tvOnenews.com - Kemajuan teknologi digital telah mengubah cara kita hidup dalam berinteraksi. Kita juga dihadapkan dengan berbagai tantangan keamanan siber. Kemudahan yang ditawarkan dunia digital, memunculkan pula tantangan keamanan yang perlu diwaspadai. Ancaman siber seperti pembobolan data, penyadapan, dan serangan malware menjadi risiko nyata yang harus dihadapi.
Dosen Institut Agama Islam Negeri Kerinci Jafar Ahmad menyampaikan hal itu, saat menjadi narasumber dalam webinar literasi digital untuk segmen pendidikan, yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah di Kabupaten Buol, Selasa (7/5).
Jafar mengatakan, pengguna digital perlu memahami ancaman serangan siber. Serangan siber yang semakin canggih: hacker dan kelompok kejahatan siber terus mengembangkan teknik-teknik baru untuk menyerang sistem komputer dan jaringan. Di sisi lain, ancaman malware yang beragam: virus, trojan, ransomware, dan jenis-jenis malware lainnya dapat menginfeksi perangkat dan mencuri data atau mengacaukan sistem.
”Pencurian identitas dan data pribadi: pencuri data dapat menggunakan informasi pribadi untuk melakukan penipuan atau memeras korban,” tegas Jafar Ahmad dalam webinar yang dipandu moderator Iman Darmawan itu.
Dalam diskusi virtual bertajuk ”Berselancar di Dunia Digital dengan Aman” Jafar menyebut, menjaga privasi dan kerahasiaan data pribadi menjadi tantangan utama berselancar di dunia digital. Perlindungan terhadap informasi sensitif, seperti data keuangan, kesehatan, dan identitas diri, sangat penting untuk mencegah penyalahgunaan dan pencurian.
”Kesadaran akan praktik perlindungan data yang baik, penggunaan enkripsi, dan waspada terhadap pembocoran informasi dapat membantu kita menjaga keamanan data pribadi di dunia digital yang semakin kompleks,” imbuh Jafar Ahmad.
Untuk menghindari penipuan dan penyadapan, Jafar berpesan kepada para pengguna untuk bersikap waspada dan berhati-hati. ”Hindari pengungkapan data pribadi, waspadai penyadapan komunikasi, edukasi keluarga dan lingkungan,” jelas Jafar Ahmad di depan siswa dan para tenaga pendidik yang mengikuti diskusi dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing.
Beberapa sekolah menengah yang menggelar nobar diskusi online di Kabupaten Buol, di antaranya SMPN 1 dan 2 Biau, SMAN 1 Bunobogu, SMAN 1 Bukal, SMAN 1 Lakea, SMPN 1 5 Bukal, SMPN 1 Tiloan, MTsN 1 Buol, SMAN 2 Biau, SMPN 1 Bunobogu, SMPN 1 Gadung, SMAN 1 Momunu, dan SMAN 1 Momunu.
Dari perspektif etika digital, dosen Universitas Paramadina Jakarta Septa Dinata mengatakan, pelanggaran terhadap Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), seperti pencemaran nama baik, ujaran kebencian, dan kabar bohong, dari tahun ke tahun terus meningkat.
”Pengguna digital perlu memahami prinsip-prinsip etika berkomunikasi di media sosial. Yakni, keadilan, hak asasi, kesetaraan, tanggung jawab, transparansi, dan integritas,” rinci Septa Dinata.
Sementara musisi Mia Marcellina menambahkan, kebutuhan akan teknologi yang tinggi, menyebabkan penggunaan media sosial menjadi gaya hidup, data pribadi tersebar secara meluas melalui media sosial (digital).
”Menjaga keamanan data pribadi sangat penting dilakukan agar Anda terhindar dari berbagai ancaman yang mungkin terjadi. Misalnya, perundungan daring hingga penyalahgunaan data pribadi oleh pihak yang tak bertanggung jawab,” jelas Mia Marcellina.
Untuk diketahui, gelaran webinar di Kabupaten Buol ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Hingga akhir 2023, tercatat sebanyak 24,6 juta orang telah mengikuti program peningkatan literasi digital yang dimulai sejak 2017. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia sampai dengan akhir 2024.
Tahun ini, program #literasidigitalkominfo mulai bergulir pada Februari 2024. Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring seperti akademisi, perusahaan teknologi, serta organisasi masyarakat sipil, program ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.(chm)
Load more