Surabaya, Jawa Timur - Perjuangan pasangan suami istri asal Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mendapatkan anak ini penuh liku dan rintangan. Meski demikian, mereka tetap berupaya dengan mengikuti program bayi tabung. Setelah sebelas tahun menunggu kehadiran sang buah hati, akhirnya, impian keduanya terwujud.
Didik Santoso dan Titin, pasangan suami istri asal NTT mengikuti program bayi tabung karena mendambakan kehadiran seorang anak. Namun, kondisi kesehatan sang istri, Titin yang mengalami pelekatan usus dan rahim membuatnya sulit hamil secara normal.
Berbagai pemeriksaan sudah dilakukan di NTT. Namun, beragam pemeriksaan yang dijalani itu tak kunjung membuahkan hasil. Sampai akhirnya, keduanya dirujuk ke Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kendangsari, Surabaya. Setelah dirujuk, pasutri tersebut langsung ditangani Prof. Dokter Budi Santoso.
“Saya lakukan laparoskopi. Tindakan melihat apa ada faktor penghambat di alat produksi bagian dalam. Ternyata ada pelekatan antara usus dan rahim. Untuk menangani hal ini, kami lakukan tindakan operasi," ungkap Prof. Budi.
Usai menjalani operasi, pasutri tersebut tidak bisa langsung mengikuti program bayi tabung, melainkan harus menunggu selama dua bulan sebelum menjalani proses bayi tabung.
Setelah dua bulan menunggu, mereka selanjutnya menjalani proses bayi tabung. Kala itu, dua embrio berhasil ditanam dan berkembang. Sekitar 25 April 2020, Titin dinyatakan hamil anak kembar tidak identik.
“Sayangnya, pada tiga semester pertama kehamilan, kondisi salah satu janin melemah dan meninggal dunia, sehingga tersisa satu janin,” papar Prof Budi.
Load more