Jakarta, tvOnenews.com - Fakta baru mengenai isi rekening diduga milik Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun Panji Gumilang terungkap.
Nominal uang dalam rekening yang diduga milik pengasuh Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang ternyata bernilai fantastis.
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) telah memblokir ratusan rekening yang diduga milik Panji Gumilang.
Jumlah mutasi dari ratusan rekening diduga milik Panji Gumilang tersebut mencapai triliunan rupiah.
Isi Rekening Panji Gumilang Ternyata Bernilai Sangat Fantastis, Sumber Keuangan Ponpes Al Zaytun Dibongkar (istimewa)
“Iya (diblokir),” kata Kepala PPATK Ivan Yustiavandana dihubungi, Sabtu (8/7/2023).
Ivan Yustiavandana juga membenarkan ketika ditanyai soal jumlah mutasi rekening-rekening Panji Gumilang yang mencapai triliunan rupiah.
“Triliunan (rupiah),” ujarnya.
Sementara, Bareskrim Polri memastikan bakal mendalami dugaan transaksi mencurigakan dari rekening Panji Gumilang.
Bareskrim bahkan sampai membentuk timsus untuk menangani kasus transaksi mencurigakan dalam rekening Panji Gumilang tersebut.
Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Sandi Nugroho menyebut pengusutan ihwal rekening merupakan bagian dari Bareskrim Polri.
"Ya itu menjadi bagian dari tugasnya Bareskrim, nanti itu sudah ada tim yang dibentuk," kata Irjen Sandi kepada awak media, Sabtu (8/7/2023).
Sandi mengatakan, tim tersebut nantinya akn bertugas sesuai tugasnya masing-masing.
Ada pula tim yang bertugas untuk berkoordinasi dengan pihak-pihal lain.
"Ada tugasnya masing-masing, siapa yang harus berkoordinasi dengan PPATK misalnya," ujarnya.
Lebih jauh, Sandi menuturkan, kepolisian juga akan mencari saksi ahli untuk dimintai keterangan ihwal sengkarut kasus Ponpes tersebut.
“Kemudian mencari saksi ahli, melengkapi dengan kebutuhan-kebutuhan penyidikan lainnya, supaya menjadi terang," imbuhnya.
Nama Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun Indramayu menjadi viral pertama kali setelah sejumlah ajaran dinilai kontroversial. Sosok Pimpinan Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang kini menjadi sorotan.
Hal itu seiring dengan mencuatnya berbagai kontroversi di Ponpes Al Zaytun Indramayu, Jawa Barat. Kini banyak pihak pun menanyakan dari mana sumber aliran dana yang masuk ke ponpes, Selasa (20/6/2023).
Sebuah video telah viral pertama kali ketika pada saat ibadah Shalat Idul Fitri 1444 H di Ponpes Al Zaytun mencampurkan jemaah wanita dan laki-laki dalam satu shaf hingga menjadi perbincangan publik.
Menilik rekam jejak digital Ponpes Al Zaytun pernah tersandung kasus menjadi pusat gerakan Negara Islam Indonesia (NII) pada 2011 dan sudah diproses 2 kali oleh Mabes Polri.
Selain itu, pengajaran Ponpes Al Zaytun Indramayu juga bertentangan dengan ajaran Islam membuat banyak yang mempertanyakan mengapa Ponpes Al Zaytun masih berdiri.
Nama Panji Gumilang selaku dedengkot di Pesantren yang berlokasi di Indramayu Jawa Barat tersebut hingga kini masih jadi perbincangan di masyarakat, lantaran pernyataan-pernyataannya kontroversialnya.
Kini Publik menanyakan sumber aliran dana pimpinan Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang. Mantan orang dalam Ponpes Al Zaytun kini bongkar rahasianya. simak informasinya berikut ini.
Sumber aliran dana Ponpes Al Zaytun Terbongkar
Melalui program acara Fakta, tvOne sumber dana besar yang terus melimpah ke Ponpes Al Zaytun kini dibongkar oleh mantan orang dalam.
