Quraish Shihab jelaskan soal redaksi adzan diubah agar shalat di rumah.
Sumber :
  • Tangkapan layar YouTube Najwa Shihab

Memangnya Boleh Ganti Redaksi Adzan untuk Shalat di Rumah? Justru Quraish Shihab Bilang Zaman Nabi Ternyata...

Rabu, 8 Januari 2025 - 17:24 WIB

tvOnenews.com - Ahli tafsir Al Quran Indonesia, Prof. M Quraish Shihab menguraikan soal redaksi adzan yang diubah oleh muadzin agar pelaksanaan shalat di rumah.

Quraish Shihab mengatakan ada tujuan dilakukan muadzin saat mengubah lafal adzan untuk shalat di rumah.

Sebagai pendakwah, Quraish Shihab menyebutkan bahwa pada zaman Nabi pernah mengubah redaksi adzan agar shalat di dalam rumah saat terjadinya hujan.

"Dulu, pada zaman sahabat-sahabat Nabi pernah terjadi hujan lebat sehingga jalan becek. Adzan ketika itu diubah redaksinya," ungkap Quraish Shihab saat melakukan video call bersama putri tercintanya, Najwa Shihab dilansir dari unggahan Instagram @najwashihab, Rabu (8/1/2025).

Dalam Al Quran menyebutkan adzan mengandung arti izin, menyakiti, panggilan, telinga, hingga perintah.

Ilustrasi muadzin getarkan redaksi adzan agar shalat di rumah
Sumber :
  • Pixabay

 

Al Quran menyebutkan adzan sebanyak 53 kali yang tergolong sebagai bentuk panggilan atau seruan.

Adzan bahwasanya mengandung permohonan doa sebagaimana tanda umat Muslim harus menghentikan segala aktivitasnya.

Muadzin sebagai pelaku mengumandangkan adzan harus menggetarkan suara secara lantang dan berdiri tegap mengarah ke kiblat.

Surat Al Ma'idah Ayat 58 sebagai landasan dalil Al Quran terkait adzan seruan untuk shalat, Allah SWT berfirman:

وَاِذَا نَادَيْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ اتَّخَذُوْهَا هُزُوًا وَّلَعِبًا ۗذٰلِكَ بِاَ نَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَ

Artinya: "Apabila kamu menyeru untuk (melaksanakan) shalat, mereka menjadikannya bahan ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka orang-orang yang tidak mengerti." (QS. Al Ma'idah, 5:58)

Hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim menjelaskan adzan tanda suara mengusir setan, Rasulullah SAW bersabda:

ﺇِﺫَﺍ ﻧُﻮﺩِﻯَ ﺑِﺎﻷَﺫَﺍﻥِ ﺃَﺩْﺑَﺮَ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﻟَﻪُ ﺿُﺮَﺍﻁٌ ﺣَﺘَّﻰ ﻻَ ﻳَﺴْﻤَﻊَ ﺍﻷَﺫَﺍﻥَ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻗُﻀِﻰَ ﺍﻷَﺫَﺍﻥُ ﺃَﻗْﺒَﻞَ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺛُﻮِّﺏَ ﺑِﻬَﺎ ﺃَﺩْﺑَﺮَ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻗُﻀِﻰَ ﺍﻟﺘَّﺜْﻮِﻳﺐُ ﺃَﻗْﺒَﻞَ ﻳَﺨْﻄُﺮُ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﻤَﺮْﺀِ

Artinya: "Apabila adzan dikumandangkan, maka setan berpaling sambil kentut hingga dia tidak mendengar adzan tersebut. Apabila adzan selesai dikumandangkan, maka ia pun kembali. Apabila dikumandangkan iqamah, setan pun berpaling lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan, setan pun kembali, ia akan melintas di antara seseorang dan nafsunya." (HR. Bukhari & Muslim)

Bahwasanya adzan menunjukkan umat Muslim diperintahkan segera mengerjakan shalat sebagaimana bentuk panggilan bagi mereka untuk menyembah kepada Allah SWT.

Adzan juga mempunyai rangkaian lafal atau kalimat berbentuk bacaan zikir dalam mnyampaikan pemberitahuan kepada umat Muslim telah memasuki waktu shalat.

Lafal Allahu Akbar berarti "Allahu Maha Besar", kalimat Ashhadu an la ilaha illallah memiliki arti "Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berkah disembah kecuali Allah".

Kemudian, lafal Ashhadu anna Muhammadur Rasulullah mengandung arti "Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah", kalimat Hayya 'ala-l-Falah berarti "Mari menuju kemenangan", dan La ilaha illallah yakni "Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah".

Namun, Quraish Shihab menjelaskan redaksi adzan yang diubah oleh muadzin agar umat Muslim sebaiknya mengerjakan shalat baik secara sendiri maupun berjamaah di rumah.

Qurai Shihab menerangkan hal ini saat Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa shalat Fardhu dikerjakan di rumah saat terjadinya virus Covid-19.

Ia juga menyoroti pelaksanaan shalat Jumat di masjid harus terpaksa dikerjakan di rumah akibat adanya virus Corona.

"Nah, sekarang virus corona semua sepakat menyatakan bahwa dia membahayakan jiwa manusia. Maka, ulama-ulama memberi fatwa tidak dianjurkan bagi mereka untuk hadir dalam shalat-shalat berjamaah, bahkan shalat Jumat," jelas dia.

Ayahnya Najwa Shihab ini pun menerangkan kisah dari sahabat Nabi juga pernah mengganti redaksi atau kalimat yang termaktub dalam adzan.

Saat itu sahabat Nabi, kata dia, tengah terjadinya hujan yang sangat lebat dan tidak kunjung berhenti.

Hujan lebat ini membuat masing-masing umat Muslim mengerjakan shalat di rumahnya.

Lantas, bagian mana redaksi adzan terkait anjuran mengerjakan shalat di rumah?

"Kalau di dalam azan ada kalimat yang menyatakan hayya ala shalah, 'mari melaksanakan shalat', maka panggilan ketika itu berbunyi, shalatlah di rumah kalian masing-masing," terang dia.

Ulama lulusan al-Azhar, Mesir itu menuturkan anjuran dalam redaksi adzan tersebut karena menyangkut dengan kesehatan manusia.

"Ini bukan berkaitan dengan keselamatan jiwa, tetapi berkaitan dengan kesehatan dan kemudahan. Itu pandangan agama," paparnya.

Ia juga menjelaskan Nabi Muhammad SAW melarang keras bagi orang yang memiliki bau aroma tidak sedap untuk pergi ke masjid.

Menurutnya, masjid harus dalam keadaan suci sebagaimana tempat ibadah mengerjakan shalat.

"Kalau aroma buruk saja yang menyandangnya, yang memiiki aroma buruk itu dilarang untuk mendekat, apalagi orang-orang yang dapat menimbulkan mudarat bagi kesehatan. Itu pandangan agama," tandasnya.

(hap)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
04:32
01:23
03:07
02:33
04:17
02:13
Viral