Jakarta, tvOnenews.com- “Masjid adalah barak kami, kubah helm kami, minaret bayonet kami, dan iman prajurit kami…” petikan puisi karya Ziya Gokalp pernah mengirim Erdogan ke penjara saat menjabat Wali Kota Istambul.
Saat itu Erdogan dituduh telah menghasut masyarakat Turki untuk melakukan kekerasan serta menebar ujaran kebencian agama atau ras. Berdasarkan KUHP Turki, Erdogan didakwa 10 bulan penjara oleh hakim beserta sederet larangan politik. Puisi yang dibacakan Erdogan disebut tak ada dalam naskah asli karya penyair yang juga seorang kritikus pemerintah awal abad ke-20
Namun dalam pembelaannya, Erdogan mengatakan bahwa puisi itu diterbitkan dalam buku-buku resmi yang disetujui oleh negara. Hasil banding kemudian mengurangi masa hukuman menjadi 4 bulan (Maret—Juli 1999) dengan sejumlah denda.
Lahir di Istanbul pada 26 Februari 1954, Pada pemilu Turki 2014, sempat muncul kontroversi bahwa Erdogan tidak memenuhi kualifikasi sebagai calon presiden karena bukan lulusan perguruan tinggi. Beberapa sumber membantah kelulusan Erdogan karena ijazahnya tidak pernah ditunjukkan.
Pada biodata, Erdogan selalu mencantumkan lulus dari jurusan Administrasi Bisnis di Aksaray School of Economics and Commercial Sciences (sekarang Fakultas Ekonomi dan Ilmu Administrasi Universitas Marmara) pada 1981.
Kontroversi tersebut berlanjut ke muka pengadilan dengan tuntutan dari sejumlah pihak oposisi. Namun, Universitas Marmara beserta pihak-pihak terdekat seperti dosen dan rekan sekelas Erdogan kukuh membuktikan kebenaran. Erdogan pun sukses terpilih menjadi presiden Turki ke-12 pada 28 Agustus 2014, meneruskan posisi sebelumnya selaku perdana menteri.
Sang petahana mencalonkan diri untuk Aliansi Rakyat, koalisi AKP dan beberapa partai sayap kanan. Selama 20 tahun pemerintahannya, Erdogan adalah perdana menteri selama 11 tahun dan mulai menjadi presiden pada 2014.
Ia memimpin transformasi ekonomi dan kelembagaan Turki pada 2000-an dan awal 2010-an, dilansir dari aljazeera.com. Hal ini membuat Erdogan mendapat banyak pujian dari para pendukung yang mengatakan bahwa kehidupan mereka telah meningkat. Ia juga dipandang telah memperkuat Turki di panggung internasional dengan menumbuhkan pengaruh negara.
Akan tetapi, kesulitan ekonomi Turki selama 18 bulan terakhir telah mengikis popularitas Erdogan. Ia dituduh menindak kelompok oposisi walau pihak pendukung pemerintah mengatakan langkah itu diperlukan sebagai upaya kudeta 2016 dari ancaman “teroris”. Janji-janji Erdogan pada pemilu tahun ini mencakup kelanjutan sistem presidensial, suku bunga rendah, dan Turki yang kuat dan mandiri dengan pengaruh di seluruh wilayah yang lebih luas. Erdogan akhirnya terpilih kembali sebagai Presiden Turki untuk ketiga kalinya dalam pemilu yang berlangsung dua putaran. (bwo)
Load more