"Tentunya saya harus tahu ada apa di rumah sakit. Apalagi saya bayar penuh saat itu. Tidak hanya saya, tapi juga ada teman saya yang saya kenal 3 orang. Bilang malah katanya ditolak waktu itu (untuk mendapat perawatan pasien Covid-19). Intinya (pihak rumah sakit) melakukan pemungutan (kepada) pasien Covid," ucap pria warga Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari itu.
"Padahal kan semua ditanggung pemerintah," imbuhnya.
Andreas mengaku kecewa dengan tindakan rumah sakit yang dianggap memanfaatkan untung dari pandemi Covid-19. Pihaknya pun berharap agar pihak RS Siloam mengembalikan uang perawatan rumah sakit bagi ibunya.
Terkait klarifikasi yang dilakukan olehnya itu, lanjut Andreas, dilakukan proses mediasi dengan pihak manajemen RS Siloam Jember.
"Kalau sekarang Alhamdulillah ibu saya sudah sehat. Katanya sih nanti dari (RS) Siloam saat mediasi tadi akan diklaimkan (agar uang perawatannya kembali). Tapi ini kan tidak jelas. Saya tanya sejelas-jelasnya ini prosesnya bagaimana? Apa benar kalau mau dapat perawatan harus DP dulu baru diklaimkan. Tapi mediasi tadi gak selesai," katanya.
"Sekarang kalau benar ditanggung oleh pemerintah. Kan tidak perlu ada biaya perawatan ataupun DP. Mengingat kondisi pandemi ini sekarang kan ekonomi sulit. Terlebih lagi tidak semua masyarakat kan mampu. Apalagi saya waktu itu kesusahan sampai cari utangan," bebernya.
Lebih jauh Andreas mengatakan, karena ketidakmampuan saat itu terkait ekonomi yang sulit. Ditambah ibunya harus mendapat perawatan. Ia mengatakan, untuk perawatan di RS Siloam hanya dijalani singkat.
Load more