Jakarta, tvOnenews.com - Bakal calon presiden (bacapres) Anies Baswedan masih enggan membeberkan siapa nama calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampinginya nanti. Menurut Anies skemanya sama seperti pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017 silam.
Dia pun mengingatkan kembali bagaimana perjalanannya saat Pilgub 2017 silam, di mana Anies mengaku mengerjakan sesuatu hingga tuntas baru diumumkan, bukan sebaliknya.
"Nah itu pattern itu akan terus, beres dulu baru umumkan. Sehingga masyarakat itu tidak terombang-ambing," kata dia.
"Kenapa? Ya, masyarakat melihat berita nanti hari ini berubah, besok berubah. Jangan, dipastikan semua dulu beres baru sampaikan," pungkasnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Ahmad Ali mengungkapkan bahwa peta suara bakal calon presiden (bacapres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Baswedan lemah di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Oleh karena itu, dia menyarankan eks Gubernur DKI Jakarta tersebut berpasangan dengan sosok yang memiliki latar belakang Nahdlatul Ulama (NU).
“Maka kriteria yang harus disebut itu adalah melihat peta pemenangannya Jawa Tengah, Jawa Timur itu Anies dapat apa di sana. Mau dapat berapa persen, semua wilayah terlemah buat Anies itu kan adalah Jawa Timur dan Jawa Tengah, kan begitu,” ujarnya, saat dihubungi, Jumat (24/7/2023).
“Menurut saya siapa yang bisa membantu memenangkan daerah Jawa. Jadi kalau kemudian kriteria kalau menurut kami ya idealnya itu mengambil orang Jawa Timur, darah NU,” sambung dia.
Saat dipertegas apakah sosok yang disebut oleh Ahmad Ali adalah anak dari presiden ke-4 Indonesia, Abdurrahman Wahid atau Gusdur yakni Yenny Wahid, Ali tidak mengungkapkan secara gamblang.
“Enggak, saya tahu itu, tapi kan realitasnya seperti itu,” tutur dia.
Sehingga jika ingin memenangkan Pilpres 2024 mendatang, Anies Baswedan harus menempuh opsi tersebut. Tetapi jika ingin maju dengan sembarang cawapres juga tidak dipermasalahkan. (agr)
Load more