Jakarta, tvOnenews.com - Polres Jepara untuk pertama kalinya merekrut penyandang disabilitas Indriyani Setyaningrum (47) yang biasa dikenal Mbak Indri atau Mbak Is sebagai operator call center.
Alumni Sekolah Tinggi Theologia (STT) Abdiel Ungaran, Jawa Tengah ini bertugas menerima setiap laporan masyarakat yang masuk melalui hotline 110.
Perekrutan disabilitas ini dilakukan sesuai dengan program Polri untuk memberikan kesempatan orang berkebutuhan khusus bekerja di institusi Polri sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL).
"Secara kuantitas anggota kita kurang dan sesuai program prioritas Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo maka kami rekrut penyandang disabilitas sebagai petugas operator call center 110 Polres Jepara," kata Wahyu dalam keterangannya, Jakarta, Senin (18/9/2023).
Lebih lanjut Wahyu mengatakan, ahwa Polres Jepara selama ini sudah memiliki call center 110.
Namun dalam pelaksanaan pelayanan terkendala kekurangan petugas operator hingga adanya perekrutan tersebut diharapkan bisa membantu pelayanan masyarakat.
Di sisi lain juga dapat memberdayakan dan memenuhi hak penyandang disabilitas mendapatkan pekerjaan.
Wahyu menuturkan Mbak Indri nantinya dalam bertugas sebagai operator call center memiliki tugas menerima laporan dari masyarakat baik tindak pidana maupun menanyakan terkait layanan kepolisian melalui hotline 110.
Selanjutnya, Mbak Indri akan meneruskan informasi yang masuk melalui HT atau telepon pada anggota yang berpatroli atau piket di Polres Jepara.
"Mbak Indri ini komunikatif, komunikasinya baik saat menerima laporan masyarakat saat bertugas menjadi operator call center 110," ungkapnya.
"Dalam upaya proses perekrutan petugas operator call center 110, kami telah melakukan asesmen lebih dulu dan Mbak Indri ini dinyatakan cakap sebagai operator call center," sambungnya.
Sementara, Mbak Indri menceritakan bagaimana kisahnya bisa mendapatkan posisi sekarang sebagai bagian dari jajaran Polres Jepara.
Hal itu bermula dari Mbak Is yang tidak mengerti mengapa kondisinya harus berbeda dengan orang lain.
Sejak kecil ia menderita polio yang membuatnya tumbuh menjadi anak yang minder dan tertutup.
Dunia terasa begitu kecil dan pendek untuknya karena keterbatasannya membuat Mbak Is tidak berani untuk bermimpi akan masa depan.
Satu-satunya dunia yang ia rasakan adalah keluarganya yang selama ini menerima dan mendukungnya, terutama dalam pendidikan. Ia berkesempatan untuk belajar hingga lulus dari sebuah Sekolah Tinggi Theologia (STT) Abdiel Ungaran.
Secercah harapan dimilikinya saat ada seorang pria yang mau meminangnya dari pernikahan itu, Mbak Is memiliki seorang putri yang sangat dicintainya.
Namun semua berjalan tidak seperti apa yang diharapkan hanya beberapa tahun setelah menikah, suaminya pergi meninggalkan dia dan anaknya dengan tidak bertanggung jawab.
Itu menimbulkan luka yang begitu mendalam. Satu-satunya harapan yang membuat dia tetap punya semangat hidup adalah anak satu-satunya yang harus ia rawat.
Dengan kondisinya tersebut tentu merawat anak seorang diri tidak mudah, apalagi tidak ada penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
Satu titik balik yang mengubah hidup Mbak Is adalah ketika ia mulai berkenalan dengan komunitas disabilitas di Jepara.
Semenjak itu, Mbak Is mulai bisa berdamai dengan dirinya dan aktif berorganisasi di beberapa organisasi disabilitas.
"Selalu ada harapan dan kesempatan yang tidak terduga. Selalu ada kemungkinan di tengah berbagai ketidakmungkinan. Satu hal yang ia pegang saat ini adalah untuk tetap percaya dan melangkah dengan segala keikhlasan," pungkasnya. (raa)
Load more