tvOnenews.com - Tumbuh pesat dan padatnya warga yang terkoneksi internet di Indonesia, membuat perilaku penghuninya berubah makin cepat. Dunia pendidikan ikut terkena dampaknya. Kegiatan belajar online jadi makin menarik, lebih lengkap, dan makin menantang. Tetapi ada juga risiko negatif yang, kalau tidak hati-hati, siswa dan guru mudah terpapar hoaks alias berita palsu.
”Kalau hoaks makin membludak di ruang belajar, bagaimana menangkalnya?” Itulah pertanyaan sekaligus kegelisahan yang dilontarkan Nur Syafa, siswa SMPN 3 Sendana, Kabupaten Majene, saat mengikuti webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat, di Kabupaten Majene, Senin (6/5).
Mengusung tema ”Tantangan Hoaks dalam Dunia Pendidikan”, diskusi online yang diikuti siswa dan guru sekolah di Majene dengan menggelar nonton bareng (nobar) di sekolah-sekolah itu, berlangsung semarak dan interaktif. Peserta webinar di antaranya adalah siswa dan guru SDN 2, SDN 3 dan SDN 4 Galung, SDN 2 Bababulo, SDN Inpres 28 Luaor, SDN 22 Apoang, SMPN 2, SMPN 3, dan SMPN 4 Sendana, serta SMPN 4 Pamboanga.
Menjawab pertanyaan Nur Syafa, Jawara Internet Sehat Sulawesi Tengah Andi Rizky Herdiansyah menyebut pentingnya para siswa meningkatkan kompetensi saat mengakses konten dan link di jaringan internet. ”Kalau ada berita dan informasi yang meragukan, jangan asal klik. Verifikasi dulu dengan mengajak guru atau teman sekelas, diskusikan. Biasakan untuk selalu saring dan checking dulu kebenaran informasi,” tutur Andi Rizky.
Cara paling mudah, lanjut Andi Rizky Herdiansyah, Googling saja aplikasi yang bisa membantu memverifikasi kebenaran suatu berita. Masukkan judul berita ke aplikasi seperti cekfakta.com atau turnbackhoax.id. ”Hasilnya bisa menjadi rujukan untuk memutuskan kebenaran suatu berita yang meragukan,” terang Andi, dalam webinar yang dipandu moderator Syam Mudho.
Andi Rizky juga menyarankan kebiasaan untuk mengecek sumber lain dan jangan mudah mempercayai berita yang diterima. ”Belum lama ada geger soal larangan bersalawat, dengan narasi provokasi pecah belah agama. Setelah dicek, ternyata bukan larangan untuk bersalawat, tapi spanduk berisi ajakan bersalawat akbar di Kota Larangan. Itu nama tempat. Kejadian seperti itu akan tertangkal kalau kita saring dan cek sebelum sharing,” urai Andi.
Load more