tvOnenews.com - Perundungan dunia maya (cyberbullying) terus terjadi seiring dengan berkembangnya pemanfaatan media digital. Korbannya bisa siapa saja, tak memandang usia maupun latar belakang. Cyberbullying muncul karena tidak bijaknya seseorang dalam menggunakan atau memanfaatkan teknologi.
Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai Ahmad Faisal Lubis mengungkapkan hal itu saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau untuk segmen pendidikan di Kota Dumai, Senin (13/5).
Ahmad Faisal mengatakan, perundungan (bullying) merupakan sebuah bentuk perilaku agresif yang dilakukan secara berulang dan disengaja untuk menimbulkan perasaan tidak nyaman maupun cedera bagi korban. ”Bedanya dengan cyberbullying, yakni pada penggunaan perangkat dan teknologi digital. Hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting, platform bermain game, dan ponsel,” ujarnya dalam webinar yang dipandu moderator Azka Said.
Cyberbullying, lanjut Ahmad Faisal, jauh lebih berbahaya dibanding dengan bullying yang dilakukan dengan menggunakan kekerasan verbal atau fisik terhadap anak yang jauh lebih lemah dan kecil. Meskipun tindakan penindasan ini tidak terjadi secara fisik, namun memiliki efek yang lebih menghancurkan dan tahan lama.
”Perundungan siber dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa perlu adanya tatap muka. Hal ini dapat memberikan keberanian tersendiri bagi anak– anak untuk melakukan hal yang tidak mungkin mereka lakukan di dunia nyata. Apalagi, mereka dapat membuat fake account hanya untuk mem-bully seseorang di media sosial,” jelas Ahmad Faisal Lubis dalam diskusi virtual bertajuk ”Kenali Jenis Cyberbullying di Dunia Maya”.
Adapun bentuk cyberbullying, menurut Ahmad Faisal, bisa berupa flaming harassment denigration atau perilaku mengirim pesan teks, gangguan, kegelisahan atau pencemaran nama baik dengan kata-kata kasar dan frontal, maupun impersonation atau peniruan dan penyamaran dengan berpura-pura menjadi orang lain.
”Untuk mencegah terjadinya bullying: tunjukkan prestasi, jalin pertemanan dengan banyak orang, tumbuhkan rasa percaya diri, tidak terpancing untuk melawan, jadikan pembulian sebagai penyemangat untuk sukses, tidak menunjukkan sikap takut atau sedih, dan laporkan pada pihak berwenang,” pungkas Ahmad Faisal Lubis di depan para pendidik dan siswa sekolah menengah yang mengikuti diskusi online dengan menggelar nonton bareng (nobar) di sekolah masing-masing.
Beberapa sekolah menengah yang menggelar nobar diskusi online di Kota Dumai, di antaranya: SMAN 1, SMAN 3, SMAN 4, SMAN 5 Dumai, SMPN 2, SMPN 5, SMPN 8, SMPN 9, SMPN 11, SMPN 13, SMPN 14 Dumai, dan SMAN 2 Dumai Timur.
Dari perspektif berbeda, Chief Operating Regional East Java Asia Council for Small Business Eko Pamuji menegaskan, perkembangan penggunaan media sosial makin menyuburkan perundungan dunia maya.
”Pemicu perundungan bisa berawal dari pelaku atau korban, faktor keluarga (sering bertengkar), ada ’kompor’ penyulut, maupun faktor eksternal seperti media massa, penampilan fisik, beda kelas sosial, tradisi senioritas, dan karakter buruk pelaku,” rinci Eko Pamuji.
Sementara, drummer kelompok musik Hijau Daun Rio Aries Kusnanto yang bertindak sebagai key opinion leader diskusi menyebut pentingnya pemahaman keamanan saat berada di dunia digital.
”Aktifkan F2A (autentifikasi 2 faktor), ganti password secara berkala, hati-hati bertransaksi menggunakan Wifi publik. Jangan lupa saring sebelum sharing, dan waspada modus penipuan online agar tidak jadi korban,” jelas Rio Aries Kusnanto.
Untuk diketahui, webinar seperti dihelat di Kota Dumai ini, merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang dilaksanakan sejak 2017. Program #literasidigitalkominfo tersebut tahun ini mulai bergulir pada Februari 2024, berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring.
Meningkatkan kecakapan warga masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 jiwa penduduk Indonesia.(chm)
Load more