Batam, tvOnenews.com - Cerita Rempang mencekam di balik air mata wanita tua bernama Leha. Tergambar dalam kondisi pada suana sepi di Pulau Rempang.
Pasalnya, melalui penelusuran tim Fakta tvOnenews, di Kampung Sembulang, tempat warga bentrok dengan aparat seminggu yang lalu. Kini terlihat sepi bak kampung mati.
Rumah-rumah yang dilalui tim Fakta tvOnenews pun tak seperti pemukiman pada umumnya. Terlihat jarak antara rumah yang satu dengan lainnya cukup jauh.
"Kalau ada jalan keluarnya, ibu bertahan. Tetapi kalau tak ada jalan kerluarnya, kayak mana ibu?" cerita Leha sambil menitikan air mata soal relokasi di Pulau Rempang, Batam, Kepri, pada tim Fakta tvOnenews.
"Ibu ini masyarakat, tapi hati ibu ini uda sedih saja. Makan aja ibu tak bisa, bahkan mau ke laut kerja pun hati risau," sambungnya menceritakan.
Apalagi ketika orang BP Batam yang selalu berkunjung ke kediamannya. Leha mengaku sangat risau dan ketakutan.
Meskipun Leha akui dirinya menghadapi orang BP Batam dengan tenag. Namun, tetap saja kepiluan itu tetap dirasakan.
"Ibu hadapi lah dengan tengan, sampek polisi tadi menanyakan soal mendaftar untuk relokasi dan katanya masih punya waktu sampai tanggal 20-an," ujar Leha.
Kemudian, ditanya alasan mengapa Leha menangis. Ia pun mengutarakan keluhannya dengan kata yang terbata-bata.
"Sedih nak, kita itu sudah turun menurun tinggal di sini. Mamak ibu lahir di sini, ibu lahir di sini, bila meninggalkan kampung ini tentu sedih," kata Leha.
Apalagi Leha akui pada zaman dahulu orang tuanya pernah melawan Belanda di tanah Rempang. Lepas mengusir Belanda, orang tuanya juga pernah berperang dengan Jepang.
Namun, kenyataan pahit kini datang, ia dengan cucu-cucunya serta warga Rempang kini malah diusir oleh negeri sendiri.
"Kayak mana itu, betul-betul sakit dan tak bisa dibayangkan lagi sakitnya ini," ungkap Leha sambil mengusap air matanya.
Saat ini, Leha akui, bahwa kondisi dirinya sudah renta. Ditambah lagi dengan kasus Rempang ini, ia katakan, pikirannya menjadi kosong, bak seperti hidup tak ada harapan.
"Ibu masih ingin tetap beratahan di sini (Pulau Rempang), meskipun diinformasikan kami tetap digusur," katanya.
"Bak pepatah melayu, kalau nipis ibu melayang, kalau gulat ibu begolek. Karena Ibu tak bisa mempertahankan apapun," sambungnya.
Sebelumnya diberitakan, Kepala BP Batam, Muhammad Rudi bicara soal rencana relokasi warga Rempang yang sudah mendaftar.
Namun, saat ditanya soal deadline relokasi lahan Rempang, BP Batam menjawab dengan menohok.
Muhammad Rudi katakan, dirinya akui sudah beberapa kali disampaikan ke publik hingga media massa, bahwasanya dirinya diberi tugas dari April bagaimana investasi dari PT MEG bisa terealisasi di Kota Batam, khususnya Pulau Rempang.
"Kita tetap bekerja setiap hari, di hari kita pikirkan bagaimana masyararkat bisa menerima apa yang ditugaskan kepada saya sebagai Kepala BP Batam," ujar Rudi kepada tvOnenews, Sabtu (23/9/2023).
Sambungnya menjelaskan, bahwa hari ke hari, dirinya melakukan upaya mendekatkan ke masyarakat Rempang dan sekitarnya
"Dan pada hari ini, kepada seluruh kita semua dan Pegawai BP Batam, Pemko Batam termasuk TNI Polri. Mudah-mudahan itu tak pernah ada, tetapi itu sering diisukan, jadi kita berharap agar isu ini hilang, dan tidak ada lagi interpensi dari tim-tim kami ke masyarakat," jelas Rudi.
"Apalagi soal memaksa dan itu juga tidak boleh dilakukan," pungkasnya.
Kendati demikian, ia akui saat ini pihaknya sedang melakukan sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat.
"Sehingga masyarakat tahu, investasi ini masuk, apa faedahnya untuk masyarakat setempat dan tentu apa hasilnya yang akan mereka dapatkan," ungkap Rudi.
Jadi, pihaknya akan melakukan pendekatan sosialisasi soal investasi itu, agar masyarakat tahu dampaknya bagi mereka.
"Sehingga hari ini lebih baik kami bekerja, apa yang kami maukan, bisa terselesaikan," pungkasnya. (aag)
Load more