- tvOnenews.com/Hilal Aulia Pasya
Filosofi Tersirat dari Lima Teras Gunung Padang dalam Agama
Jika mengacu pada agama Islam, tempat ini bentuk memulai perjalanan manusia yang sebelumnya berusaha menyerap ilmu sebagai langkah awal hidup.
Setiap manusia harus berTuhan dan teras kedua ini untuk membuat mereka melakukan sesuatu melalui sujud, sebagaimana untuk menyembah Yang Maha Esa.
"Semua agam pasti (diperintahkan) bersujud, sama aja kan," ucap dia.
Ada pun Bukit Masigit dari tumpukan batu ini, masyakat memberikan nama istilah dengan sebutan "Mahkota Dunia". Kebetulan ada pohon besar menjulang tinggi di tengah-tengah gundukan bebatuan berukuran besar tersusun seperti bukit.
Pohon tinggi ini mempunyai dua betang berdiri kokoh yang memunculkan sebutan "Ki Menyan" dan "Hamirung". Dalam filosofi dari pohon ini tumbuh berdiri tegak menunjukkan kegagahannya tetap kokoh dan memiliki wibawa.
Bagi orang yang hendak menaiki gundukan batu ini harus melepas alas kaki dan bisa menikmati pemandangan sekaligus mengaplikasikan arti sujud dalam penerapan konsep ilmu.
Teras III
Teras ketiga di situs peninggalan zaman megalitikum ini mempunyai orientasi khusus yang terletak di antara hamparannya. Terdapat dua batu peninggalan konon katanya memiliki ceritanya masing-masing.
Ada dua cluster bebatuan yang mempunyai denah tersirat makna di dalamnya, yakni ada "Batu Tapak Maung" dan "Batu Tapak Kujang".
Dua batu ini menyimpan makna jika mengacu pada konsep agama dengan istilah "berbagi". Sebagai manusia, kata Nanang, harus mempunyai rasa kasih sayang terhadap sesama.
Kodrat manusia memberikan kenyamanan, kepedulian, dan kebahagiaan untuk seluruh ciptaan-Nya di bumi, sebagaimana manusia dinobatkan makhluk sosial yang saling tolong-menolong terhadap sesama.
"Itu berbagi, nah kalau kita lihat nyamannya itu ke sana (Selatan tertuju bentangan gunung), kalau ke Utara itu enggak jelas," tegasnya.
Menurut Nanang, manusia harus memerlukan dua hal. Pertama, tetap mencari keberadaan Tuhan sebagai makhluk diciptakan untuk menyembah kepada Yang Maha Kuasa. Kedua, menjauhi sifat sombong selayaknya manusia berukuran kecil tanda tidak ada yang merasa besar.