LIVESTREAM
img_title
Tutup Menu
Daerah Sulawesi Sumatera Jabar Banten Jateng DI Yogya Jatim Bali
Pertunjukan Teater Mandiri dengan Lakon "Aduh" di Teater Salihara, Jakarta.
Sumber :
  • Bajo Winarno

"Aduh" dan Eksperimentasinya, Lima Puluh Tahun Kemudian

Teater Mandiri mementaskan kembali “Aduh” karya Putu Wijaya, sebuah karya yang jadi “tonggak” pemberontakan seni pada 1970-an. Pertunjukan agak tegang, sedikit kehilangan unsur bermain-main.

Minggu, 12 Mei 2024 - 08:12 WIB

Jakarta, tvOnenews.com-Teater Mandiri mementaskan kembali “Aduh” karya Putu Wijaya, sebuah karya yang jadi “tonggak” pemberontakan seni pada 1970-an, apa yang masih kita bisa baca saat ini saat skena teater sudah menjelajah ke banyak horison baru yang sangat luas?

Panggung lengang. Hanya ada layar hitam, tak ada satu pun peralatan pentas lain di ruang pentas. Saat lampu meredup, perlahan lahan menyala secercah sinar seperti melayang layang mencitrakan kunang kunang.

Lalu suara gemuruh sirene melengking lengking, tak lama sosok sosok manusia berjumpalitan ke luar, menarik narik layar, berteriak, saling memberi semangat untuk bekerja lebih giat saat seorang aktor tampak kelelahan. Adegan seperti dalam kesibukan kerja. Lalu sirene berhenti. Seseorang masuk dan berkata: “Ayo semangat, kerja jangan hanya pada saat ada sirene saja.”

Suasana seperti tegang sejak awal. Lalu tempo pertunjukan tak juga menurun sepanjang dua jam pertunjukan, dibangun dengan ping pong dialog antar pemain merespon seorang aktor  bercawat dan berselimut kain putih yang mengerang “aduh” dan menciptakan seluruh peristiwa.

Baca Juga :

Salah satu kekuatan Teater Mandiri adalah selalu punya daya menggaet segala elemen ke dalam panggung. Putu Wijaya menyebutnya dengan kredo “bertolak dari yang ada”. Layar hitam yang selalu tampak berkibar kibar, mengkerut, berpilin atau centang perenang karena ditarik tarik pemainnya misalnya menciptakan imajinasi yang beragam. Atau, seorang pemain tiba tiba berteriak histeris ketika buah timun –yang dibuat seadanya dari gulungan kertas koran---yang akan dia makan “kerasukan” arwah mayat yang terbujur di depannya. Penonton tergelak dengan situasi tersebut.

Putu Wijaya dengan lakon Aduh digolongkan dalam penulis lakon baru di Indonesia bersama naskah Tengul atau Kapai Kapai karya Arifin C Noer. (Sumber Foto: Bajo Winarno)

 

Tapi pertunjukan ulang Aduh setelah lima puluh tahun di Teater Salihara pada Sabtu 11 April 2024 lalu seperti kehilangan aspek bermain-main. Saat dipentaskan selama tiga hari berturut turut di Teater Arena Taman Ismail Marzuki pada 1974, Teater Mandiri menampilkannya dengan sangat rilek, santai. Majalah Tempo menulis pertunjukan dengan bingkai “kapankah sandiwara benar benar mulai?”

“Dalam sunyi, seorang pemain diiringi perempuan pelayan maju ke bagian depan. Ia melepas baju tinggal singlet, mengganti celananya dengan komprang dan diberi kerudung selimut kumal. Perempuan kembali ke belakang, sedang pemain ini pelan-pelan melangkah: mengerang, gemetar, meliuk-liuk, dan menunjukkan dialah orang sakit itu. Sirene sudah berhenti. Semua orang satu-persatu sudah bergerak. Sandiwara sudah dimulai,”  

Dengan pembuka yang santai, nakal, bermain-main ini, Putu saat itu memberi tawaran segar, pentas seperti  bergerak antara permainan formil dan hidup keseharian. Pertunjukan banyak memancing suasana tawa. Tapi, tetap ada situasi asing, pahit dan melonkoli dari suasana yang diciptakan di atas pentas.

Semua tokoh tokohnya tak memiliki nama, hanya mengesankan dari lapisan bawah yang lugu dan seringkali naif. (Sumber foto: Bajo Winarno)

 

Aduh dari semula memang sebuah main-mainan. Dengan bermain main Putu tampak sangat peka, sugesti pada tingkah-tingkah kecil, logika sungsang, pikiran jungkir-balik.

 “Orang waras”, yang membaca naskah ini, tak mungkin bisa menerima misalnya: orang sakit yang sampai matinya tidak ditolong oleh khalayak yang justru terus-menerus bertanya-tanya. Alakah mayat yang memberat dan tak bisa mereka angkat, yang akhirnya dicemplungkan ke dalam sumur? Adakah mayat yang tidak bisa diketahui jenis kelaminnya? Atau roh yang hinggap dalam mentimun, walaupun mungkin bagi orang Bali semuanya bukan cerita yang aneh?” tulis Majalah Tempo.

