Bantul, Yogyakarta - Terdakwa kasus sate sianida Nani Apriliani Nurjaman (25 tahun) mengucapkan terima kasih kepada saksi Aiptu Yohanes Tomi Astanto atas cinta, kasih sayang dan perhatiannya yang luar biasa selama ini. Namun Nani baru menyadari jika dibalik cinta tersebut terdapat kebohongan yang menyakitkan.
"Terima kasih untuk tahun-tahun yang sudah kita lalui bersama dengan penuh cinta dan kasih sayang yang luar biasa dan perhatian yang luar biasa. Saudara Tomy Astanto, hingga saatnya kini saya menyadari, semua itu... ," ungkap terdakwa Nani sembari terisak menangis, pada sidang lanjutan kasus sate beracun sianida di Pengadilan Negeri Bantul, Kamis (21/10/2021).
Majelis hakim sempat meminta terdakwa Nani agar bicaranya jelas jangan sambil menangis karena kata-katanya kurang jelas. Terdakwa nani pun mengusap air matanya dan melanjutkan mengungkapkan perasaannya kepada saksi Tomy yang pernah menjalin asmara dengannya.
" Saya ucapkan terima kasih banyak terhadap tahun tahun yang telah kita lalui bersama dan penuh cinta, cintamu yang luar biasa terhadap saya. Namun ternyata dibalik itu semua menyimpan kebohongan yang luar biasa dan mulut manismu berbisa," lanjut terdakwa.
Semua pernyataan terdakwa itu disampaikan setelah saksi Tomy selesai menyampaikan keterangan di depan hakim.
Agenda Sidang yang dipimpin oleh hakim ketua Aminuddin ini untuk mendengarkan keterangan dari tiga saksi, salah satu saksi adalah Tomi Astanto yang merupakan sasaran utama paket sate sianida.
Dalam kesaksiannya, Aiptu Yohanes Tomi Astanto bercerita dirinya kenal Nani pada 2016 di Hotel Yogya Inn tempatnya bertugas. Anggota Polisi di Yogyakarta ini mengakui di medio Januari-Februari 2017 mereka berpacaran.
“Namun pada September 2017 saya menikah dengan perempuan lain. Pasca pernikahan itu saya jarang bertemu langsung dengan terdakwa Nani. Permintaan terdakwa untuk bertemu sering saya tolak. Kami bertemu terakhir di Februari 2021, dia berkeluh kesah saya susah ditemui,” ujar Tomy dalam kesaksiannya saat sidang.
Saksi mengaku dirinya memang belum sempat menyatakan putus hubungan dengan Nani. Tapi usai menikah dirinya menganggap Nani hanyalah teman biasa. Selain itu Tomi membantah jika dirinya pernah memberikan janji menikahi Nani.
Dirinya juga membantah tinggal satu rumah dengan Nani di Kecamatan Piyungan. Meskipun dirinya tahu Nani tinggal disana.
“Saya menduga sate beracun yang ditujukan ke saya karena terdakwa mungkin marah, jengkel dan emosi karena saya susah ditemui,” jelas Tomi yang pada saat pengiriman paket di April lalu sedang bertugas di luar kota.
Saat diminta pendapatnya terkait keterangan ini, Nani mengakui ide mengirimkan sate ini berasal dari Robi yang menyukainya. Dia sakit hati karena ditinggal Tomi menikah. Robi sendiri sampai sekarang masih dicari keberadaanya oleh Polisi.
“Kami pacaran mulai 2017 sampai 2021 kemarin. Memang di awal pacaran saya dijanjikan menikah. Namun selalu ada alasan untuk menundanya, seperti beda agama dan lain sebagainya,” ujar Nani.
Seperti diketahui, kasus sate sianida sempat menghebohkan masyarakat Yogyakarta. Ini berawal dari Bandiman, ayah Naba yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online mendapat order dari Nani mengantarkan paket sate ke rumah Tomi di Kasihan Bantul Yogyakarta.
Saat mengirimkan paket sate beracun tersebut diatasnamakan Hamid Pakualaman. Karena Tomi sedang di luar kota maka yang menerima. Karena tidak mengenal pengirim paket makanan tersebut, istri Tomi menolak. Kemudian paket tersebut diberikan ke Bandiman dan langsung dibawa pulang untuk diberikan kepada keluarga.
Sesaat setelah dimakan oleh anaknya, Naba, kemudian mengeluh sakit dan pingsan. Naba kemudian dilarikan ke rumah sakit namun nyawanya tidak tertolong. Berdasarkan penyelidikan Polisi paket takjil tersebut mengandung racun sianida yang mematikan. (Santosa Suparman/ito)
Load more