Lebih jauh, Jafar mengingatkan pentingnya para pelaku pendidikan meng-upgrade kecakapan digitalnya. Jika aplikasi AI di ruang digital pemanfaatannya positif, akan berdampak pada portofolio dan personal branding yang juga bagus.
”Selain itu, jejak digital yang tak terhapus memudahkan masa depan gemilang dengan banyak tawaran buat karier siswa, baik pekerjaan maupun beasiswa studi, serta banyak peluang lain,” terang Jafar. Tapi, bagaimana kalau siswa salah pilih konten?
Menurut, Mom Influencer Ana Livian, akan berbahaya kalau kita membuat konten dan komentar negatif di ruang digital, karena jejak digital kita akan cemar dan merusak masa depan. ”Jadi, mari rawat agar jejak digital kita di internet selalu positif,” pesan Ana Livian, yang tampil sebagai key opinion leader.
Selain itu, Ana Livian menambahkan, jangan mudah berbagi data pribadi di ruang digital. Kalau perlu, di akun yang bersifat publik, pakai nama samaran dan boleh pakai foto Avatar. ”Ini lebih aman dari ancaman penjahat digital yang suka menduplikasi data pribadi dan menjadikannya aksi kejahatan yang tak terduga,” ujar Ana.
Dari perspektif lain, Kepala Kantor Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng Wilayah III Alwi Achmad Musa mengingatkan peserta untuk selalu menghargai karya orang lain di ruang digital. Jadilah pribadi yang bijak saat berinteraksi di internet, apalagi saat mengunduh karya orang lain. Hargai dan hormati sesuai etika di ruang digital.
”Dengan begitu, kita bisa mengatur teknologi untuk kepentingan dan keluhuran budi kita sebagai manusia bermartabat. Jangan mau jadi korban kemajuan teknologi yang merusak kehidupan kita di masa datang. Ini cara kita menikmati kemajuan teknologi sebagai anugerah,” pesan Alwi Achmad Musa.
Load more