Jember, Jawa Timur - Kondisi terbatasnya alokasi pupuk subsidi dari pemerintah yang kini hanya 50 persen, dinilai meresahkan petani. Kondisi ini pun, diperparah dengan gempuran adanya pupuk abal-abal (palsu).
Bahkan kata Ketua HKTI Jember Jumantoro, jika petani tidak berhati-hati dan waspada. Pupuk abal-abal itu terbeli dan terpakai, kemudian sebabkan hasil pertanian merugi.
"Pupuk subsidi bukannya langka, tapi mengalami alokasi yang terbatas. Sehingga kondisi sekarang kurang dan buat petani menderita. Sehingga petani dianjurkan menggunakan pupuk non subsidi. Nah saat memakai pupuk non subsidi. Jika petani tidak waspada, dan hati-hati. Jatuhnya malah dapat pupuk abal-abal (palsu)," ungkap Jumantoro saat dikonfirmasi wartawan.
Gempuran akan pupuk abal-abal ini, kata Jumantoro, dinilai mengkhawatirkan.
"Karena bentuk kemasannya, mirip ponska atau N96 (jenis pupuk) yang asli. Jadi petani harus benar-benar waspada untuk memilih pupuk," ujarnya.
Jumantoro menyampaikan, dengan kondisi terbatasnya alokasi pupuk subsidi tersebut. Pihaknya memberikan saran jika ada kenaikan harga pupuk subsidi.
"Lebih baik dinaikkan harga pupuk subsidi yg wajar tapi Cukup alokasinya," ucapnya.
Lebih jauh Jumantoro menyampaikan, kondisi terbatasnya alokasi pupuk subsidi. Tidak hanya menjadi momok bagi para petani di Jember.
"Tapi kondisi cuaca ekstream dan OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) bisa bikin petani gagal panen. Kami berharap perhatian pemerintah agar dapatnya memberikan perhatian," katanya.
Perlu diketahui, dari data yang dihimpun wartawan. Untuk pupuk jenis urea. Dalam setahun petani di Jember mendapat subsidi kurang lebih 90 ribu ton. Namun kondisi saat ini, oleh pemerintah dikurangi menjadi kurang lebih 50 persen.
Contohnya, untuk realisasi dari Januari sampai 25 Oktober atau kurun waktu setahun. Petani di Jember hanya mendapat kurang lebih 53.136 ton. Saat ini sudah terealisasi 46.584 ton atau 88 persen, namun hal itu masih dirasa kurang oleh petani. (Sinto Sofiadin/rey)
Load more