Jakarta, tvOnennews.com - Saat ini, nama Ponpes Al Zaytun begitu menyita perhatian publik. Tak lain dikarenakan tentang ajaran-ajaran Panji Gumilang di Ponpes Al Zaytun dianggap sebagian orang nyeleneh.
Tak hanya itu saja, Panji Gumilang yang disebut sebagai dedengkot Al Zaytun itu menjadi pembahasan di kalangan tokoh politik, agama hingga menuai perbincangan di stasiun televisi, seperti tvOne.
Melalui program Catatan Demokrasi di tvOne, Panji Gumilang dengan ajaran yang dianggap nyeleneh di Ponpes Al Zaytun menjadi pemabahasan.
Menariknya, dalam pembahasan tersebut, ada seorang wanita bernama Leny Siregar, yang merupakan eks santri dan juga eks pengurus Ponpes Al Zaytun, telah menguliti ajaran-ajaran Panji Gumilang.
Leny Siregar katakan, dirinya mengakui bahwa ajaran Panji Gumilang di Ponpes Al Zaytun itu memang benar nyeleneh. Dia akui dirinya menyatakan seperti itu bukan tanpa bukti.
“Saya membernarkan, jika ajaran Panji Gumilang itu nyeleneh. Jadi, untuk mengawalinya, saya ini bukan sebagai eks wali santri saja, tetapi saya juga sebagai orang dalam atau eks NII, atau KW9. Nah, saya ini sebagai saksinya, saya juga sebagai korbannya,” kata Leny Siregar di Program Catatan Demokrasi di tvOne.
Sambungnya menjelaskan, bahwa dirinya masuk ke NII itu pada tahun 2000 awal sampai 2021 awal. Namun, dalam perjalanan dia bergabung di dalam, ia akui bahwa Panji Gumilang tak pernah mengaku sebagai imam kepada dirinya.
"Namun melalui tahapan-tahapan Ulil Amri, akhirnya saya mengetahui bahwa Panji Gulimang adalah imam NII," pungkasnya.
"Kalau misalkan dianggap sudah selesai, itu umat-umatnya masih menganggap dia sebagai imamnya. Semuanya harus turut tunduk patuh sama dia. Bahkan, hal yang remeh-remeh aja diurusin gitu,” sambungnya menjelaskan.
Tak hanya itu saja, Leny Siregar juga mengungkapkan bahwa berbagai ajaran nyeleneh diajarkan dedengkot Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang. Di antaranya, ia katakan, mulai dari cara sholat.
“Dari dahulu, saya mengalami, memang orang ini ngeyel. Dari mulai sholat, itu sudah jadi rahasia umum. Bahkan, tidak diwajibkan sholat karena kita itu masih masa Makkah ya. Saya sendiri memang manganggapnya sudah janggal, dan akhirnya saya tetap laksanakan sholat ya,” jelas Leny Siregar.
Kolase Foto Panji Gumilang dan Leny Siregar
Selain itu, Leny Siregar juga menceritakan soal dirinya yang ingin meminjam mukena. Namun pada saat meminjam, ia akui, dirinya diberikan mukena yang tak layak pakai.
“Walaupun, pada masa itu, sempat terbengkalai sholat saya. Sebagai wujud pemikiran kritis saya, acara tazkiyah saya sampai menanyakan ‘ada mukena gak?’ dan ditunjukkan mukena yang sudah kumal,” bebernya.
Dari kejadia itu, Leny Siregar menduga, bahwa mukena itu jarang digunakan untuk melaksanakan sholat.
“Berarti, di situ mukenanya nggak biasa dipakai kan, satu soal sholat, tetapi saya tetap menjalankan. Walaupun, sepanjang masa itu benar-benar ada keganjilan dalam hati saya ‘kenapa sih hanya beberapa menit saja kok dinafikan, kenapa diabaikan’,” cerita Leny Siregar.
Kemudian, ia pun menyinggung soal hal tersebut. Namun, ia katakan, dirinya malah mendapatkan tepisan, dengan dalil dan ayat Al Quran.
“Mereka bilang sholat itu dalam bentuk tilawah dan maliyah. Tilawah itu perekrutan dan maliyah itu untuk menarik infaq. Kemudian, ya kedua mengenai puasa, ini juga jam imsaknya sempat ada fase sampai pukul 6 pagi. Saya juga rancu di sini, tetapi selalu disampaikan ayat-ayat ketika saya bertanya,” jelasnya.
- Soal Adzan di Ponpes Al Zaytun
Tak hanya sampai di situ saja, dia juga menceritakan soal adzan di Ponpes Al Zaytun. Di mana menurut dirinya begitu berbeda dengan adzan yang biasa dia dengar.
Sebab, dia katakan, adzan yang dikumandangkan di Ponpes Al Zaytun tak bernada, dan dia mendengar adzan di Ponpes Al Zaytun itu seperti nada orang marah.
“Adzan, yang tidak pernah didengarkan di luar selama mereka hidup di luar, tidak pernah mendengar lafal adzan seperti itu. Di sana mereka sempat agak aneh juga, walaupun akhirnya anak yang pertama itu terbawa juga. Mungkin, pernah bilal atau siapa gitu adzan seperti itu?” ungkap Leny Siregar.
Jadi, ia akui, bahwasanya banyak kejangalan dan ajaran nyeleneh di Ponpes Al Zaytun, terutama dengan ajaran-ajaran yang diberikan Panji Gumilang.
“Yang nyeleneh-nyeleneh ini tidak bisa saya pungkiri, karena memang dari dulu seperti itu. Seperti yang disebutkan ustaz tadi, psikologinya adalah NII,” jelasnya.
“Adzannya itu tidak bernada seperti di luar, lurus datar dan sangat keras seperti mau marah,” sambungnya menuturkan.
Selain itu, dia juga katakan, bahwa ada bentuk penindasan di dalam Ponpes Al Zaytun. Satu di antaranya, soal konsumsi makanan.
“Penindasan untuk hal-hal dasar makan. Di sana kok sulit sekali ya untuk berkontribusi segi pemikiran gitu. Saya pernah mengusulkan untuk menghadirkan kantin kecil untuk di gedung pembelajaran, karena anak dalam masa pertumbuhan itu kan banyak makannya. Tapi itu mental tidak diterima,” jelasnya.
Bahkan, ia beberkan, saat masa Covid-19, para siswa kesulitan untku makan, sehingga banyak yang kekurangan gizi.
“Masa-masa pandemi Covid-19 itu ,diberlakukan lockdown di sana. Kami para orang tua akhirnya mengalami fase tidak bisa memberikan makanan ke sana, tapi di sana pun asupan makanan itu tidak terpenuhi juga,” kata Leny Siregar.
Bahkan, dia akui, untuk mengunjungi kantin ternyata sangat dibatasi untuk para santri Al Zaytun.
“Kalau ke kantin itu harus ada yang mewakili, izinnya setengah mati. Padahal di kantin tersedia makanan banyak tapi sangat sulit untuk bisa ke kantin. Keluar asrama itu izinnya sangat sulit harus ada perwakilan. Sedangkan perwakilan tidak membawa makanan sebanyak yang dibutuhkan anak-anak di asrama,” jelas Leny.
“Sempat periksakan (kesehatan anak) dan dikatakan kurang gizi,” sambungnya. (rka/aag)
Load more