Masjid Raya Al Osmani.
Sumber :
  • tim tvone/akhyar

Menilik Jejak Peradaban Islam di Kota Medan Melalui Masjid Raya Al Osmani

Minggu, 15 Januari 2023 - 06:26 WIB

Medan, tvOnenews.com - Kota Medan, Sumatera Utara, tak terlepas dari peradaban sejarah agama Islam. Meskipun, Kota Medan merupakan kota yang heterogen.

Namun, di balik kemajemukan suku, adat dan agamanya, Kota Medan ini ternyata menyimpan banyak sejarah soal jejak peradaban agama Islam. 

Bahkan, jejak peradaban itu sampai saat ini masih ada dan utuh di Kota Medan. Seperti bangunan rumah-rumah ibadah agama Islam di Kota Medan. 

Di mana bangunan-bangunan rumah ibadah agama Islam itu masih berdiri kokoh sampai saat ini dan menjadi ikon Kota Medan.

Satu di antaranya, bangunan rumah ibadah agama Islam, yakni Masjid Raya Al Osmani, di jalan KL Yos Sudarso, Pekan Labuhan, sekitar 20 kilometer sebelah utara Kota Medan. 

Lantas bagaiamana kaitannya rumah ibadah tersebut dengan jejak perrdaban Islam? coba simak dengan cermat. 

Ketua Badan Kenaziran Masjid (BKM) masjid Al Osmani Ahmad Fahruni bercerita, bahwa Masjid Raya Al Osmani sangat memiliki nilai sejarah peradaban Islam saat zaman Kesultanan Deli

"Mengenai perkembangan sejarah Islam di kawasan Kesultanan Deli, Khususnya di daerah labuhan Deli. Itu dimulai dari masa kesultanan Pasultan," ujar Ahmad Fahruni kepada tvone.

Nah, pada saat 1663, Kesultanan Deli sudah ada berada di daerah Kawasan Labuhan Deli. Kemudian, masuklah saudagar-saudagar dari Arab dan Yaman untuk memberikan Ilmu Pengetahuan Agama Islam, kepada masyarakat Melayu pada saat itu. 


Tampak dari Samping Masjid Raya Al Osmani.

Dalam hal ini juga dapat dibuktikan bahwa adanya ulama-ulama di Kota Medan. 

"Ulama tersebut seperti Syekh Abubakar dari Yaman, dari Thailand Syekh Muhammad Yusuf Fatani, Nah ini memberikan bahwa banyak para ulama yang datang ke tanah Deli ini, tentunya memberikan signal agama Islam kepada masyarakat Melayu pada saat dibawah kepemimpinan kesultanan Deli," jelas Ahmad Fahruni. 

Jadi, Ahmad Fahruni sebutkan bahwa ulama-ulamai  ini merupakan hal yang mengungkapkan bahwa masuknya agama Islam pada saat itu. 

Bahkan, memberikan pencerahan kepada masyarakat Melayu Deli pada saat itu. Termasuk juga bukti atau jejak perkembangan Islam pada zaman kesultanan Deli, yaitu Masjid Raya Al Osmani Ahmad ini. 

Lanjutnya menjelaskan, Masjid Raya Al Osmani Ahmad ini awalnya dibangun dengan ukuran 16 x 16 meter, dan terbuat dari bahan kayu dalam bentuk panggung.

"Dan, tujuan masjid ini dibangun sebagai sarana tempat berkumpul umat Islam, dan mengkaji tentang ke-islaman," katanya. 

"Maka, masjid ini disebut Al Osmani karena mengingat pendiri yang pertama yakni Sultan Osman Perkasa Alam, yang merupakan Sultan ketujuh," sambungnya menjelaskan.


Tampak Dalam Masjid  Raya Al Osmani.

Selanjutnya, diceritakannya lagi, bahwa pada tahun 1870 hingga 1872, masjid ini terjadi pemugaran secara besar-besaran. 

Pemugaran tersebut terjadi pada masa Sultan yang kedelapan, yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam, yang tidak lain adalah anak kandung dari Sultan Osman Perkasa Alam.

Pemugaran tersebut membuat bangunan masjid yang tadinya terbuat dari bahan kayu, dibangun menjadi permanen oleh anak Sultan Osman, yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam yang juga menjadi Raja Deli kedelapan.

"Pemugaran tersebut menjadikan bangunan masjid melebar menjadi 26 x 26 meter, dan bentuk permanen. Ini yang merupakan peninggalan Sultan kedelapan Sultan Mahmud Perkasa Alam," katanya. 

Sambungnya menjelaskan, kapasitas Masjid Raya Al-Osmani mampu menampung 500 jamaah pada bagian depan, dan 500 jamaah pada bagian belakang.

“Memang untuk pengunjung asing saat ini belum ada, karena memang banyak yang belum tahu bawah Masjid Raya Al-Osmani merupakan cagar budaya. Belum banyak travel-travel yang mengarahkan wisatawan untuk datang ke mari,” jelasnya.


Masjid  Raya Al Osmani di Kota Medan.

Faruni menyebut, di area Masjid Raya Al-Osmani juga sudah ada beberapa bangunan tambahan lainnya, seperti miniatur rumah panggung atau rumah khas Melayu. Lokasinya tepat berada di belakang masjid.

“Kerajaan Sultan Deli dahulu berada persis di depan Masjid Raya Al-Osmani. Lalu pindah, karena saat itu pandangan sultan sudah ke kota, dan berdirilah Istana Maimun,” sebutnya.

Mengenai makam yang berada di Masjid Raya Al-Osmani Labuhan, terbagi dua golongan, yaitu makam Kesultanan Deli, dan juga ada makam untuk masyarakat umum.

“Sebenarnya banyak sejarah di Masjid Raya Al-Osmani ini, karena di sinilah populasi suku Melayu Deli pada mulanya. Dan kemudian berkembang terus berkembang,” ujarnya. (aag)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:27
01:11
01:37
05:10
02:08
06:10
Viral