- Kolase tangkapan layar YouTube Al Bahjah TV & Gus Miftah Official
Berkaca dari Polemik Gus Miftah ke Penjual Es Teh, Ceramah Buya Yahya Mencuat Singgung Akhlak Orang yang Rendahkan...
tvOnenews.com - Polemik Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah menghina penjual es teh membuat salah satu video kajian Buya Yahya kembali viral.
Ceramah Buya Yahya menyinggung tentang akhlak mencuat buntut isu Gus Miftah yang menyulut amarah publik karena mencela penjual es teh, Sunhaji.
Bahwasanya Gus Miftah masih menjadi sorotan publik lantaran potongan video ceramahnya menggemparkan di media sosial.
Potongan video tersebut memperlihatkan Miftah tengah mengisi ceramah dalam suatu acara pengajian berbasis sholawatan di Lapangan Drh Soepardi, Sawitan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah pada Rabu (20/11/2024).
Dalam video ini menunjukkan Sunhaji tengah berjualan saat Miftah berceramah di dampingi oleh rekan-rekannya.
- Instagram @gusmiftah
Saat itu, Miftah menyoroti Sunhaji sedang mencari nafkah sambil menjual es teh kepada para jemaah yang mendengar kajian dari sang pendakwah.
Kemudian, Miftah semakin gamblang mengeluarkan berbagai ucapan kepada Sunhaji yang hanya terdiam berdiri di tengah para jemaah.
Polemik Miftah mengolok-olok Sunhaji mulai terjadi di mana sang pendakwah mengeluarkan ucapan tidak senonoh.
Pria kelahiran dari Adi Luhur, Lampung itu menyulut amarah publik karena dianggap mencela hingga merendahkan profesi penjual es teh.
Sontak, publik merasa geram atas sikap Miftah yang saat itu menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.
Selain itu, bagi publik menganggap perilaku Miftah tidak mencerminkan sebagai seorang pendakwah. Polemik ini memunculkan usulan sertifikasi kepada para juru dakwah.
Polemik tersebut juga membuat Miftah didesak segera mundur dari dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.
Polemik Gus Miftah menghina penjual es teh menggemakan sebuah video ceramah dari pendakwah Buya Yahya yang membahas tentang akhlak.
Banyak netizen mengaitkan ceramah Buya Yahya perihal sikap yang harus dijunjung tinggi oleh orang mukmin agar tidak merendahkan orang lain.
Dalam suatu ceramahnya, pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma'arif alias Buya Yahya menyinggung akhlak tidak mencerminkan sebagai umat Muslim.
Akhlak ini, kata Buya Yahya, di mana seorang mukmin mencela orang lain bahkan sampai membeda-bedakan ukuran suatu pekerjaan.
"Jangan biasa merendahkan orang lain, guyonan-guyonan yang merendahkan itu adalah bukan akhlaknya orang yang mulia," ungkap Buya Yahya dikutip dari kanal YouTube Al-Bahjah TV, Jumat (13/12/2024).
Pendakwah kelahiran asal Blitar itu menganggap orang yang suka merendahkan atau mencela sangat berdampak terhadap derajat ke depannya.
Ia menuturkan derajat seseorang yang mencela akan jatuh baik di dunia maupun di mata Allah SWT.
Hal ini berhubungan dengan sikap dari ucapan yang menghina Sunhaji sangat dahsyat mempengaruhi derajat Miftah yang semakin jatuh.
Ia mengabarkan Rasulullah SAW tidak pernah melakukan sikap ini, bahkan menghindari karena bisa mempengaruhi kedudukan sosialnya. Meski beliau merupakan seorang Nabi.
"Tidak boleh merendahkan orang lain, bukan caranya Nabi. Nabi tidak pernah merendahkan orang lain, padahal Nabi sangat tinggi pangkatnya, sangat mulia," jelas dia.
Sebagai pendakwah karismatik, Buya Yahya menyoroti ada orang yang merasa tinggi terhadap kedudukannya membuat mereka.
Perihal akhlak, ia mengisahkan Imam Ghazali yang pernah menjelaskan tentang nasib.
Setiap orang akan mengalami perubahan pada nasibnya apakah tetap merasakan hal serupa atau tidak ke depannya.
Dalam nasib ini, ia mengingatkan akan ada kejutan terhadap takdir seseorang setelah mencela atau dihina oleh orang lain.
"Orang itu memang jelek hari ini, tapi bisa saja esok hari menjadi lebih bagus dari saya," tegasnya sambil mengingat ucapan dari Imam Ghazali.
Buya Yahya menyayangkan seorang pendakwah bisa melontarkan ucapan tidak pantas. Biasanya tokoh-tokoh, ustaz, ulama memberikan tutur kata yang baik agar dicontohkan oleh jemaah atau pengikut mereka.
"Dalam mengajak kebaikan dengan dakwahnya Nabi adalah memandang mereka dengan pandangan cinta dan kasih sayang bukan dengan pandangan merendahkan," terangnya.
Sebaliknya, orang-orang sengaja merendahkan saat derajatnya berada di kedudukan tertinggi akan mengubah status sosial hingga nasib ke depannya tidak sejahterah lagi.
"Seorang ustaz memandang jemaah murid dengan pandangan merendahkan, dia runtuh bukan ustaz lagi. Dia perlu belajar lagi," tandasnya.
(hap)