Nabi Muhammad SAW memiliki sifat wajib yakni Sidiq, Tabligh, Amanah, Fathonah.
Sumber :
  • unsplash.com

Wajib Jadi Teladan, Begini Sifat Wajib Nabi Muhammad SAW

Rabu, 27 April 2022 - 14:40 WIB

Diturunkannya Baginda Nabi Muhammad SAW adalah sebuah bukti kasih sayang Sang Khalik bagi alam semesta. Kehadiran Rasulullah ini tak hanya untuk menghantarkan ajaran Tauhid, namun juga meluruskan akidah dan akhlak segenap umat manusia.

Dengan tugas sedemikian agung, maka tak mungkin Nabi Muhammad bersikap dan berpikir seperti layaknya manusia biasa. Seperti yang telah diketahui bersama bahwa Nabi Muhammad merupakan seorang Rasul dan Nabi yang maksum. Secara umum maksum ini dapat diartikan bahwa Nabi Muhammad tak pernah berbuat cela dan dosa karena selalu dalam lindungan dan petunjuk Allah SWT.

Namun demikian bukan berarti karena maksum lantas sifat-sifat agung Nabi Muhammad tak dapat diteladani umatnya yang merupakan manusia biasa. Ada beberapa sifat wajib Nabi Muhammad SAW yang dapat dipelajari dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun sifat - sifat wajib tersebut antara lain Sidiq, Tabligh, Amanah, Fathonah.

1. Sidiq

Sifat sidiq kerap dimaknai sebagai benar atau jujur. Secara kebahasaan, sidiq berasal dari bahasa Arab, Al - Shidqu. Ulama memaknai Al - Shidqu secara beragam, namun selain jujur, substansi penting lainnya dari sifat sidiq ini ialah integritas.

Sifat ini wajib dimiliki jika seseorang ingin hidup dengan damai dan tenteram. Rasulullah pernah bersabda:

إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ … فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ

“Sungguh sidiq itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukkan kepada surga … Sementara dusta itu membawa kepada keburukan, dan keburukan mengantarkan kepada neraka.” (HR Bukhari).

Integritas dan kejujuran ini adalah salah satu sifat wajib yang dimiliki Rasulullah. Integritas berarti padu antara ucap dan sikap, janji dan bukti, visi dan aksi. Tidaklah mungkin masyarakat Arab dan dunia dapat mempercayai wahyu dan ajarannya jika Nabi dikenal sebagai pribadi yang gemar berbohong dan tak melaksanakan ajarannya sendiri.

Seseorang yang gemar berbohong hidupnya akan selalu waswas. Karena setiap pelakunya berbohong, maka akan ada kebohongan - kebohongan lain yang terus dibuat untuk menutupi kebohongan yang pertama.

Di antara tanda - tanda orang sidiq ialah tegar terhadap cita-cita yang diyakini (QS Al-Ahzab/33: 23), tidak ragu berjihad dengan harta dan jiwa (QS Al-Hujurat/49: 15), beriman kepada Allah, Rasulullah, berinfaq, mendirikan salat, menunaikan zakat, menepati janji, dan sabar (QS Al-Baqarah/2: 177) dan juga punya komitmen teguh terhadap Islam (QS Ali Imran/3: 101).

2. Tabligh

Masyarakat sering mengaitkan kata tabligh dengan kegiatan dakwah keislaman. Tabligh sendiri berasal dari kata ballagha-yuballighu-tablighan yang artinya menyampaikan atau memberitahukan. Secara istilah, tabligh adalah menyampaikan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah untuk memperbaiki kehidupan umat manusia.

Dalam Al-Qur’an, kata tabligh disebut antara lain dalam Qur’an Surat Al-Maidah: 67, “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.”

Salah satu sifat Nabi Muhammad adalah tabligh. Jika hanya menyampaikan sebuah informasi, maka hampir semua orang bisa melakukannya. Namun bagi Nabi Muhammad, tabligh juga dapat diartikan sebagai akuntabilitas, maksudnya mampu memberikan informasi secara akurat.

Nabi bertugas menyampaikan wahyu yang diterimanya dari Allah melalui perantara malaikat Jibril. Tidak ada wahyu atau ayat yang disembunyikan oleh Nabi. Juga tak ada satu wahyu pun yang disampaikan secara berbeda dari apa yang telah difirmankan Allah. Begitupun, para sahabat telah menyampaikan apa yang mereka dapatkan dari Nabi.

Perintah bertabligh atau berdakwah secara terang-terangan baru diturunkan ketika pribadi Nabi telah digembleng terlebih dahulu melalui pelatihan khusus. Hal ini memberi isyarat bahwa tabligh pada mulanya ditujukan kepada diri sendiri.

Mustahil melakukan tabligh kepada orang lain jika diri sendiri tidak memiliki ilmu dan mencerminkan perilaku mulia. Para muballigh harus meneladani Nabi Muhammad sebagai uswatun hasanah dalam bertabligh.

