- Freepik.com
Tradisi Mudik Dalam Agama Islam
Lebaran sangat identik dengan kegiatan mudik, kurang lengkap rasanya apabila tidak melakukan kegiatan satu ini di setiap penghujung Ramadhan. Apalagi tahun ini pemerintah mengizinkan kembali masyarakatnya untuk bisa melakukan perjalanan mudik, tentunya dengan persyaratan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.
Mudik adalah satu hal yang sangat membahagiakan. Siapa yang tidak senang? Bertemu keluarga, sanak saudara di kampung halaman tercinta. Keluarga berkumpul dengan lengkap sambil menikmati hidangan khas Lebaran dilengkapi momen bermaaf - maafan yang membuat suasana semakin haru.
Tradisi mudik juga bisa dibilang ajang silaturahmi menurut agama Islam, di dalam Islam silaturahmi adalah salah satu cara umatnya untuk memperpanjang umur, dimudahkan rezekinya dan dipenuhi rasa cinta dalam hidupnya.
Seperti janji Nabi Muhammad SAW yang patut untuk direnungkan, Beliau pernah bersabda.
“Barangsiapa menjamin untukku satu perkara, aku jamin untuknya empat perkara. Hendaknya dia bersilaturahmi, niscaya keluarganya akan mencintainya, diperluas baginya rezekinya, ditambah umurnya dan Allah memasukkannya ke dalam surga yang dijanjikan-Nya”.(HR. Ar-Rabii’).
Maka dari itu, melakukan kegiatan silaturahmi merupakan kegiatan yang diteladani Rasulullah karena disukai oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
Artinya:
“Dan bertakwalah kepada Allah, yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahmi“. (An-Nisa/4:1)
Silaturahmi juga merupakan aktivitas ibadah yang sangat mulia dan memiliki ganjaran pahala yang besar. Bahkan, hal sunnah ini jika tidak dilakukan akan terkena ancaman berat bagi siapa saja yang tidak memelihara dan memutuskan ikatan silaturahmi.
Allah SWT pun berfirman di dalam surah Al-Baqarah/2 : 27, berikut bunyinya:
الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi“. (al Baqarah/2 : 27).
Dari Jubair bin Muth’im bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah berkata:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ
Artinya : “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan kerabat.”
Marilah memulai silaturahmi untuk menjadi salah satu rutinitas agar terhindar dari ancaman-ancaman besar yang tidak diinginkan, Allahumma min dzalik.
Namun, agama Islam tidak pernah untuk menganjurkan atau mewajibkan umatnya melakukan kegiatan mudik, yang diajarkan agama Islam adalah makna dari menjaga ikatan tali silaturahmi dengan sesama manusia. Terlebih menjaga tali silaturahmi dengan kerabat dan sanak saudara.
Pada akhirnya, tradisi mudik di Indonesia tidak hanya sekedar pulang ke kampung saja. Tradisi ini akhirnya dimanfaatkan bersamaan disaat waktu lebaran tiba dengan anjuran agama Islam yang menghimbau untuk melakukan silaturahmi. Sebab itu, dikenal dengan istilah ‘Mudik Lebaran’.
Tidak heran sekalipun momentum mudik ini sebagian dari perayaan hari raya umat muslim, yaitu Idul Fitri, pelaku mudik bahkan tidak hanya umat Islam saja. Penganut agama lain pun juga ikut menjadi pemudik di saat Lebaran.
Tradisi mudik bahkan tidak hanya berlaku di negara Indonesia saja, negara-negara tetangga pun menerapkan tradisi mudik dengan makna yang sama, misalnya saja Malaysia, India, Turki dan juga Mesir.
Dibalik itu semua kegiatan mudik selain mengasyikan, mendapatkan pahala juga memang memberikan beberapa dampak positif dalam kehidupan, contohnya saja dalam pengamalan agama dan sosiologis.
Peristiwa mudik lebaran juga mempunyai dampak positif dalam pengamalan ajaran Islam. Karena di tengah kemajuan yang membawa manusia kepada perilaku masing-masing (individu) yang terkadang enggan berhubungan dengan pihak lain dan merasa terganggu. Melalui cara silaturahmi malah hal ini bisa cair.
Selain itu tradisi mudik juga berpengaruh kepada aspek sosiologis, mengapa begitu? hal ini beralasan karena mudik lebaran bisa menjadi salah satu cara, mendekatkan seseorang perantau yang sudah sukses dengan mereka yang masih berdomisili di kampung halaman seperti orang tua, keluarga dan teman-teman.
Lewat dengan adanya peristiwa mudik, bisa memperbaharui kembali hubungan sosial dan saling membantu dengan masyarakat sekampung yang tentu berdampak positif dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Alangkah baiknya silaturahmi dilakukan jangan hanya karena momen Idul Fitri saja tapi bisa dilaksanakan setiap saat, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, artinya sesama manusia akan saling membutuhkan satu sama lain. Maka rawatlah hubungan tali silaturahmi agar seimbang dalam hal agama dan kehidupan. (ayu)