tvOnenews.com - Riyanto kini dikenang sebagai pejuang kemanusiaan karena ia menyelamatkan banyak jemaah Gereja Eben Haezer di Mojokerto dari serangan bom, pada malam Natal tahun 2000 silam.
Riyanto yang lahir pada 19 Oktober 1975 itu baru berusia 25 tahun, saat ia bertugas untuk mengamankan Gereja Eben Haezer pada 24 Desember 2000. Di tanggal yang sama juga bertepatan dengan hari ke-20 Ramadan, di mana Riyanto yang merupakan seorang Muslim juga turut berpuasa.
Sebelum kejadian berlangsung Riyanto sudah berpamitan kepada ibunya untuk tidak berbuka puasa di rumah. Sebab, ia bertugas untuk menjaga gereja sesuai dengan instruksi dari Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) saat itu, Gus Dur.
Instruksi tersebut dikeluarkan Gus Dur sebagai buntut dari kerusuhan dan pengerusakan sejumlah gereja yang terjadi di Situbondo, Jawa Timur.
Saat misa berlangsung di malam Natal itulah kejadiaan naas terjadi. Seorang jemaah mencurigai sebuah bingkisan hitam yang tergeletak di luar gereja. Riyanto dan beberapa temannya yang sedang berjaga pun mendekat ke arah bingkisan tadi untuk mengecek isinya.
Setelah diperiksa oleh pihak kepolisian, diketahui jika ada bom dengan rangkaian kabel-kabel di dalamnya yang bisa meledak kapan saja. Alhasil, polisi menyuruh orang-orang yang ada di dekat sana untuk menjauh dan bertiarap.
Belum sampai di tempat tujuan, bom meledak dan membuat tubuh Riyanto terpental hingga puluhan meter. Naas, nyawa sang pemuda Banser NU itu tidak dapat diselamatkan.
Punya jasa yang besar terhadap kehidupan banyak orang di Gereja Eben Haezer membuat Riyanto dijuluki "Pahlawan Kemanusiaan".
Kini, namanya juga dikenang menjadi sebuah nama jalan di Mojokerto. Jalan tersebut merupakan jalan utama untuk mengakses rumah orangtua Riyanto. (ism)
Load more