- Istimewa
Dua Orang Warga Rela Tempuh 16 Jam Naik Ontel Demi Hadiri Haul Abah Guru Sekumpul, Siapa Sosok Ulama yang Memiliki Magnet Luar Biasa Itu?
tvOnenews.com - Dengan menaiki sepeda ontel selama 16 hari, dua warga Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) akhirnya tiba di Banjarmasin, Kalimantan Selatan untuk menghadiri Haul Guru Sekumpul Martapura di Kabupaten Banjar.
Kehadiran dua warga tersebut dengan sepeda ontel ini diapresiasi oleh banyak pihak.
Sebagai informasi, Haul ke-20 Guru Sekumpul rencananya akan dilaksanakan pada puncak acara 5 Rajab 1446 Hijriah atau 5 Januari 2025 di Kecamatan Sekumpul Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan.
Biasanya, dalam Haul Guru Sekumpul akan datang para jamaah dari dalam daerah dan luar daerah.
Bahkan jemaah yang mendatangi Haul Guru Sekumpul bisa mencapai jutaan orang.
Siapa Guru Sekumpul yang memiliki magnet spiritual luar biasa? Berikut profil dari Guru Sekumpul dari Kalimantan Selatan yang dirangkum tvOnenews.com dari berbagai sumber.
Guru Sekumpul bernama lengkap KH Muhammad Zaini Abdul Ghani Al-Banjari.
Namun beliau dikenal dengan nama Abah Guru Zaini atau Guru Sekumpul.
Abah Guru Sekumpul lahir pada 11 Februari 1942 di desa Tunggul Irang Seberang, Martapura.
Abah Guru Sekumpul merupakan keturunan ke-8 dari ulama besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari.
Beliau merupakan putra dari pasangan Abdul Ghani bin H. Abdul Manaf bin Muhammad Seman dan Hj. Masliah binti H. Mulya bin Muhyiddin.
Sejak kecil, Guru Sekumpul mengikuti pendidikan formal di Madrasah Darussalam, Martapura.
Selain itu, beliau juga berlatih dengan guru-guru akbar spesialis keilmuan, salah satunya adalah al-Alim al-Fadhil Sya’rani Arif.
Tak hanya itu, Guru Sekumpul juga dididik oleh Guru Seman, yang tak lain adalah pamannya.
Guru Sekumpul pertama kali membuka pengajian di kediamannya di Keraton Martapura.
Pengajian tersebut diadakan untuk menunjang pelajaran para santri, yang diisi dengan pengulangan kitab-kitab.
Namun tak lama kemudian, pengajian Guru Sekumpul ini yang tadinya hanya untuk santri menjadi berkembang di kalangan masyarakat umum.
Selain mengulang kitab-kitab, dalam pengajian itu, Abah Guru Sekumpul mulai mensyiarkan Maulid al-Habsyi atau Simthud Durar karangan al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi.
Selain itu, beliau juga mengajarkan beberapa amalan wirid.
Salah satu wirid yang diajarkannya adalah zikir Tarekat Sammaniyah.
Kemudian, pada sekitar 1990, Abah Guru Sekumpul pindah ke komplek Ar-Raudhah, Kelurahan Jawa, Kecamatan Martapura, Kalimantan Selatan.
Di komplek ini lah pengajian Abah Guru Sekumpul semakin berkembang.
Khususnya di Musala Ar-Raudhah, tempat yang biasanya menjadi lautan manusia.
Murid-murid dan tamu-tamu dari Abah Guru Sekumpul tak hanya dari Martapura dan sekitarnya.
Namun banyak yang datang dari berbagai daerah, bahkan dari Negeri tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei.
Abah Guru Sekumpul tercatat memiliki sejumlah kelebihan dan karomah.
Abah Guru Sekumpul disebut sudah menghafal Al-Qur’an sejak berusia 7 tahun dan tafsir al-Jalalain ketika berusia 9 tahun.
Abah Guru Sekumpul wafat saat usianya 63 tahun.
Guru Sekumpul meninggal dunia akibat penyakit komplikasi dari gagal ginjal yang dideritanya.
Sebelum wafat, Guru Sekumpul sempat dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura.
Namun, beliau akhirnya meninggal di rumahnya yang juga sekaligus kompleks pengajian, Sekumpul, Martapura, Kalimantan Selatan pada Rabu (10/8/2005) .