Jakarta, tvOnenews.com - Soal pertemuan antara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dengan ketua DPP PDIP Puan Maharani di Singapura, belum lama ini, jadi sorotan publik hingga pengamat politik.
Bahkan pertemuan itu ditafsirkan punya makna politik yang tinggi. Pakar politik Burhanuddin Muhtadi menganalisa pertemuan Luhut dan Puan merupakan momen dua tokoh penting yang terlalu sederhana jika ditafsirkan sebagai pertemuan biasa saja.
Apalagi, kata dia, pertemuan itu dilakukan jelang Pemilu 2024.
"Jadi, dua sosok ini aja, baunya bau politik. Apalagi kalau kemudian melakukan pertemuan, pasti pertemuannya punya dosis politik tinggi," kata Burhanuddin dalam Kabar Petang tvOne yang dikutip VIVA pada Jumat, (1/12/2023) malam.
Selain itu, dia katakan, tidak punya akses untuk mengetahui apa yang dibicarakan keduanya di belakang layar.
Meski demikian, menurutnya pertemuan itu menarik karena belakangan ini antara hubungan antara PDIP dengan Presiden Jokowi sedang tak baik-baik saja.
Kemudian dia menyinggung hubungan itu pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 90/PUU-XXI/2023 terkait batas syarat capres cawapres yang diketuk pada 16 Oktober 2023.
"Itu terlalu terang benderang untuk dikatakan terutama pasca pendaftaran Prabowo-Gibran terutama sejak putusan MK nomor 90," pungkas Burhanuddin.
Lalu, dia membaca strategi yang dipakai PDIP sekarang. Ia mengatakan demikian karena pernyataan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam pidato 12 November 2023.
Kemudian, pidato Megawati beberapa hari lalu di depan rakornas relawan Ganjar-Mahfud.
"Jadi, sangat terang menderang. Terlihat di mata publik adalah strategi agresif, ofensif, oleh tim Ganjar Mahfud di-backup penuh oleh PDIP," lanjut Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia tersebut.
Burhanuddin menilai figur Puan realistis, pragmatis karena cenderung kurang bersuara dan terdengar dalam isu hubungan antara PDIP dengan Jokowi.
Bagi dia, pertemuan Luhut dan Puan bisa dibaca dalam dua pengertian.
"Yang pertama, bisa jadi mba Puan bisa memainkan strategi injak pedal rem. karena sebelumnya koleganya di PDIP cenderung menginjak pedal gas," jelas Burhanuddin.
Menurutnya, strategi politik itu agar lebih balance antara elite PDIP dengan kaitannya sikap terhadap Istana dan Jokowi. "Yang kedua, ini bisa jadi move pribadi mba Puan," tuturnya.
Bahkan, menurutnya ada yang memainkan strategi menginjak pedal gas dan injak pedal rem. Kemudian dia menganalisa untuk strategi injak pedal rem dalam rangka memitigasi atau menetralisir hubungan yang memanas dalam beberapa pekan terakhir.
"Kalau yang kedua ini manuver pribadi. Tapi lebih ke Mba Puan sendiri yang coba untuk mengambil inisiatif dalam rangka menurunkan tensi," beber Burhanuddin.
Selanjutnya, Luhut dan Puan pun buka suara soal pertemuan itu. Puan melalui akun Instagramnya, menuturkan bertemu Luhut dengan tulisan ngeri-ngeri sedap.
Puan memanggil Ketua Dewan Penasihat Golkar itu dengan sapaan opung.
"Opung… yang penting sehat dulu, ya… Senang deh bisa ketemu Opung @luhut.pandjaitan yang tetap semangat diskusi soal Indonesia, apalagi jelang Pemilu ini… Ngeri-ngeri sedap ya, Pung," tulis Puan dikutip pada Sabtu, (2/12/2023).
Sementara, Luhut menyampaikan pertemuan dengan Puan itu membahas sejumlah isu nasional. Beberapa persoalan isu itu mulai dari kondisi perekonomian, situasi geopolitik global, hingga Pemilu 2024. Luhut mengaku senang bisa menerima kunjungan Puan di tengah proses pemulihannya.
"Kami membahas berbagai macam topik kebangsaan. Dan, kami sepakat bahwa kepentingan rakyat kecil haruslah selalu menjadi yang utama, dan itu semua hanya bisa tercapai lewat persatuan seluruh anak bangsa,” kata Luhut dalam keterangannya Selasa, (28/11/2023). (aag)
Load more