Padang, Sumatera Barat – Mantan Walikota Padang dua periode (2005-2015), Fauzi Bahar angkat bicara terkait merebaknya kasus kejahatan seksual terhadap anak di Kota Padang. Menurutnya, jika ditanyakan kepada semua orangtua, harta yang paling mahal adalah anak gadisnya.
“Jangankan pecah, tergores saja nggak rela dia, maka dari itu, persoalan ini harus menjadi perhatian pemerintahan kota dan kabupaten. Selain itu, ini juga karena pengaruh smartphone atau telepon pintar. Dulu saya melarang anak-anak SMA, SMP, SD tak boleh pakai smartphone, namun hari ini semua memakainya dan kita tidak bisa mengontrol,” ujar Purnawirawan Angkatan Laut ini.
Oleh karena itu peranan orangtua dan tokoh masyarakat penting sekali, tambah Fauzi Bahar. Sementara, angka kasus yang terjadi ini sangat mengagetkan, dalam tahun ini terdapat 85 kasus. Artinya, kasus yang terjadi di kota Padang, sudah sangat mengkhawatirkan.
“Yang sering menimbulkan terjadinya pelecehan seksual itu, lantaran kedua orang tua anak bekerja, sementara anaknya tinggal di rumah. Sehingga yang ‘memakan’ itu rata-rata adalah orang di lingkungan sendiri. Kakeknya, pamannya, kakaknya, tetangganya, dan orang orang yang dirasa tidak mungkin,” papar Fauzi.
Maka dari itu, kata Fauzi, kewaspadaan harus sangat ditingkatkan, tak hanya dari orangtua, tapi juga dari tokoh agama, tokoh adat, tokoh pendidikan dan pemuka masyarakat lainnya.
“Makanya dari dulu saya memulai dari aturan berpakaian, serta mengumandangkan Asmaul Husna yang sebetulnya untuk meredam hati dan menyejukkan jiwa. Namun sekarang hal-hal tersebut sudah mulai berkurang. Event-event keagamaan untuk pelajar sudah mulai tak terlihat lagi, seperti lomba Asmaul Husna dan lain-lain,” sesal Fauzi Bahar.
Fauzi melanjutkan, ketika agenda-agenda keagamaan tidak lagi didorong oleh pemerintah kabupaten dan kota, tentunya aktivitas keagamaan akan redup. Sehingga atas kejadian itu, maka para orangtua harus berhati-hati. Ia berharap pemerintah daerah memberikan perhatian khusus kepada keluarga dan kepada anak, bisa saja melalui majelis taklim dan pengajian pengajian. Sebab, menurutnya pendidikan saja tidak cukup.
“Makin pintar seseorang bisa saja dia makin kejam kalau tidak diiringi dengan pendidikan agama, sebab agama langsung mengajarkan tentang akhlak. Saya tak sependapat dengan pemerintah jika tujuan pendidikan itu hanya membuat orang cerdas, itu keliru besar. Tapi pendidikan itu harus juga bisa menciptakan manusia yang beradab, ditambah lagi saat ini, apapun dengan mudah kita akses melalui telepon genggam, sehingga bagi yang akidahnya tipis sangat mudah tergiur,” tuturnya.
Lebih lanjut, Fauzi Bahar menyebutkan, sayangnya pemerintah setempat saat ini belum terlalu memberikan perhatian khusus seperti dulu. Ia menyarankan agar lembaga adat bisa difungsikan kembali agar pengawasan peranan ninik mamak dan tokoh agama bagi perkembangan akhlak anak-anak di Sumatera Barat benar-benar dilakukan.
“Jika anak anak kekurangan gizi, bisalah semua lini membantu, tapi jika keperawanan yang sudah direnggut paksa, apalagi yang bisa dilakukan, maka dari itu, harus ada perhatian yang sangat khusus dari pemerintah setempat, belum lagi bermunculannya komunitas komunitas berbau seksual seperti LGBT dan lain-lain, angka 85 kasus itu baru yang terungkap, siapa yang tahu untuk kasus yang tidak terungkap,” ujar Purnawirawan Pasukan Katak TNI-AL ini. (Wahyudi Agus/ Wna)
Load more