Antara lain, hindari sembarang komentar, apalagi memakai kata kasar. ”Ingat, yang dihadapi di ruang digital adalah manusia juga, bukan hanya barisan huruf atau angka. Artinya, ada etika dan kesopanan,” papar Sarmin.
Kepatuhan pada etika di ruang digital penting, lanjut Sarmin, karena kalau sampai pihak yang diumpat di media sosial tak terima, bisa memunculkan pidana ujaran kebencian. ”Dan, pidananya akan diterima di dunia nyata, seperti diatur di UU ITE. Jadi, kendalikan dan kontrol emosi saat bermedsos,” ujar Sarmin dalam webinar yang dipandu moderator Iman Darmawan.
Sementara itu, Mom Influencer Ana Livian mengatakan, guru dan orangtua mesti terlibat untuk memastikan informasi yang siswa dapat berasal dari sumber terpercaya dan kredibel. Pastikan juga dengan memeriksa ulang informasi melalui sumber lain untuk mendapatkan validasi.
”Gen-Z itu sangat open minded, terbuka terhadap masukan orang lain asalkan masuk akal. Pesan untuk Gen-Z: jangan sembarang akses link yang terkadang viral, ternyata jebakan penjahat digital. Perkuat password akun pribadi, dan ganti password secara periodik agar penjahat digital diperketat serangannya,” pungkas Ana Livian.
Untuk diketahui, gelaran webinar di Majene ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Kemenkominfo. GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Hingga akhir 2023, tercatat sebanyak 24,6 juta orang telah mengikuti program peningkatan literasi digital yang dimulai sejak 2017. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia sampai dengan akhir 2024.
Load more