KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur punya kisah masa kecil bocah nakal sampai jatuh dari pohon dan terikat di tiang bendera.
Sumber :
  • Istimewa

Kisah Masa Kecil Gus Dur yang Sangat Nakal, sampai Alami Patah Tulang Jatuh dari Pohon dan Diikat di Tiang Bendera

Kamis, 2 Januari 2025 - 21:58 WIB

tvOnenews.com - Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid biasa dikenal Gus Dur memiliki kisah di semasa kecil menjadi bocah nakal.

Pada kisah masa kecil, Gus Dur pernah mengalami pata tulang yang serius akibat jatuh dari pohon hingga harus terikat di tiang bendera.

Kisah Gus Dur saat menjalani masa kecilnya dijuluki bocah nakal menjadi hal menarik untuk dibahas, karena sosok ini kerap menginspirasi seluruh kalangan hingga mancanegara.

Kecerdasan Gus Dur menjadi kepribadian yang patut ditiru karena mampu memberikan penilaian dari berbagai pandangan tidak biasa. Sebab, ia memiliki keahlian ilmu tinggi dalam beragam bidang.

Dilansir tvOnenews.com dari laman resmi Tebuireng, Kamis (2/1/2025), Gus Dur mempunyai kisah saat menjadi sosok yang nakal namun sangat cerdas pernah terikat di tiang bendera.

Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur
Sumber :
  • Istimewa

 

Mahasantri Pondok Pesantren Tebuireng menuliskan cerita di mana Gus Dur harus berjemur di tengah-tengah tiang bendera akibat diikat oleh sang ayah, KH Wahid Hasyim.

Sebagai anak dari KH Wahid Hasyim, Gus Dur memang mempunyai kisah kecil yang tumbuh berkembang di Jombang dan Jakarta.

Alasan Gus Dur berpindah tempat tinggal dan harus melakukan perjalanan dari Jombang menuju Jakarta lantaran KH Wahid Hasyim mengemban amanah sebagai Menteri Agama kala itu.

Sang ayah juga saat itu berstatus sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng selain menjalankan tugas Menteri Agama.

Aros menceritakan dalam tulisannya Gus Dur sangat hiperaktif dan selalu bergerak layaknya anak yang tidak bisa diam sedikit pun.

Saking hiperaktifnya, kata Aros, Gus Dur mempunyai kepribadian yang sangat bandel saat tinggal di Tebuireng maupun Denanyar.

Tak hanya tidak bisa diam, Gus Dur kecil juga memiliki sikap jail dan melakukan ulah. Hal ini membuat orang lain sangat repot akibat tingkahnya.

Saat KH Wahid Hasyim berstatus sebagai ketua pertama Majlis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) pada 1944, Gus Dur harus memulai suasana di Jakarta.

"Tahun 1945 pasca-kemerdekaan, keluarga Gus Dur kembali ke Jombang. Namun, tahun 1949 setelah perang melawan sekutu selesai, kembali lagi ke Jakarta karena ayahnya, Kiai Wahid diangkat menjadi Menteri Agama RI," ungkap Aros dalam keterangan tertulisnya.

Saat berusia 12 tahun tepatnya pada 1952, Gus Dur harus menikmati konsekuensi atas kebandelannya. Semasa kecilnya itu membuat dirinya patah tulang bagian lengan sebanyak dua kali.

Gus Dur pertama kali mengalami patah tulang lengan saat tidak sengaja menginjak dahan ketika menaiki pohon.

Gus Dur harus jatuh dari pohon lantaran dahan tersebut patah tidak bisa menahan beban tubuhnya.

Ada pun kisah patah tulang yang kedua membuat Gus Dur kecil harus menerima kenyataan hampir kehilangan tangannya.

Penyebab Gus Dur jatuh bermula saat beliau diam-diam membawa makanan yang diambil dari dapur rumah untuk disantap sambil menikmati suasana di atas pohon yang ukurannya besar.

Saat coba menghayati suasana di atas pohon besar, Gus Dur tiba-tiba tidur yang kemungkinan perutnya telah kenyang.

Pada momen inilah membuat Gus Dur harus bergelindingan memutar-mutar tubuhnya tanpa sadar hingga jatuh dan tersungkur ke tanah.

Dalam buku biografi Gus Dur miliknya, Greg Barton menceritakan kisah Gus Dur patah tulang yang harus ditangani oleh dokter karena mengalami cedera serius.

Sebab, tulang lengan Gus Dur terlihat menonjol yang mungkin bisa dilihat dari luar akibat mengalami patah tulang dari kejadian tersebut.

Dokter pertama yang menangani Gus Dur kecil sampai berspekulasi lengan anak dari KH Wahid Hasyim ini tidak bisa diselamatkan dampak dari patah tulang serius.

Tidak hanya jatuh dari pohon, KH Wahid sampai merasa kesal pada Gus Dur kecil yang kebandelannya sangat parah pada suatu waktu.

Sang ayah menunjukkan ketegasannya kepada buah hati tercintanya itu. Bahkan Gus Dur kecil kadang-kadang harus menikmati suasana indah di tengah tiang bendera saat diikat menggunakan tali tambang.

Potret Gus Dur kecil di tengah tiang bendera tepat berada di halaman depan rumahnya. Momen tersebut menjadi hukuman yang patut dirasakan olehnya dari sang ayah.

Sang ayah menilai sikap lelucon ditunjukkan oleh Gus Dur telah keterlaluan dan sangat jauh untuk menunjukkan sikap sopan kepada orang tua dan orang lain.

Meski Gus Dur kecil merupakan sosok yang saking hiperaktif dan sangat nakal, ia berhasil menyita perhatian banyak orang karena menjadi pecandu buku saat menduduki di bangku Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP).

Penobatan pecandu buku ini tidak lepas dari hobi yang telah tertanam dalam diri Gus Dur yang dikenang dalam buku berjudul Gus Gerr: Bapak Pluralisme & Guru Bangsa ditulis M Hamid.

Tak hanya pecandu buku, Gus Dur kecil mempunyai kehebatan sangat cerdas menyampaikan ucapan bahasa Inggris saat masih di SMEP.

Ia juga telah hatam buku bahasa Inggris yang berlevel tinggi, antara lain novel karya dari William Bochner, buku filsafat Plato dan Thalles, serta Das Kapital karya dari Karl Marx.

Kecerdasan multibahasa ini membuktikan pemikiran Gus Dur dinobatkan sebagai sosok manusia yang spesial dan bukan orang sembarangan.

Berbagai pemikiran yang dibangun olehnya memikat hati seluruh pihak, terutama mengenai pandangan atau perspektif seputar agama menjadikan dirinya Bapak Pluralisme.

(hap)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:35
09:35
07:07
01:44
03:10
02:39
Viral