“Mengulur waktu, dan tidak segera memutuskan nasib keberlanjutan pencapresan Anies,” jelas Umam.
Namun di sisi lain, Anies yang seharusnya tampil agresif memimpin koalisi, kini juga ikut-ikutan diam menyaksikan koalisinya stagnan.
“Elektabilitasnya masih terseok-seok pada enam bulan menjelang Pilpres 2024 mendatang,” jelasnya.
Bahkan, menurut Umam, selaku Capres Pro-Perubahan, Anies sendiri belakangan juga tampak semakin gamang dan tidak cukup keberanian untuk mengkritik kebijakan pemerintahan yang ia klaim hendak ia ubah.
Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin)/Twitter/@cakimiNOW
“Problemnya, stagnasi elektabilitas Anies dan bergemingnya Nasdem dalam jangka panjang ini betul-betul menjadi “ujian berat” bagi partai-partai pengusung Anies lainnya,” kata Umam.
Selain terancam tidak akan mendapatkan efek ekor jas (coat tail effect) dari pencapresan Anies, PKS dan Demokrat kini juga tampak mulai gusar setelah merasakan koalisinya seolah tidak ada kemajuan.
“Tidak ada kesetaraan dalam pengambilan keputusan di internal koalisi, dan tidak ada keseriusan untuk bergerak bersama,” katanya.
Oleh karena itu, kata Umam, muncullah ide penggabungan Ganjar-Anies sebagai pasangan Capres-Cawapres belakangan ini.
Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (tim tvOnenews/Goldi)
Load more