari dan Muslim)
Maka jika disimak artinya, hadis di atas mengingatkan kepada setiap Muslim bahwa orang yang kaya harta bisa saja ia sesungguhnya adalah orang miskin disebabkan karena lemahnya jiwa atau iman.
Maka orang yang seperti ini disebut miskin spiritual dan sama bahayanya dengan miskin material.
Misalnya adalah orang kaya enggan mengeluarkan zakat dan sedekahnya karena jiwa atau hatinya memang miskin.
Orang-orang seperti itu sesungguhnya telah kufur atau ingkar dari perintah Allah SWT.
Contoh lain kaya harta namun miskin jiwa adalah orang kaya yang melakukan kecurangan dalam berbisnis atau setoran pajak demi mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Oleh karenanya, sebagai Muslim yang baik, alangkah baiknya selalu bersyukur atas nikmat yang Allah SWT berikan, meski hanya helaan sebuah nafas.
Kemudian jadilah orang yang sabar atas apa yang terjadi dalam kehidupan ini karena dunia hanyalah sementara.
Wallahu’alam bishawab