Buya Yahya bandingkan keutamaan memilih antara shalat berjamaah dan kerja.
Sumber :
  • Tangkapan Layar YouTube Buya Yahya

Jangan Keliru Lagi, Lebih Penting Mana Shalat Berjamaah atau Kerja? Buya Yahya Jelaskan Sebaiknya...

Kamis, 23 Januari 2025 - 18:26 WIB

tvOnenews.com - Agama Islam mengajarkan umat Muslim untuk shalat berjamaah dan kerja. Buya Yahya mengatakan dua-duanya kegiatan ibadah yang tidak boleh ditinggalkan.

Buya Yahya menjelaskan shalat berjamaah dan kerja mengandung pahala besar setelah dikerjakan oleh umat Muslim.

Sebagaimana shalat berjamaah menandakan ibadah bersama-sama saat menghadap Allah SWT, sedangkan kerja, kata Buya Yahya, ibadah dalam bentuk amanah dari Allah SWT.

Buya Yahya sering mendapat kasus beberapa orang mukmin harus dihadapi keutamaan kerja dan shalat berjamaah, sebab keduanya sangat penting sebagai kebutuhan dalam hidup.

"Bekerja adalah keharusan. Mencari nafkah tidak bertentangan dengan shalat," ujar Buya Yahya dilansir dari kanal YouTube Al-Bahjah TV, Kamis (23/1/2025).

Ilustrasi kerja kuli dan shalat berjamaah
Sumber :
  • iStockPhoto

 

Perihal shalat berjamaah memperlihatkan kegiatan umat Muslim beribadah bersama-sama. Tidak ada tempat khusus melaksanakannya, namun lebih afdhol dikerjakan di tempat ibadah seperti masjid, musholah, dan lain-lain.

Umat Muslim bisa mengerjakan shalat berjamaah dalam ibadah lima waktunya, seperti Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya.

Keunggulan shalat berjamaah akan memberikana keistimewaan tersendiri, yakni pahala berlipat ganda daripada dikerjakan secara sendirian.

Hal ini menjadi penyebab Rasulullah SAW lebih dominan suka shalat berjamaah, karena pahala besar yang didapatkan sangat mustajab.

Hadis riwayat dari Abdullah Ibnu Umar menafsirkan pahala sebanyak 27 derajat sebagai keutamaan shalat berjamaah, Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلَاةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً

Artinya: "Shalat berjamaah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat." (HR. Bukhari & Muslim)

Ada pun perintah melaksanakan shalat berjamaah telah diabadikan dari Surat At Taubah Ayat 18, Allah SWT berfirman:

اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَ ۗفَعَسٰٓى اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ

Artinya: "Sesungguhnya yang (pantas) memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, mendirikan salat, menunaikan zakat, serta tidak takut (kepada siapa pun) selain Allah. Mereka itulah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. At Taubah, 9:18)

Soal kerja juga menjadi kebutuhan melalui ikhtiar dan tawakal mendapat keberkahan dari Allah SWT.

Kerja sebagai kegiatan ibadah mencari ketetapan aliran rezeki, sebagaimana telah dijelaskan dari hadis riwayat bahwa setiap makhluk hidup mencari keberkahannya masing-masing.

Kerja mengandung keberkahan dan usahanya tidak mengkhianati hasil apabila dilakukan dengan ikhlas dan hati yang tulus.

Tujuan bekerja selain memenuhi kebutuhan ekonomi juga upaya memperoleh pahala dari Allah SWT.

Perintah bekerja langsung dianjurkan Nabi Muhammad SAW telah dijelaskan dalam dalil Al Quran dari Surat At Taubah Ayat 105, Allah SWT berfirman:

وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), "Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan." (QS. At Taubah, 9:105)

Kedua hal ini telah membuktikan kebutuhan yang penting, tetapi harus bisa memenuhinya agar hidup selalu damai dan diselimuti keberkahan.

Sebagai pendakwah, Buya Yahya mendengar di tengah pelaksanaan shalat lima waktu dalam sehari, beberapa pertanyaan muncul terkait seorang mukmin harus memilih salah satunya.

Sebab, bekerja rentan meninggalkan shalat berjamaah. Padahal shalat bersifat wajib sebagaimana tiang agama dan amalan ibadah pertama kali dihisab di akhirat kelak.

Ia pun menyinggung orang yang sibuk bekerja tidak sempat shalat. Bahwasanya beribadah hanya membutuhkan minimal 17 rakaat dalam sehari.

"Mencari nafkah tidak bertentangan dengan shalat. Shalat itu tidak memakan waktu lama. Mungkin hanya sekitar 10 menit," terangnya.

Buya Yahya sebenarnya memahami sibuk bekerja dan pekerjaan menumpuk rentan shalat terlupakan. Namun, hal itu tidak bisa menjadi alasan kuat sengaja tidak beribadah kepada Allah SWT.

Ia menjelaskan hal ini karena salah satu jemaah bertanya terkait shalat berjamaah butuh waktu lama.

"Apa shalat berjamaah itu berlangsung berjam-jam?," tanya Buya Yahya sembari heran kepada jemaahnya.

Seyogyanya umat Muslim bergegas shalat berjamaah jika dengar muadzin mengumandangkan adzan dari pengeras suara masjid.

Sebagai solusinya, pengasuh LPD Al Bahjah itu berharap tempat kerja sarana mencari nafkah dan rezeki seluas samudera, memiliki jarak yang dekat dengan masjid.

Menurutnya, tempat kerja dekat masjid tidak perlu butuh waktu yang lama dalam perjalananannya. Sebab, jaraknya telah dekat dan tak menjadi alasan tidak mengerjakan shalat berjamaah.

"Bekerja untuk memenuhi kebutuhan adalah penting, namun tetaplah istiqomah dalam menjalankan shalat berjamaah," tuturnya.

Lantas, bagaimana orang mukmin sibuk shalat berjamaah tanpa bekerja?

"Kalau hanya fokus pada shalat berjamaah tapi keluarga lapar, itu juga dosa," tandasnya.

(hap)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
05:13
08:14
10:48
02:51
01:25
01:35
Viral