Said Iqbal menambahkan, negara sejahtera berdasarkan tiga prinsip. Pertama, kesetaraan kesempatan. Hal ini jika dijabarkan berarti, kamu boleh kaya, asalkan tidak memiskinkan kami. Kedua, redistribusi kekayaan, yaitu mengembangkan 5 program jaminan sosial lainnya: jaminan makanan, jaminan perumahan, jaminan pendidikan, jaminan air bersih, dan jaminan pengangguran. Ketiga, tanggung jawab publik, yaitu mayoritas anggaran APBN dan APBD dialokasikan untuk jaminan sosial.
"Hal lain yang akan diperjuangkan Partai Buruh adalah anti impor beras, daging, dan komoditas lainnya, termasuk di dalamnya adalah pro subsidi," tegasnya.
Dalam kampanye nasional ini, Said Iqbal berjanji, bilamana Partai Buruh masuk Senayan akan memberikan janji politik yang sudah dikerjakan dan akan terus dikerjakan; yaitu stop PHK, membuka lapangan kerja berbasis pasar sosial, anti korupsi, naikkan upah 15 persen, mengembalikan tanah untuk petani, reforma agraria, kedaulatan pangan, anti impor, perahu untuk nelayan, angkat guru dan honorer sebagai PNS, hapus outsourcing, pembatasan periode karyawan kontrak, perlindungan pekerja dan anak-anak dengan memberikan rasa aman dan asupan gizi melalui program jaminan sosial yaitu jaminan makanan, kuliah gratis, BPJS gratis, dan membangun lembaga advokasi di negara tujuan buruh migran Indonesia.
"Untuk memastikan hal itu bisa terlaksana, Partai Buruh menerapkan konstituen recall. Di mana pemilih boleh mengganti anggota dewan dari Partai Buruh yang tidak memenuhi janjinya," ujar Said Iqbal.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Partai Buruh menyerukan Pemilu damai, bersih, adil, dan tanpa politik uang. Kecurangan Pemilu harus dibuang jauh-jauh. Partai Buruh juga mengingatkan, kecurangan dalam pemilu bisa berakibat kerusuhan. Partai Buruh tidak akan bertanggung jawab jika terjadi kecurangan dalam pemilu.
"Namun demikian, Partai Buruh percaya, penyelenggaraan pemilu seperti KPU, Bawaslu, DKPP, akan melaksanakan tugas dengan baik, sehingga pemilu bisa berjalan dengan damai, bersih, adil, dan tanpa politik uang," kata Iqbal.
Load more