Jakarta - Rusni Masna Asmita Alias Meta selaku istri almarhum Sony Rizal Taihitu (59) korban pembunuhan oleh anggota Densus 88 Antiteror Polri berharap pihak kepolisian dapat menampilkan tersangka di depan publik.
Harapan itu disampaikannya saat menyambangi kantor Komnas HAM bersama sanak keluarga dan kuasa hukumnya pada Selasa (14/2/2023).
"Saya minta untuk dipublikasikan, karena kami juga penasaran seperti apa wajah pelaku itu yang menghabisi nyawa suami saya," kata Meta kepada awak media, Jakarta, Selasa (14/2/2023).
"Saya minta agar pihak kepolisian itu menunjukkan mukanya kepada masyarakat, agar kita mengenal siapa sebenarnya dia, seperti apakah orangnya. Cuma itu yang saya minta," sambungnya.
Meta mengatakan hingga saat ini pihaknya tak juga mengetahui sosok pelaku pembunuhan sang suami yang merupakan tulang punggung keluarganya.
Bahkan, pihaknya menilai adanya aksi tak transparansi yang dilakukan mengingat tak pernah ditampilkannya sosok tersangka pembunuhan baik di hadapan keluarga hingga publik.
"Saya meminta sebagai istri korban karena dari awal di sana di Polda mengatakan bahwa dari hari pertama sudah ditemukan pelakunya. Polisi mengatakan tidak ditutup-tutupi. Tapi sampai saat ini saya nonton di YouTube, tidak ada wajah pelakunya," ungkapnya.
Di sisi lain, Meta mengaku sebagai orang yang beragama dirinya mengampuni perbuatan tersangka saat melakukan pembunuhan secara sadis terhadap suaminya.
Kendati demikian, Meta meminta pelaku pembunuhan tersebut dapat menerima hukuman yang setimpal atas perbuatannya.
"Kalau secara agama saya mengampuni, tapi secara hukum saya minta dia tetap dihukum. Sungguh bengis manusia itu, saya berharap agar diberikan hukuman yang setimpal. Saya percaya itu akan terjadi," katanya.
Sebelumnya diberitakan, anggota Densus 88 Antiteror Polri didapati melakukan aksi percobaan pembegalan hingga membunuh seorang sopir taksi online di kawasan Jalan Nusantara, Bukit Cengkeh, Kota Depok pada Senin (23/1/2023).
Namun, upaya pembegalan mobil milik sopir taksi online tersebut berujung kegagalan karena korban yang melakukan perlawanan.
Akibat kepanikan adanya perlawanan dari korban saat pembegalan berlangsung, anggota Densus 88 Antiteror Polri itu pun terburu-buru meninggalkan sopir taksi online itu usai melakukan aksi pembunuhannya.
Bahkan, sang pelaku turut serta meninggalkan sejumlah identitas miliknya pada mobil milik sopir taksi online tersebut.
"(Tertinggal) berupa identitas si pelaku, kemudian pisaunya, tas ransel. Dan tasnya itu juga termasuk bukan tas ransel yang murah dalam keterangan ini ya, memang lumayan lah begitu. Termasuk kartu identitas itu lah semuanya, sama dompetnya," kata Kuasa Hukum Keluarga Korban, Jundri R Berutu di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (7/2/2023).
Jundri menuturkan motif menyerupai aksi pembegalan itu dilakukan pelaku dengan menyewa taksi online korban.
Pasalnya, kuasa hukum mendapati bukti pelaku terlebih dahulu menyewa jasa taksi online korban sejak di kawasan Semanggi, Jakarta Selatan secara offline atau tanpa melalui aplikasi.
"Jadi Pak Soni ini almarhum dia mengambil pelaku ini dari depan Semanggi penerangan penyidik. Nah kemudian memang dia tidak mempunyai uang, si pelaku ini memang sudah menyampaikan tidak punya uang, antarkan saya ke tempat tujuan. Namanya orang sudah menyatakan tidak ada uang, ya sudah diantarlah begitu," ungkap Jundri.
"Tapi ternyata itu hanyalah modus untuk menghilangkan jejak dia. Bahwa pada prinsipnya, si pelaku ini berusaha untuk mengambil kendaraan, tetapi si korban ini melawan," sambungnya.
Naas, kata Jundri duel maut itu membuat sang sopir taksi online harus meregang nyawa usai mendapati luka tusukan yang dilayangkan pelaku ke tubuh korban.
"Yang pasti menurut kami, peristiwa pembunuhan ini adalah pembunuhan berencana yang dilakukan oleh bukan masyarakat sipil," ungkapnya. (raa/put)
Load more