Kulon Progo,DIY - Sudah jatuh tertimpa tangga, pepatah ini mungkin harus dirasakan para petani cabai di Bulak Cangkring, kecamatan Wates kabupaten Kulon Progo. DIY.
Salah satu pentani Soyi setiani 48 tahun mengatakan, terpaksa memanin lebih awal lantaran tanaman cabai sudah terendam dan sudah layu.
" Daripada merugi lebih banyak lebih baik saya panen lebih awal, saya baru 10 kali terus kena banjir, padahal baru mulai panen. kalo ga kebanjiran bisa sampe 17 kali, 18 kali metik. Harganya turun banyak nih, kalo belum kebanjiran ini bisa tembus 27 ribu sekarang 15 ribu " ujar Soyi.
Hal senada juga diutarakan Widodo 45 tahun, ia harus memanen lebih awal, memilah milah yang bisa diselamatkan, daripada merugi lebih banyak.
" Tananam pada mati kena air, banyak yang tak sempat diselamatkan, saya baru 9 kali panen, padahal harganya lagi bagus malah kena banjir, gimana lagi pasrah saja. Harga sendiri kini mencapai 27 ribu hingga 28 namun lantaran terendam paling harga di kisaran 10 sampai 15 ribu, Ujar Widodo.
Cuaca buruk dampak badai La nina menyebabkan hujan berhari hari, membuat area persawahan di tempat ini tergenang air, tanaman cabai yang baru mulai petik ini harus dipanen dini karena tanaman layu dan mati akibat terendam banjir.
Tak hanya gagal panen, para petani juga pasrah lantaran harga cabai hasil panenan mereka langsung anjlog, dari harga normal dikisaean 27 ribu kini hanya bisa dijual dengan harga 15 ribu rupiah perkilogramnya.
Akibat kondisi tersebut para petani terpaksa harus menanggung kerugian hingga puluhan juta rupiah.
Gagal panen para petani di Bulak Cangkring ini terjadi lantaran hujan deras yang terjadi sejak beberapa hari terakhir. Menurut para petani semestinya panen cabai masih bisa berlangsung hingga awal desember mendatang.(Ari Wibowo/Buz)
Load more