Dalam pentas ulang, penampilan Jose Rizal Manua patut diberi pujian. Menjelang usia 70 tahun, ia masih bisa bermain dengan stamina yang terjaga. Ia masih sanggup pingpong dialog dengan pemain muda dengan ritme dan artikulasi yang terjaga  meski sambil terus menerus bergerak tanpa henti.

Naskah Aduh bagian dari gerakan avant garde pada 1970-an yang marak di Indonesia setelah Taman Ismail Marzuki berdiri pada 1968. Naskah ini lalu menang dalam Sayembara Naskah Drama Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 1973.

Goenawan Mohamad dalam tulisan Sebuah Pembelaan untuk Teater Indonesia Mutakhir menyebut Aduh-Putu Wijaya masuk dalam lakon lakon baru di Indonesia bersama naskah Tengul atau Kapai Kapai karya Arifin C Noer.

Naskah naskah yang lahir dari pergulatan di ruang ruang latihan semacam Aduh, bagi Goenawan, harus disikapi secara baru. Naskah Bebasari-nya Roetam Effendi, Sayang Ada Orang lain dari Utuy Tatang Sontani atau Barabah karya Motinggo Buesje, misalnya meski ditulis sebagai lakon, bisa diubah sebagai novel tanpa perubahan yang berarti.

“Bahkan bisa dikaji sebelum atau tanpa dilakonkan di atas pentas,” ujar Goenawan.

Sementara, untuk naskah baru seperti  Aduh,  sejak awal pengarang tampil bukan sebuah otoritas. Naskah yang disertakan Putu dalam Lomba Penulisan Drama DKJ itu misalnya hanya sebagian kecil dari kekayaan tawaran eksperimentasi yang terjadi di panggung.

Latihan latihan Teater Mandiri yang spartan, keras dan konsisten di Balai Budaya Jakarta saat itu memberi inspirasi perupa seperti Nashar. Dalam Catatan Hariannya, Nashar menulis praktek berteater dari Putu Wijaya bersama Teater Mandiri memberi rangsangan ia dalam melukis.

“Lakon tidak boleh dikatakan telah mulai disitu dengan persis. Ia hanya menyediakan sebuah telur yang menunggu dibuahi. Sadar atau tak sadar, ia mempersiapkan sebuah hubungan yang lebih erat—sekaligus lebih leluasa antara sang naskah dan horison lain setelah kesusastraan,” tulis Goenawan.

Semua tokoh tokohnya tak memiliki nama, hanya mengesankan dari lapisan bawah yang lugu dan seringkali naif. Dialog sering terjadi antara tokoh tapi tak jelas ditunjukan pada siapa. Kegiatan dilakukan, tanpa diperjelas aktivitasnya.

Situasi absurd dan asing dibangun dari kondisi pengadeganan yang diciptakan di atas pentas. Pola pola semacam ini lalu jadi semakin sering dipraktekan dalam iklim pertunjukan saat itu. Iwan Simatupang bahkan pernah menulis kecenderungan “baru” ini dengan sindiran ”Rame-rame jadi eksistensialis.” (bwo)

 

 

 

Komentar
Berita Terkait
Topik Terkait
Saksikan Juga
Jangan Lewatkan
Vietnam Berpeluang Jadi Lawan Timnas Futsal Indonesia di Semifinal ASEAN Championship Futsal Usai Permalukan Brunei Darussalam 14-0

Vietnam Berpeluang Jadi Lawan Timnas Futsal Indonesia di Semifinal ASEAN Championship Futsal Usai Permalukan Brunei Darussalam 14-0

Kemenangan telak Vietnam atas Brunei Darussalam 14-0 pada Selasa (5/11/2024) membuat pertemuan kontra Timnas Futsal Indonesia semakin dekat. 
Selain Kevin Diks, Kasta Teratas Liga Denmark Punya 1 Pemain Keturunan Lain Berdarah Bandung yang Bisa Dilirik Timnas Indonesia

Selain Kevin Diks, Kasta Teratas Liga Denmark Punya 1 Pemain Keturunan Lain Berdarah Bandung yang Bisa Dilirik Timnas Indonesia

Tak cuma Kevin Diks, kompetisi kasta teratas Liga Denmark musim ini juga punya satu pemain keturunan lain yang bisa dinaturalisasi dan perkuat Timnas Indonesia.
Tolong Campurkan Bahan Rahasia ini ke Beras yang akan Anda Masak, Nasi Dijamin jadi Lebih Sehat kata dr Zaidul Akbar, Rasa Nikmat dan Lezat

Tolong Campurkan Bahan Rahasia ini ke Beras yang akan Anda Masak, Nasi Dijamin jadi Lebih Sehat kata dr Zaidul Akbar, Rasa Nikmat dan Lezat

Bahan rahasia yang jika dicampurkan ke beras yang akan dimasak maka akan membuat nasi menjadi lebih sehat dan bergizi kata dr Zaidul Akbar, ternyata...
Aktivis Anti-Korupsi Meyakini Bahwa Mardani Maming Adalah Korban dari Pengadilan yang Tidak Merdeka

