Batam, tvOnenews.com - Konflik relokasi Pulau Rempang karena adanya proyek Rempang Eco-City. Begitu membuat sebagian warga Pulau Rempang menjerit hingga selalu dihantui kecemasan.
Hal itu disampaikan salah seorang warga Pulau Rempang, bernama Sudirman. Dia sampaikan, bahwa hari ini pemerintah melupakan sejarah. Alasannya, karena ribuan warga Pulau Rempang menjadi korban relokasi.
"Bagaimana tidak cemas kami? hunian tetap hingga janji kompensasi bagi warga, masih sebatas ucapan manis belaka. Apalagi proges pembangunan hunian tetap itu, baru sebatas pembukaan jalan saja," ujar Sudirman dengan nada terbata-bata kepada tvOnenews, Jumat (15/9/2023).
Selain itu, Sudirman sampaikan, jika direlokasi bagaimana mereka akan meghidupi keluarganya. Sementara, sudah bertahun-tahun mereka menghidupi keluarganya dengan melaut atau jadi nelayan hingga bertani.
"Dengan kebiasan itu warga mencari kehidupan dan sudah mendarah daging. Kini semua berubah, warga selalu didera kecemasan, karena harus melakukan apa? bila nantinya direlokasi ke hunian sementara," ujar sudirman.
Hal senada juga disampaikan seorang warga bernama Nova, bahwa saat ini kondisinya, pemerintah gencar melakukan sosialisasi dan membujuk warga agar bersedia mendaftar untuk direlokasi.
"Bahkan mirisnya, pemerintah memberikan batas waktu hingga 20 September bagi warga untuk mendaftar. Tentunya, harus memenehui persyaratan yang ditentukan," kata Nova.
"Salah satunya adalah surat peguasaan tanag 10 tahun secara terus menerus. Namun bila warga tak memiliki salah satu persyaratan itu, ke mana mereka akan pergi?" tanyanya dengan mata berkaca-kaca.
Memulai hidup baru bagi warga Pulau Rempang, tentu bukanlah hal yang mudah, apabila terjadi relokasi terhadap mereka. Terlebih bagi mereka yang merupakan penduduk asli, lahir dan besar di Pulau Rempang.
Bahkan, Pulau Rempang bukanlah tempat tinggal semata, melainkan wilayah bersejarah bagi Indonesia. Bila berbicara sejarah, pasti teringat dengan kata-kata mutiara Bung Karno, yakni Jas Merah, 'Jangan sekali-sekali melupakan sejara.'
Pasalnya, di Pulau Rempang ini banyak sejarahnya, mulai dari Jembatan Barelang, yang memiliki nilai sejarah kuat bagi negeri Indonesia.
Jembatan Barelang adalah saksi sejarah penanda ada kehidupa di Pulau-pulau kecil yang menghubungkan Kota Batam dengan Lima Pulau.
Yakni, Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Sekoto, Pulau Rempang dan Pulau Galang Baru.
Berdasarkan informasi yang diterima tvOnenews, kehidupan manusia di pulau-pulau tersebut selama ini damai dan telah ada sejak lama. Bahkan, sebelum kehidupam di Pulau Batam itu sendiri ada.
Nah, untuk luas Pulau Rempang ini, memiliki hampir 17 ribu hektar dan Pulau Rempang ini merupakan pulau terluas dengan potensi alam yang memukau.
Maka tak heran, bila jumlah penduduk di Pulau Rempang termasuk yang terbanyak di antara 4 pulau lainnya. Namun kondisinya saat ini, dalam pengakuan seorang warga setempat, Sudirman begitu berbeda karena bakal adanya relokasi.
Seperti diketahui, relokasi lahan tersebut akibat dari konsep pengembangan Pulau Rempang Eco City. Di mana proyek itu telah dirancang sejak 2024 silam.
Maka, sejak itu pula, riak-rial penolakan masyarakat mulai menggeliat hingga saat ini. Hal ini tak lain, karena sudah nyaman tinggal di Pulau Rempang dan di pualu tersebut juga mereka mengais rezeki dari hasil nelayan. (wna/aag)
Load more