tvOnenews.com - Bupati Kotawaringin Timur (Kotim), Halikinnor, akan menjadikan kawasan Pulau Hanibung menjadi lokasi taman satwa dan keanekaragaman hayati. Kawasan ini dinilainya sangat cocok, karena disana masih banyak ditemukan banyak spesies hewan dan tumbuhan yang sudah jarang ditemukan di hutan-hutan yang ada di Kotim, semenjak masuknya investasi kehutanan disana.
"Kotim hingga saat ini belum memiliki lawasan khusus untuk melestarikan sekaligus tempat tinggal yang aman dan nyaman bagi hewan-hewan khas kalimantan yang saat ini banyak yang hampir punah. Begitu juga tumbuhan hutannya," ungkap Bupati Halikinnor, Kamis (13/6/2024).
Jika nanti kawasan taman satwa dan keanekaraganam hayati ini selesai dibangun, pasti akan banyak manfaatnya bagi masyarakat Kotim. Meraka bisa melihat langsung hewan dan tanaman langka yang selama ini mungkin hanya mereka ketahui dari buku atau mendengar cerita dari orang-orang tua dulu.
"Generasi penerus kita akan tahu wujud asli dari hewan dan tanaman yang mungkin mereka tahunya lewat buku atau mendengar cerita. Ini adalah investasi ilmu pengetahuan yang pasti sangat berguna," ujarnya optimis.
Selain itu, sambungnya, kawasan taman satwa ini juga bisa menjadi salahsatu sumber PAD Kotim, sebab kawasan Pulau Hanibung akan dijadikan kawasan wisata alam yang menarik bagi wisatawan untuk datang kesana.
Dengan menjadikan Pulau Hanibung sebagai objek wisata taman satwa juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Misalnya dengan membuka usaha transportasi menggunakan perahu menuju Pulau Hanibung, mendirikan penginapan, warung makan dan lain sebagainya.
Sementara itu terpisah, Plt Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kotim, Ramadansyah, menyebutkan, Pulau Hanibung memiliki kekayaan hayati yang beragam sehingga cocok untuk dijadikan objek wisata taman satwa.
“Pulau Hanibung memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai taman wisata, aneka satwa dan pakannya tersedia sampai tumbuhan khas Kalimantan juga ada di pulau itu,” kata Ramadan.
Pulau Hanibung masuk wilayah hulu Desa Camba, Kecamatan Kota Besi. Pulau seluas 260 hektare yang masih alami ini terdapat banyak flora dan fauna. Untuk mencapai pulau tersebut perlu menggunakan perahu yang jika dari Dermaga Habaring Hurung Sampit diperlukan waktu kurang lebih 2 jam.
Pulau Hanibung belakangan santer diperbincangkan masyarakat Kotim sehubungan dengan rencana pembuatan taman satwa oleh pemerintah daerah setempat. Namun bukan tanpa alasan tempat ini dipilih, sebab menurut Ramadan Pulau Hanibung memiliki potensi yang besar.
Tim KeHati (Keanekaragaman Hayati) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng juga telah melakukan survei disana pada akhir Mei 2024 lalu, yang menggunakan beberapa metode survei, yakni analisis vegetasi (anveg), pengambilan foto udara atau mapping, monitoring satwa, wawancara dengan masyarakat sekitar dan pemasangan kamera trap.
“Survei ini dilakukan untuk mengetahui apa saja yang ada di Pulau Hanibung dan bisa atau tidak pulau ini dijadikan taman satwa. Alhamdulillah hasilnya sangat bagus,” ujarnya Ramadan.
Berdasarkan survei tersebut potensi flora yang ditemukan di Pulau Hanibung antara lain, papuri, jambu burung, ubar, ubar putih, gentalang atau manggis hutan, pempaning, ficus, jambu, pelawi, rungun, kakapas, banitan, rengas,jangkit, kumpang, gelam, gelam tikus, halaba, tabulus, tababuluh, pelawan, sepakau, seraka, rawa, katari, bengkirai dan ulin.
Kemudian potensi fauna mulai dari primata ada orang utan, bekantan, lutung hitam, monyet ekor panjang. Aneka burung seperti rangkong, elang brontok, elang bondol, kengkareng dada putih, jalak kerbau, burak, burung hantu, bubut, pempulu, kacer, cucak ijo, murai atau tinjau, tiung mas dan punai.
Ada pula berbagai jenis ikan, seperti hiu kalimantan, parang-parang, lais bamban, lawang, baung, pari air tawar, baga-baga, papuntin, patin, pipih atau belida, gabus, kelabau, sanggang, papuyu atau betok, kapar, seluang, kaloi atau gurame, udang galah, keringau, mangki, masau, sidat dan tapah.
Selain itu, ada pula berbagai jenis reptil seperti buaya muara, biawak, ular piton, king kobra, labi-labi, biuku dan ular welang.
“Tim KeHati juga melakukan survei terkait kondisi ekonomi, geografis, dan lainnya. Kesimpulan yang didapat, semuanya cukup mendukung untuk pembuatan taman satwa,” terangnya.
Namun dari hasil survei tersebut juga ada laporan terkait potensi gangguan meliputi pembukaan lahan perkebunan, pengambilan ikan secara ilegal, perburuan satwa, penebangan liar dan klaim atas kepemilikan lahan.
Hal ini pun menjadi perhatian pemerintah daerah, salah satunya dengan membentuk kelompok masyarakat sadar wisata atau pokdarwis. Tujuannya agar masyarakat sekitar pun turut bersama-sama menjaga Pulau Hanibung, karena ini salah satu visi pemerintah daerah yakni pelestarian lingkungan hidup.(chm)
Load more