Bahkan kata Leebarty, di tingkat global isunya berubah dari tadinya para penghuni kedua kamp itu merupakan potensi ancaman menjadi isu kemanusiaan, di mana ketersediaan air bersih kurang, kurangnya sarana edukasi, perempuan dipaksa menikah di usia belia, dan justeru meningkatnya perekrutan radikalisasi di dalam kamp.
Beberapa negara sudah memulangkan warganya yang menjadi penghuni kamp Al-Haul dan Roj, antara lain Jerman, Denmark, Belanda, Spanyol, Prancis, dan Kanada.
Disebutkannya Malaysia adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara sudah merepatriasi 16 warganya dari kedua kamp itu.
AANES (Otoritas Otonomi di Utara dan Timur Suriah) menyatakan 34 negara telah merepatriasi warga mereka dari kamp di Suriah. AANES juga sudah mendesak pemerintah yang warga negaranya menjadi penghuni di kamp Al-Haul dan Roj untuk dipulangkan.
Sejak Februari 2021, para pakar hak asasi manusia (HAM) di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendesak pemerintah dari berbagai negara untuk memulangkan perempuan dan anak-anak ada di kedua kamp itu karena kondisi dan situasi di sana sangat memprihatinkan.
Lanjut Leebarty katakan, BNPT sedang mempelajari pengalaman dari tiga negara sudah memulangkan warganya dari kamp pengungsi di Suriah. Swedia dua tahun lalu merepatriasi warganya tapi negara belum siap.
Anak-anak diadopsi oleh keluarga angkat belum siap bertransisi dari negara konflik ke negara asal mereka yang damai. Anak-anak dari kamp di Suriah ini mengalami gangguan kejiwaan, bisa diam berminggu-minggu.
Load more