Aktivis Anti-Korupsi Meyakini Bahwa Mardani Maming Adalah Korban dari Pengadilan yang Tidak Merdeka

Aktivis dan pegiat antikorupsi Bambang Harymurti mengungkapkan bahwa Mardani H Maming menjadi korban dari proses hukum yang dinilai tidak sepenuhnya independen.
Titiek Soeharto Minta Semua Pihak Awasi Mafia Impor: Kalau Dengar yang ‘Bau Amis’ Tolong Dilaporkan

Titiek Soeharto Minta Semua Pihak Awasi Mafia Impor: Kalau Dengar yang ‘Bau Amis’ Tolong Dilaporkan

Titiek Soeharto selaku Ketua Komisi IV DPR menegaskan bahwa pemberantasan mafia impor harus dilakukan agar rakyat Indonesia sejahtera, khususnya para petani.
Kolaborasi AKPRIND University dan STIPRAM Siapkan Seloharjo Menjadi Kawasan Wisata Tanggap Bencana

Kolaborasi AKPRIND University dan STIPRAM Siapkan Seloharjo Menjadi Kawasan Wisata Tanggap Bencana

Kalurahan Seloharjo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, yang berada di kawasan sesar Opak, kerap kali menghadapi potensi bencana alam seperti gempa bumi, kebakaran hutan, dan tanah longsor.
Trending
Shin Tae-yong Dihujani Kabar Baik Secara Beruntun Jelang Laga Timnas Indonesia Lawan Jepang dan Arab Saudi, Apa Saja?

Shin Tae-yong Dihujani Kabar Baik Secara Beruntun Jelang Laga Timnas Indonesia Lawan Jepang dan Arab Saudi, Apa Saja?

Shin Tae-yong dihujani kabar gembira dari Kevin Diks dan Mees Hilgers jelang pertandingan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 kontra Jepang dan Arab Saudi
Berharap Disambut Baik Fans Garuda di SUGBK, Suporter Timnas Jepang: Kami Ingin...

Berharap Disambut Baik Fans Garuda di SUGBK, Suporter Timnas Jepang: Kami Ingin...

Timnas Indonesia akan menjamu Jepang pada laga lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 dan kedua tim dijadwalkan saling berhadapan pada Jumat  15 November 2024.
Coach Justin Tegas Sebut Permintaan PSSI Tak Masuk Akal, Minta Timnas Indonesia Ingat Hal Penting Ini dari Skuad Samurai Biru: Pemain Jepang Itu...

Coach Justin Tegas Sebut Permintaan PSSI Tak Masuk Akal, Minta Timnas Indonesia Ingat Hal Penting Ini dari Skuad Samurai Biru: Pemain Jepang Itu...

Coach Justin blak-blakan bilang permintaan PSSI tak masuk akal perihal Timnas Indonesia menang lawan Jepang. Minta berkaca diri dari pemain Samurai Biru yang...
Media Vietnam Sudah Tahu AFC dan FIFA Tak akan Biarkan Striker Ganas Ini Bantu Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026

Media Vietnam Sudah Tahu AFC dan FIFA Tak akan Biarkan Striker Ganas Ini Bantu Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026

Menurut media Vietnam, striker ganas ini tak akan bisa membela Timnas Indonesia asuhan Shin Tae-yong untuk lolos ke Piala Dunia 2026 dan AFF 2024, ada apa?
Setelah Kevin Diks, PSSI Langsung Beri Bocoran soal Proses Naturalisasi Calon Striker Timnas Indonesia Selanjutnya: Siapa Dia?

Setelah Kevin Diks, PSSI Langsung Beri Bocoran soal Proses Naturalisasi Calon Striker Timnas Indonesia Selanjutnya: Siapa Dia?

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI, Yunus Nusi angkat bicara terkait proses naturalisasi selanjutnya untuk calon pemain berposisi penyerang Timnas Indonesia.
Shin Tae-yong Akhirnya Putuskan Coret Mees Hilgers dari Timnas Indonesia karena Alami Cedera? Sumardji: Tadi Saya Tanya ke...

Shin Tae-yong Akhirnya Putuskan Coret Mees Hilgers dari Timnas Indonesia karena Alami Cedera? Sumardji: Tadi Saya Tanya ke...

Manajer Timnas Indonesia, Sumardji bicara kemungkinan Mees Hilgers dicoret Shin Tae-yong jelang laga Kualifikasi Piala DUnia 2026 Lwan Jepang dan Arab Saudi.
Top 3 Bola: Striker Brasil Bersedia Dinaturalisasi, Daftar Pemain untuk Piala AFF 2024 Full Liga 1, hingga Jawaban Menohok PSSI kepada DPR

Top 3 Bola: Striker Brasil Bersedia Dinaturalisasi, Daftar Pemain untuk Piala AFF 2024 Full Liga 1, hingga Jawaban Menohok PSSI kepada DPR

Rangkaian tiga berita bola terpopuler di tvOnenews.com sepanjang Senin, 4 November 2024.
Selengkapnya
Viral