"Pernyataan Pak Jokowi itu memang normatif tapi sangat substansial. Normatif karena memang disampaikan sebagai Presiden di depan kader Partai Golkar. Meski bukan lembaga pemerintahan, suka tidak suka, dari partailah lahir pemimpin tertinggi (Presiden-red) di Republik ini," tutur Sangap.
"Pernyataan itu juga sangat substansial dong. Mengingat 2024 itu ada kompetisi Pilpres, pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Jangan sampai sakit hati berlarut-larut alhasil membangun negeri kita ini tersendat. Itu yang harus dipahami si Deddy itu, jangan asbunlah. Kasihan dirinya dan partainya," sambung aktivis pergerakan mahasiswa '98.
Sangap menilai, ajakan untuk bersatu dan rukun kembali yang disampaikan Presiden Jokowi setelah terjadinya diskusi panjang antara Presiden dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Sebab, di dalam pidato itu, Jokowi menyampaikan setuju kepada usul Prabowo Subianto.
"Pak Prabowo ini kagum dengan Soekarno, dimana Presiden Pertama kita itu sering menyampaikan satunya kata dengan perbuatan. Pak Prabowo ketika kalah Pilpres 2019 tetapi berbesar hati ikut kabinet Pak Jokowi hanya untuk kemajuan Republik ini," imbuh Dosen Fakultas Ilmu Hukum Universitas Kristen Indonesia ini.
"Deddy inikan dari Partai yang selalu menjual sosok Soekarno, tapi masa ngak ngerti sih jalan Soekarno. Lebih baik dia banyakin baca buku pemikiran Soekarno dulu deh baru komen politik," tandasnya.
Pernyataan Deddy Sitorus
Load more