“Pendidikannya seperti apa? Konsep yang dibangun belajar dari mulai sejarah. Komposisi 30 persen kognitif, 70 persennya psikomotorik dan afektif, bentuk Pancasila dalam tindakan. Karena Pancasila bukan hafalan, melainkan implementasi atau tindakan,” tambahnya.
Dalam penyebarluasan dan pembumian Pancasila kepada seluruh kelompok masyarakat, BPIP akan mengadakan sertifikasi pengajar Pancasila yang akan bertugas kepada kelompok-kelompok masyarakat di seluruh penjuru negeri.
“Kalau dulu ada Manggala. Kita sekarang, dalam waktu yang tidak lama, akan ada sertifikasi pengajar Pancasila yang namanya adalah Maheswara. Artinya orang yang berbudi pekerti luhur,” ungkapnya.
Tonny menjelaskan ada klasifikasi bagi para pengajar dan fasilitator Diklat PIP. Termasuk membuka peluang kepada para Perwira TNI dan Polri untuk dapat menjadi pengajar Pendidikan Pancasila melalui program sertifikasi tersebut.
“Klasifikasi pengajar diklat PIP ada cluster-nya. Dasar, menengah dan utama. Bedanya penceramah dan pengajar adalah kapasitas berdasarkan latar belakang pendidikan, pengalaman dan jabatannya. Penceramah untuk penguatan PIP yang terdiri dari orsospol, ormas, perguruan tinggi, komunitas dan perorangan. Sementara pengajar merupakan para TNI, Polri, ASN,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Hubungan Antarlembaga, Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP Prakoso menuturkan TNI dan Kepolisian merupakan tulang punggung dalam menjaga teritorial Indonesia.
Dirinya mengajak para perwira untuk menyadari bahwa negara Indonesia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus selalu dipertahankan dengan persatuan dan kesatuan.
Load more