Prinsip tabligh yang bisa digali dari Al-Qur’an antara lain: menggunakan bahasa yang baik (Al-Isra: 53), menghindari kalimat yang buruk (An-Nisa: 114) karena kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk (Ibrahim: 26), menggunakan qaulan maisura (Al-Isra: 28), qaulan layyina (At-Taha: 44), qaulan ma’rufa (An-Nisa: 5 dan Al-Ahzab: 32), qaulan baligha (An-Nisa: 63), qaulan tsaqila (Al-Muzammil: 5).

Mengikuti jejak para Nabi, semua aktivitas tabligh juga harus diiringi dengan akhlak mulia. Tidak hanya dakwah bil lisan, namun juga bil hal atau perbuatan.

3. Amanah

Amanah atau kredibilitas adalah terpercaya sedangkan lawan kata dari terpercaya ini adalah khianat. Tidak ada satu pun manusia yang hingga kini menyangsikan perkataan Rasulullah karena memang Rasulullah tak pernah sekalipun berbohong dalam hidupnya.

Michael H Hart, dalam buku The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History meletakkan Rasulullah sebagai manusia paling berpengaruh di dunia. Nabi Muhammad digelari 'Al - Amin' sejak muda karena saking jujur dan dapat dipercayanya.

Bukan hanya manusia yang mengakui keunggulan akhlak Rasulullah. Allah azza wa jalla, juga memuji beliau. “Dan sungguh engkau benar-benar berbudi luhur.” (QS Al-Qalam/68: 4).

Mufassir bernama Al - Maragi menjabarkan bahwa ada tiga amanah yang harus ditunaikan manusia yakni amanah terhadap Allah SWT, amanah terhadap sesama manusia, dan amanah terhadap diri sendiri.

Amanah terhadap Allah SWT ditunjukkan dalam bentuk menunaikan segala perintahNya. Detail penghambaan itu adalah menjalankan perintahNya dan meninggalkan larangan-Nya, yang kemudian disebut ibadah, baik mahdlah maupun ghairu mahdlah, baik yang khusus (khash) maupun umum (‘am). Saalat adalah wujud penghambaan yang paling pokok.

Amanah terhadap diri sendiri ditunaikan dalam bentuk menjaga diri seperti kebersihan dan kesehatan diri. Sementara amanah terhadap sesama makhluk diwujudkan dalam bentuk menjaga harmoni dengan orang lain serta lingkungan sekitarnya. Dengan amanah ini manusia akan membentuk harmoni antara dirinya, Allah, dan alam.

Contoh lain amanah terhadap sesama yang harus ditunaikan seorang Muslim, antara lain mengembalikan titipan kepada yang punya dengan tidak kurang suatu apa pun, tidak menipunya, dan memelihara rahasia.

Demikian juga dengan yang termasuk dalam sifat amanah adalah sifat adil penguasa terhadap rakyatnya, sifat adil ulama terhadap orang awam, dan sifat adil suami terhadap istrinya (Kemenag RI, al-Qur’an dan Tafsirnya II: 196).

4. Fathonah

Fathonah artinya cerdas. Mustahil seorang Nabi itu bodoh atau jahil. Cerdas juga bermakna sanggup menangkap peluang secara cepat, cermat, tepat.

Tak mungkin seseorang yang tak cerdas menyampaikan dan menjelaskan ribuan ayat dalam Al - Quran secara gamblang dan mudah dipahami. Nabi Muhammad harus mampu menjelaskan firman - firman Allah agar tak ada salah tafsir yang kemudian malah menjadi sumber kekacauan dan perpecahan.

Nabi juga harus mampu berdebat dengan orang - orang kafir dengan cara yang baik dan efektif namun juga elegan. Dengan sifat cerdas ini pulalah Rasulullah berhasil menyatukan jazirah Arab yang senang berperang satu sama lain ke dalam perdamaian di bawah panji Islam.

Rasul memiliki kecerdasan yang tinggi dalam memberikan solusi atas suatu perkara atau jalan tengah di antara kaumnya yang berselisih. Salah satu contohnya ketika terjadi perselisihan di antara kabilah Mekkah dalam peletakan Hajar Aswad di atas Ka'bah.

Keceradasan ini adalah suatu hal yang mutlak terutama bagi individu - individu yang dianggap masyarakat sebagai suri teladan atau hakim yang adil.

Salah satu cara menggapai kecerdasan ini adalah dengan belajar, utamanya tentang Al - Quran dan As - Sunnah. Allah juga melebihkan derajat orang - orang yang cerdas dan pembelajar sebagaimana tercantum dalam firman-Nya:

يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ

Artinya: "Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat."

Oleh karena itu mari budayakan dari sekarang sifat - sifat wajib Rasulullah dalam setiap sendi kehidupan dengan mulai bersikap sidiq, tabligh, amanah, dan fathonah. Cara tecepat untuk mencapai ini ialah dengan senantiasa memperbarui iman, ilmu, dan akhlak. (afr)
 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
05:31
03:24
03:24
02:41
09:00
03:14
Viral