Tiara Harahap berhasil menemui salah satu pengikut dari Pimpinan Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang. Dan juga turut membangun dari ponpes masih direncanakan hingga diresmikan pada tahun 1999.
Anto adalah anggota anggota NII (Negara Islam Indonesia) KW 9 dibawah pimpinan Panji Gumilang, meski hanya beberapa tahun bergabung, namun Anto sangat mengetahui bagaimana dirinya melakukan proses penggalangan dana.
Dimana semua penggalangan dana itu ditujukan kepada Panji Gumilang.
"Dalam penggalangan dana yang kemudian untuk Al Zaytun, itu otomatis harus menjadi anggota NII dulu, kalau Al Zaytun sekarang muncul sebagai sebuah entitas yang besar yang diresmikan pada tahun 1999," tuturnya yang dilansir dari program acara Fakta, tvOne.
Menurutnya, itu merupakan proses pembangunannya ke belakang panjang dari tahun 1996, dan artinya sebelumnya sudah dipersiapkan dananya.
Soal penggalangan dana, Anto mengaku bahwa itu berasal dari jaringan bawah tanah, orang-orang yang tergabung dalam kelompok NII.
Anto juga mengatakan bahwa Panji Gumilang tidak mendapatkan keuntungan dari bisnis pendidikan di Ponpes Al Zaytun.
"Dari mana uangnya? bukan dari Saudi, bukan dari luar negeri. Dari dalam negeri, dari orang-orang NII yang menyetorkan setiap bulan miliaran untuk memutar roda organisasi," ungkapnya.
Mantan anggota NII juga mengungkapkan bahwa semua telah disiapkan, seperti program pendidikan hingga ibukota.
"Kita punya basis, kita punya program yang dijalankan, kita punya Ummul Quro ini Indramayu, punya program pendidikan, kesehatan, militer dan sebagainya, ini harus dibiayai," ujarnya.
Bahkan dari tingkatan wilayah Gubernur ke bawah, Anto menyatakan bahwa Indramayu atau Ponpes Al Zaytun sebagai Ummul Quro, ibukota NII.
"Madinah Indonesia itu di Al Zaytun, makanya jangan heran tiap berkumpul 100 ribu orang, 200 ribu orang, itu real," pungkasnya.
"Dan itulah kapal selam besar yang mensuplai uang untuk kapal pesiar yang tidak punya mesin itu," sambungnya.
Lalu, Anto ditanya soal apa yang membuatnya untuk mengakhiri kisahnya sebagai anggota NII KW9.
"Penggalangan dana itu kan, melegalisasi semua tindakan, itu imbasnya kepada pribadi-pribadi yang melakukan aksi-aksi kriminal," terangnya.
"Saya sebagai pimpinan kan punya jemaah banyak, mahasiswa terutama," ucapnya membeberkan jumlah anggota dari NII.
Dirinya merincikan jumlah anggota dari NII KW 9,"Satu desa kan bisa sampai 100 sampai 200 orang, kalau satu kecamatan kan minimal 1000 orang," ujarnya.
"Dan 1000 orang semuanya suruh nyuri, perkara tuh, ada yang ditangkap polisi, ditangkap militer, ditangkap keluarga," tuturnya.
Di mana setelah itu semua terjadi yang terjerat dengan kasus pidana, maka Anto bertanya kepada pimpinan bahwa apa yang dilakukan kepada mereka yang sudah berkontribusi.
Tetapi jawabannya malah, "Tinggalkan," ucapnya menirukan dari Pimpinan Al-Zaytun.
"Alasannya keamanan, kalau sudah tidak berguna, tinggal. Kalau masih ada, ya diperas sampai habis. Kan jadi berpikir ulang saya," tuturnya.
Hal yang meresahkannya adalah bagaimana jika dirinya bernasib sama dengan anggota NII yang ditangkap polisi tersebut dan ditinggalkan.
"Jadi buat apa berjihad, tetapi orang-orang yang sudah berkontribusi malah ditinggal begitu saja, pertanyaan itu kemudian membuat saya dianggap ini dianggap indisipliner," tutupnya. (ind/kmr/viva/muu)
Load more