"Gempa-gempa meningkat sebelumnya 5.000-6.000 dalam setahun terjadi. Sekarang, rata-rata terjadi 10.000 gempa tiap tahun. Artinya signifikan," jelasnya.
Selain itu, Dwikorita mengatakan peningkatan patahan yang mengakibatkan gempa juga terjadi di seluruh dunia. Namun, dia menuturkan Indonesia memiliki kondisi yang berbeda dengan negara lain.
"Kondisi di Indonesia itu ada sesar aktif, yakni Sesar Sumatera (memotong dari utara ke tenggara), Sesar Sulawesi Tengah, Sesar Matano, Sesar Cimandiri, Sesar Opak, Sesar Gorotalo, dan Sesar Yafen," imbuhnya.
Oleh karena itu, Dwikorita mengimbau masyarakat agar belajar dari kejadian gempa bumi di Turki. Menurut dia, dampak patahan yang terjadi di darat itu lebih berbahaya daripada yang berada di laut.
"Jadi, kita harus mewaspadai, belajar dari kejadian Turki. Itu dampaknya patahan yang terjadi di darat lebih berbahaya. Gempa di Turki itu gempa darat. Nah, di Indonesia ada ratusan patahan-patahan tadi," terangya.
Gempa Turki, dikatatakan Dwikorita, terdapat tiga pusat gempa, sehingga bukan disebut gempa susulan.
Dia menerangkan, Indonesia juga terdapat beberapa wilayah yang harus lebih waspada terkait gempa darat tersebut.
Load more