- Instagram/iraswara
Ira Swara Ngaku Suami Jadi Tukang Ojek Online Demi Beri Nafkah Keluarga, Buya Yahya Katakan Rasulullah SAW Berikan Dua Pilihan Jika …
tvOnenews.com - Setelah lama tak terdengar kabar hingga akhirnya kembali ke dunia hiburan, Ira Swara kini mengaku suaminya menjadi tukang ojek online.
Ira Swara mengakui, akibat Covid-19 yang melanda, keluarganya sempat mengalami kesulitan ekonomi hingga suaminya yang dulu arsitek harus menjadi ojek online.
Dalam acara Pagi-pagi Ambyar Trans tv, Ira Swara mengaku awalnya dirinya ingin mundur dari dunia hiburan dan fokus dengan keluarga.
"Dulu aku sempat mundur dari entertainment, kalau punya usaha inginnya di rumah, mengurus anak-anak, makanya sempat vakum," ujar Ira Swara.
Namun ternyata, keadaan membuat dirinya kembali memutuskan untuk kembali ke dunia hiburan.
"Tapi karena keadaan, mau enggak mau yang aku bisa, keahlian aku nyanyi, makanya aku terjun lagi," kata Ira Swara.
Bahkan kata Ira, bukan dirinya saja yang berkorban, suaminya yang dulunya arsitek juga menjadi tukang ojek online demi mencukupi kebutuhan hidup keluarga.
"Suami jadi driver online untuk menuhin kebutuhan. Alhamdulillah, kita harus bertahan," kata Ira Swara.
Ira kemudian menuturkan bahwa keputusan suami untuk menjadi tukang ojek online itu terpaksa diambil karena sulitnya mendapat pekerjaan.
"Karena yang bisa itu (jadi ojek online), karena udah lumayan umur kita," jelas Ira Swara.
"Padahal suami arsitek, tapi sudah cari kerjaan ditolak-tolak," sambung Ira ketika mengisahkan kisah hidupnya.
Ira mengaku bersyukur atas nafkah yang diberikan suami dari penghasilan menjadi tukang ojek online itu.
Meski kata Ira hanya tersisa Rp 100.000 untuk makan dari penghasilan ojek online itu, ia selalu bersyukur.
"Istilahnya bersih makan Rp 100.000 saja Alhamdulillah, karena banyak yang harus ditutup-tutupi," jelas Ira.
Ira menjelaskan, sebagaimana yang dihadapi orang lain, bisnis yang dijalani bersama suami juga terimbas dampak Covid-19.
"Imbas dari Covid kemarin, aku sama suami ada usaha, secara finansial kami lumayan ada perubahan sangat banyak," ungkap Ira.
Bahkan kata Ira, sang putrinya juga sempat harus cuti kuliah akibat ekonomi yang banyak perubahan.
Kisah Ira Swara ini mengingatkan akan pentingnya suami dalam memberi nafkah kepada keluarga.
Sebagaimana ajaran dalam Islam, seorang suami wajib menafkahi istrinya selama menikah.
Setelah ijab kabul dilaksanakan, saat itu hak dan kewajiban keduanya mulai berlaku, termasuk perihal nafkah suami terhadap istri.
Seorang suami wajib menafkahi istrinya sebagaimana dinyatakan pada sejumlah firman Allah dalam Al-Qur’an, salah satunya Surah An Nisa ayat 34.
اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ
Artinya: "Laki-laki (suami) adalah penanggung jawab atas para perempuan (istri) karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari hartanya,” (QS. An Nisa: 34)
Selain itu, Rasulullah SAW dalam hadisnya juga mengingatkan akan kewajiban suami untuk menafkahi istrinya. Berikut hadisnya.
Diriwayatkan dari Jabir RA, Rasulullah SAW bersabda dalam khutbahnya saat haji wada,
"Bertakwalah kepada Allah dalam soal wanita, sebab mereka itu adalah tawanan di tangan kalian. Kalian ambil mereka dengan amanat Allah dan kalian halalkan kemaluannya dengan kalimat Allah. Bagi mereka rezekinya atas kalian, begitu pula pakaiannya, dengan cara yang ma’ruf,” (HR Muslim)
Lantas bagaimana jika dalam rumah tangga yang bekerja dan mencari nafkah adalah istri?
Dalam satu ceramah, Buya Yahya mendapatkan pertanyaan dari jamaahnya perihal hal tersebut.
