tvOnenews.com - Penghuni dunia digital makin padat. Data We Are Social menyebut, dari 278 juta populasi penduduk Indonesia, lebih dari 73,6 persen terkoneksi internet. Yang jago memanfaatkan, akan menjadi pribadi digital yang tumbuh berkembang serba mudah dan cepat. Dunia pendidikan pun terdampak, setidaknya belajar jadi makin menarik, lebih lengkap, dan makin menantang.
”Tapi ada juga risiko negatif yang, kalau tak hati-hati, siswa dan guru mudah terpapar hoaks, berita palsu, bullying, hingga menebar kebencian yang meresahkan teman. Ini butuh kecakapan, kecerdasan, dan kebijaksanaan untuk menangkalnya di kelas online yang tersebar di berbagai sekolah. Intinya, siswa harus selalu beretika saat belajar di kelas online.”
Paparan di atas disampaikan Kepala Bidang Pendidikan SMA dan Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Gorontalo, Since Ladji, saat menjadi narasumber dalam webinar literasi digital di Kabupaten Boalemo, Rabu (5/6). Webinar untuk segmen pendidikan ini dihelat oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Gorontalo.
Mengupas topik ”Etika Pelajar di Dunia Digital”, diskusi virtual kali ini berlangsung semarak. Diikuti ratusan siswa dan guru di sejumlah sekolah yang menggelar nonton bareng (nobar) di ruang-ruang sekolah. Tidak hanya di Kab. Boalemo, namun juga di dua kabupaten sekitar: Kab. Pohwato dan Kab. Bone Bolango.
Sekolah yang menggelar nobar webinar, di antaranya: SMAN 1 Boalemo, SMAN 1 Bone, SMAN Bone Pantai, SMAN 1 Paguyaman, SMAN Bontulia, SMAN 2 dan SMAN 3 Marisa, SMAN 1 Dulupi, SMAN 1 Tapa Gorontalo, SMAN 1 Suwama, dan SMAN 1 Randangan.
Melanjutkan paparannya, Since Ladji mengatakan, kunci untuk menghindari dampak negatif belajar di ruang online, yakni: bimbingan guru kepada siswa saat mengakses internet. Jelasnya, siswa mesti cerdas dan bijak dalam memilih informasi, juga memverifikasi akun yang diakses untuk menunjang belajar. Manfaatkan akses internet untuk menunjang belajar. Bukan sebaliknya, membuat anak terancam bully dan terpapar hoaks.
”Kemudian, manfaatkan aplikasi digital untuk menangkal hoaks. Ajari siswa selalu bertutur sopan saat di ruang digital, tidak gampang menghujat. Lalu, ajak siswa membanjiri ruang digital dengan konten positif dan menjadi sarana bersaing positif di kelas,” ujar Since Ladji.
Merespons pertanyaan Thamrin, siswa SMAN 1 Bone, terkait ”jurus” yang mesti dilakukan agar tidak menjadi penerus hoaks, anggota Komisi Kajian MPR RI Nuzran Joher menyebut pentingnya siswa meningkatkan kompetensi saat mengakses beragam konten dan link. Kalau ada berita dan informasi yang meragukan, jangan asal klik. Verifikasi dan ajak guru atau teman sekelas mendiskusikannya.
”Biasakan selalu saring dan checking dulu kebenarannya. Di Google saja, banyak aplikasi yang bisa membantu memverifikasi apakah suatu berita itu hoaks atau bukan. Masukkan judul berita ke aplikasi seperti cekfakta.com atau turnbackhoaks.id. Hasilnya bisa jadi rujukan untuk memutuskan kebenaran suatu berita yang meragukan,” terang Nuzran Joher.
Dari perspektif keamanan digital, penyanyi Tonny Purbaya selaku key opinion leader, menyebut pentingnya merawat akun dan data pribadi agar tak mudah diserang hacker yang makin beragam jenisnya. Sebab, mereka bisa menyebar virus malware, baik itu Trojanware, ransomware hingga worm. Malware memudahkan mereka merusak dan memanfaatkan akun atau data pribadi kita untuk keuntungan mereka.
”Cegat dengan membuat password yang rumit dan unik. Jangan buat mereka mudah mengganggu akun dan data pribadi kita. Banyak aplikasi keamanan password yang bisa membantu kita. Googling dan praktikkan, juga ganti password secara teratur,” pungkas Tonny Purbaya dalam webinar yang dipandu moderator Chichi Zakaria.
Untuk diketahui, gelaran webinar di Kabupaten Boalemo ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang dihelat Kemkominfo. GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Hingga akhir 2023, tercatat sebanyak 24,6 juta orang telah mengikuti program peningkatan literasi digital yang dimulai sejak 2017. ”Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia sampai dengan akhir 2024,” tambah Kemenkominfo.
Tahun ini, program #literasidigitalkominfo mulai bergulir pada Februari 2024. Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring seperti akademisi, perusahaan teknologi, serta organisasi masyarakat sipil, program ini bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, kreatif, produktif, dan aman.(chm)
Load more