“Joget Prabowo terkesan sebagai bentuk kompensasi, sekaligus pengalihan perhatian audiens, atas menurun jauhnya kemampuan Prabowo berpikir strategis dan tuntas di level tertinggi pejabat negara,” kata Reza.
Reza kemudian mengatakan bahwa strategi branding lewat joget berpotensi menjadi senjata makan tuan.
“Ketika orang-orang di sekitar Prabowo terus mengarahkan Prabowo untuk berjoget, itu berarti mereka bukan melatih Prabowo untuk memulihkan executive functioning-nya, melainkan justru mempertumpul kapasitas kognitif Prabowo,” cemas Reza.
Reza mengakui bahwa Donald Trump pernah berjoget pada tahun 2019.
“Trump ajojing selepas lolos dari serangan Covid-19,” katanya.
Kemudian ada juga pemimpin negara yang melakukan hal yang sama, yakni Boris Yeltsin pada 1996.
“Yeltsin dikenal punya riwayat penyakit jantung. Jadi, kedua tokoh tadi berjoget dalam rangka meyakinkan publik bahwa mereka sehat,” kata Reza.
Menurut Reza, karena sehat, target Trump dan Yeltsin adalah agar masyarakat tidak ragu akan kesanggupan mereka memimpin.
“Dari situ, masuk akal jika Prabowo, dengan usianya yang sudah lanjut dan kondisi kesehatannya yang jauh dari prima, melakukan pendekatan serupa guna mempengaruhi persepsi publik,” kata Reza.
Prabowo Subianto saat Joget Gemoy (tim tvOnenews)
Hal itu menurut Reza tidak masalah, karena setiap kontestan Pilpres boleh bikin siasatnya masing-masing.
Load more