Buya Yahya Menjelaskan tugas laki-laki adalah memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya.
“Laki-laki itu memberi nafkah. Kecuali laki-laki tersebut ada uzur sakit, sudah berusaha tetap bangkrut,” jelas Buya Yahya.
Kata Buya Yahya memang ada orang nasibnya nasib bangkrutan yang dimana setiap dagang mesti bangkrut.
“Nggak bisa dagang. Sehingga di dalam rumah pun dia nggak bisa jadi pemimpin dalam urusan apapun karena memang lemahnya dia, ada orang semacam itu,” ungkap Buya Yahya.
Ketika kondisi seperti itu maka kata Buya Yahya, Rasulullah SAW memberikan dua pilihan.
Buya Yahya kemudian menceritakan kisah seorang wanita yang terus bekerja menafkahi keluarganya karena suaminya bangkrut.
Rasulullah SAW lantas memberikan solusi untuk wanita tersebut jika merasa tidak pernah diberi nafkah.
“Nabi berikan solusi yang pertama, kalau memang suamimu tidak pernah memberi nafkah kepadamu pilihan pertama untukmu adalah kamu berhak minta cerai. Kenapa? Sebab namanya makan ini nggak bisa ditunda,” jelas Buya Yahya.
“Biarkan sang wanita itu cerai, dicerai kemudian menikah lagi mungkin dapat suami yang bisa mencukupinya,” sambungnya.
Hal ini karena kata Buya Yahya tidak boleh seorang laki-laki mengambil seorang wanita di dalam rengkuhannya dalam pernikahan kalau tidak beri nafkah.
Rupanya kata Buya Yahya, mendengar saran tersebut, sang istri rupanya masih punya hati.
Wanita tersebut lantas meminta saran lain kepada Rasulullah SAW perihal permasalahan rumah tangganya.
“Kalau begitu pilihan yang kedua, kamu tetap yang mencukupinya, kamu yang ngasih nafkah kepada suamimu dan disaat seperti itu kamu mendapatkan pahala yang berlipat-lipat,” kata Buya Yahya.
Pilihan kedua ini kata Buya Yahya jika diambil sang istri maka akan menjadi ladang pahala.
“Pertama pahala engkau menyenangkan suami, kedua pahala ngasih rezeki dan nafkah, ketiga adalah pahala silaturahimmu dengan anak-anakmu,” jelas Buya Yahya.
Namun, saran kedua ini kata Buya Yahya tidak berlaku jika suami kurang bersyukur dan tidak mau beribadah.
Apalagi jika suami kerap meminta uang istri dengan kasar.
Buya Yahya menyarankan, sebagai seorang suami yang sadar akan kekurangannya dan lebih menghargai istri.
Misal, saran Buya Yahya dengan memuji istri atau meminta maaf lantaran membuat istrinya harus bekerja keras.
“Paling gak punya penghargaan dan kata maaf itu saja sudah cukup. Maaf istriku aku belum bisa dan mengerti,” saran Buya Yahya.
Buya Yahya kemudian memberikan pemahaman dimana terkadang yang menjadi masalah dalam rumah tangga adalah seorang suami yang kurang bersyukur.
Sementara di satu sisi wanita yang merasa punya kelebihan akan mudah muncul perasaan sombong.
“Umumnya wanita itu kalau diberi oleh Allah kelebihan gajinya lebih tinggi karirnya lebih, itu sudah mulai sewenang-wenang,” kata Buya Yahya.
“Dia mulai ngangkat suara berani kepada suaminya,” sambungnya.
Oleh sebab itu, Buya Yahya berpesan kepada para wanita agar lebih tawadhu ketika mendapat kelebihan dari Allah SWT.
“Wanita hati-hati, siapapun Anda yang Allah telah berikan kelebihan hendaknya kelebihan itu menjadikan Anda semakin tawaduh, kalau tidak berantakan, nggak mau dipimpin oleh suami,” saran Buya Yahya.
Hal ini sebagaimana sifat Sayyidah Khadijah Al-Kubra, istri tercinta Rasulullah SAW.
“Wanita salehah itu mewarisi akhlaknya sayyidah Khadijah al-Kubra, orang kaya raya yang luar biasa di kota Makkah. Kekayaannya tidak menjadikan dia sombong. Dia lebih senang mencukupi tapi dapat tiga pahala,” pungkasnya. (adk/put)