Jakarta, tvOnenews.com - Buku ini merupakan catatan biografis yang ditulis langsung oleh almarhum Harmoko dari tahun 1999 sampai dengan 2004. Putra Harmoko, Azisoko Harmoko mengatakan, buku ini sebenarnya hampir batal terbit. Alasannya karena Harmoko memang tidak pernah bercerita kepada istri, anak maupun keluarga tentang legacy yang diwariskan dalam bentuk autobiografi. Hingga akhirnya buku tersebut ditemukan saat keluarga merapikan ruangan kerja almarhum sebulan setelah beliau wafat.
“Saat merapikan ruangan kerja bapak itulah, kami menemukan hardcopy autobiografi ini. Sebuah buku yang sudah terjilid, setebal 650-an halaman. Selain ibu dan kami anak-anaknya bergantian membaca buku ini. Kesimpulan kami rupanya sama: buku ini cukup komprehensif berkisah tentang Bapak, namun tidak atau belum diterbitkan. Unpublished. Pada hardcopy buku yang kami temukan di ruang kerja Bapak, autobiografi ini tertulis ’Oktober 2004’ dan masih terdapat beberapa coretan perbaikan. Artinya, lebih dari 17 tahun yang lalu buku ini mestinya diterbitkan,” katanya di Djakarta Theater, Jakarta, Sabtu (24/2).
Akhirnya keluarga memutuskan untuk merealisasikan penerbitan buku yang tertunda ini. Menurutnya, cukup banyak konten dalam buku ini yang penting diketahui dan menjadi pembelajaran bersama oleh publik, utamanya generasi muda–milenial hingga generasi Z.
Azisoko mengungkapkan, setiap orang memiliki jalan hidup dan menulis sejarah hidupnya sendiri, termasuk Harmoko. Itu sebabnya, misi utama penerbitan autobiografi ini untuk membagikan atau sharing informasi seputar perjuangan dan pengalaman hidup Harmoko, mulai dari masa kecilnya di desa Ngrowo, menjadi karikaturis, wartawan hingga akhirnya menjadi seorang politisi.
“Pengalaman hidup yang orisinil ini saya anggap penting untuk diwariskan, terutama kepada anak-anak dan cucu-cucu. Merekalah orang-orang yang paling berhak tahu dari tangan pertama, siapa Bapak dan Bung Akung (panggilan cucu ke Harmoko) mereka,” ujarnya.
Selain untuk keluarga, dia menegaskan, catatan biografis Harmoko ini tentu didedikasikan bagi bangsa Indonesia. Utamanya Generasi Emas yang akan mengisi masa depan Indonesia pada peringatan 100 tahun Kemerdekaan Indonesia 2045 nanti.
“Hal ini tidak lepas dari kesaksian saya terhadap sosok Pak Harmoko selama mengabdi – sebagai wartawan, merintis dan menjalankan Harian Poskota hingga menjadi politisi dan pejabat negara – Bapak selalu berusaha memberikan kontribusi, sekecil apa pun, untuk rakyat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” jelasnya.
Melalui buku ini, Azisoko mengatakan, Harmoko berusaha tidak sekadar menuliskan apa, mengapa, dan bagaimana dirinya. Melainkan juga relasi dan interaksinya dengan perguliran sejarah bangsa dan negara dari era orde lama, orde baru hingga awal reformasi 1998.
Load more