tvOnenews.com - Nama dari Pondok Pesantren Al Zaytun tengah menjadi perbincangan hangat usai viralnya berbagai kontroversi kegiatan keagamaan yang terjadi didalamnya.
Diawali dengan viral video yang menunjukan ibadah salat Idul Fitri 1444 H di Ponpes Al Zaytun yang mencampurkan jemaah wanita dan lelaki di satu shaf salat yang sama.
Dari situ, satu persatu kontroversi serta keanehan dalam beribadah di Ponpes Al Zaytun pun mulai terungkap.
Mulai dari salam kristen yang dipimpin oleh Panji Gumilang selaku pemimpin Ponpes Al Zaytun, sampai Azan nyeleneh yang dilakukan di Ponpes tersebut.
Bahkan diketahui pemimpin Ponpes Al Zaytun yakni Panji Gumilang pernah meragukan keabsahan Alquran hingga menyuruh para santrinya untuk membaca Alkitab.
Tak hanya itu, ketika Idul Fitri dia juga pernah membawakan khutbah dengan mengutip ayat Injil.
Imbas dari segala kontroversi dari Pondok Pesantren Al Zaytun, kini Ponpes yang dipimpin oleh Panji Gumilang itu pun dikaitkan dengan organisasi Negara Islam Indonesia atau NII KW9.
Terkait itu, salah satu mantan anggota organisasi Negara Islam Indonesia (NII) sekaligus pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan pun akhirnya buka-bukaan soal kontroversi yang terjadi di Ponpes Al Zaytun.
Hadir dalam acara diskusi Catatan Demokrasi yang tayang di tvOne, Ken Setiawan bercerita pengalamannya yang pernah mengantarkan 16 santri Al Zaytun hura-hura di tempat prostitusi terbesar di Indramayu.
Ken Setiawan mengatakan ketika dia aktif di organisasi NII, ia mengaku pernah mengantarkan 16 orang santri dari Ponpes Al Zaytun ke tempat prostitusi terbesar di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
"Santri yang NII dan non NII ini emang dibedakan walaupun katanya disamakan semua. Saya sendiri saksi hidup saya pernah nganter 16 santri Al Zaytun dugem di tempat pelacuran terbesar di Indramayu dan itu fakta dan terjadi," ungkap Ken Setiawan.
Bahkan Ken Setiawan secara mengejutkan, meski para santri yang memiliki latar belakang NII dilarang merokok dan berzinah, namun ternyata hal tersebut bisa dilakukan jika membayar infaq.
"Kita di NII, mohon maaf memang nggak boleh ngerokok nggak boleh pacaran nggak boleh berzina kalau nggak punya duit, tapi kalau punya duit itu semua bisa dilakukan dan ada namanya majelis tahkim hukum," terang Ken Setiawan.
"Bahkan ada untuk yang orang tuanya NII itu diajarkan, ini untuk yang orang tuanya NII ya kalau yang non NII saya nggak tahu karena informasinya tidak ada sampai-sampai. Malah sahabat saya itu butuh untuk bayar infaq dan karena tidak berani melakukan kriminal itu mohon maaf sampai jual diri," ungkap Ken Setiawan.
Pada kesempatan itu juga Ken Setiawan secara blak-blakan menceritakan bagaimana dirinya bersama sejumlah santri dari Ponpes Al Zaytun yang diduga merupakan bagian dari kelompok NII mengumpulkan uang dengan cara tidak lazim.
Ken Setiawan mengatakan kalau didalam Ponpes Al Zaytun pengajaran untuk santri yang memiliki latar belakang NII dan Non NII dibedakan.
Disebutkan, ternyata santri yang memiliki latar belakang NII diajarkan bahwa harta milik orang diluar kelompoknya boleh dicuri karena itu merupakan harta orang kafir.
Ken Setiawan mengatakan kalau hal tersebut diajarkan dan disampaikan oleh pimpinan Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang kepada santri-santri yang memiliki latar belakang NII.
"Santri yang NII dan non NII ini emang dibedakan walaupun katanya disamakan semua. di NII sendiri, memang teorinya itu dari dari Panji Gumilang nggak menyampaikan 'silahkan ngerampok, silahkan nyuri', tapi mengatakan bahwa harta orang di luar kelompok termasuk orang tua yang belum berbaiat itu kafir semua," terang Ken Setiawan.
Hal tersebutlah yang membuat para anggota NII ini melakukan segala cara termasuk mencuri dan merampok untuk mengumpulkan harta yang nantinya digunakan untuk kegiatan organisasi.
Bahkan, Ken Setiawan mengatakan kalau pada saat itu, anggota NII diberikan target setiap bulannya untuk mengumpulkan dana dan juga tidak bisa tercapai akan mendapat hukuman. (akg)
Load more