- NU Online Jatim
Jauh-jauh Hari Gus Baha Ungkap Alasan Besar Mbah Moen dan Habib Luthfi bin Yahya Sering Diundang Pejabat Negara, Ternyata...
tvOnenews.com - Pendakwah KH Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha pernah mengutarakan mengapa Mbah Moen dan Habib Luthfi bin Yahya sering diundang pejabat negara.
Gus Baha mengakui bahwa Mbah Moen dan Habib Luthfi bin Yahya sering kali menghadiri acara pejabat negara daripada kegiatan santrinya.
Rahasia Mbah Moen dan Habib Luthfi bin Yahya kerap kali diundang oleh pejabat negara di berbagai acara telah diketahui oleh Gus Baha.
Gus Baha menceritakan hal ini mengingat Mbah Moen dan Habib Luthfi bin Yahya bikin penasaran para santri terkait hubungan keduanya dengan pejabat negara.
Dilansir tvOnenews.com dari kanal YouTube Nasihat Kakek, Rabu (8/1/2025), Gus Baha sedikit membagikan kedua panutan sekaligus guru kesayangannya sangat jarang menolak tawaran pejabat negara.
- Kolase Antara
Setiap acara pemerintahan diisi oleh berbagai pejabat negara memperlihatkan Mbah Moen dan Habib Luthfi turut menghadirinya.
KH Maimoen Zubair alias Mbah Moen pernah menyandang status sebagai politikus yang terlibat di pemerintahan Indonesia.
Dilansir dari laman resmi Al Anwar Sarang, Rabu, Mbah Moen pernah merasakan kiprahnya di dunia politik sebagai anggota DPR wilayah Rembang pada 1971 hingga 1978.
Mbah Moen juga pernah berstatus sebagai anggota MPR RI utusan dari Jawa Tengah pada 1987 hingga 1999.
Perihal kiprahnya di ormas Islam, Mbah Moen juga sangat aktif di NU pada 1985 hingga 1990.
Ulama besar asal Rembang ini pernah berstatus Ketua MPP Partai Persatuan Pembangunan pada 1995-1999 dan Ketua Majelis Syari’ah PPP pada 2004 silam.
Sementara, Habib Luthfi bernama asli Muhammad Luthfi bin Yahya memegang status sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) periode 2019–2024
Habib Luthfi juga menjadi Rois Aam Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu'tabaroh an-Nahdliyyah (Jatman), anggota The Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic Thought, Yordania, Ketua Forum Sufi Internasional, dan lain-lain.
Profil inilah tidak mengherankan alasan kedua ulama besar di Indonesia menjadi pemantik diundang di berbagai acara pejabat.
"Mbah Moen itu, seperti Habib Luthfi juga sering ada pertanyaan ke saya: Kenapa Mbah Moen jika diminta pejabat langsung hadir?," ungkap Gus Baha saat sering ditanya santri dan jemaahnya.
"Sementara jika diminta oleh alumni sering susah untuk hadir," sambung dia menambahkan.
Menurut Gus Baha, Mbah Moen dan Habib Luthfi mempercayai bahwa santrinya telah mandiri dan menerapkan ilmu pengetahuannya saat mengenyam pendidikan.
"Jika mahabbah atau kecintaan seorang santri sudah permanen. Karena itu Mbah Moen tidak perlu menyervisnya," terangnya.
Gus Baha mengambil seputar kisah Rasulullah SAW saat memberikan contoh kepada para pejabat dan sahabatnya.
"Seperti halnya yang dilakukan oleh Rasulullah kepada para sahabat Anshor," katanya.
Ia memahami Mbah Moen akan mendapat pertanyaan seputar sang ulama sering bersua dengan pejabat dianggap tidak memperdulikan santri dan jemaah menimbulkan spekulasi telah mengalami kerusakan zaman.
"Mbah Moen jarang melakukan itu karena mengikuti sabda Nabi, jadi Mbah Moen jarang mengomentari zaman ini," tuturnya.
Ia menyampaikan bahwa Mbah Moen dan Habib Luthfi tetap berpegang teguh memegang prinsip dari Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) agar menerapkan sunnah dari Nabi Muhammad SAW.
Kedua ulama ini, kata Gus Baha, tidak ingin membedakan golongan yang buruk dan baik.
"Sehingga kalau beliau berkongsi dengan siapa pun termasuk pemerintah. itu dari awal memang riwayatnya itu: Orang baik atau pun tidak," paparnya.
"Anda jangan menuntut pilah-pilah, lah riwayatnya ini baik atau buruk kok, Anda menuntut pilah-pilah," lanjutnya.
"Jadi kalau Anda memilah-milah berarti Anda tidak baca hadis ini," tambahnya lagi.
Rahasia keduanya mengingikan kolaborasi sekaligus koalisi dengan pemerintah demi keamanan santri dan pesantren.
"Saya masih ingat dulu ketika kiai-kiai belum dekat pejabat, kalau ada teroris atau apa, itu yang diintai adalah pesantren," katanya.
Ia menjamin bahwa para tokoh agama sebagai bagian dari pemeran memperjuangkan keamanan dan kedamaian bangsa Indonesia.
"Namun barokahnya kiai-kiai berkawan dengan pejabat, sekarang kalau ada terorisme tidak mencari pesantren, karena kiai-kiai tidak diragukan lagi loyalitas terhadap NKRI," beber dia.
"Jadi orang harus punya pangkat atau bermitra dengan orang berpangkat supaya keagamaannya tidak diganggu," sambungnya.
Gus Baha menganggap orang yang mempunyai pemahaman terhadap agama juga berhak mendapat hak ingin mendamaikan hidupnya.
Ia menyatakan cara Mbah Moen dan Habib Luthfi sangat dekat dan selalu menjadi ulama diajak berbagai acara oleh pejabat untuk keamanan para santri, tokoh agama dan rekan-rekannya.
"Masa orang fasik memiliki backing aparat (meski oknum), tapi orang saleh tidak memiliki backing pejabat," tandasnya.
(hap)