tvOnenews.com - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mencatat, mulai Agustus 2018 hingga Februari 2023 terdapat 1.730 konten penipuan online (scamming). Platform yang paling banyak dipakai untuk melakukan scamming, yakni melalui pesan singkat/SMS atau telepon (64 persen). Modusnya, mulai dari modus hadiah (36,9 persen), link (33,8 persen), jual beli (29,4 persen), web palsu (27,4 persen), dan penipuan berkedok krisis keluarga (26,5 persen).
”Scamming merupakan upaya penipuan (pengelabuan), dilakukan oleh sekelompok individu atau perusahaan melalui internet,” ujar dosen Universitas Negeri Padang Siska Sasmita, dalam talkshow literasi digital yang digelar Kemkominfo bersama Pemerintah Daerah Kota Pariaman dan komunitas pemuda setempat di Pantai Gandoriah, Pariaman, Sumatera Barat, Minggu (21/7).
Dalam talkshow bertajuk ”Cermati Praktik Scamming di Dunia Online” yang dihadiri puluhan ribu warga itu, Siska mengatakan, kejahatan scamming bisa berkedok penjualan suatu produk, penawaran hadiah, penipuan pinjaman, dan penawaran kerja sama yang menjanjikan keuntungan.
”Yang membuat calon korban percaya pada pelaku (scammer), biasanya ada iming-iming pemberian uang atau sejumlah hadiah. Mereka juga akan menarik informasi data pribadi yang dapat disalahgunakan oleh scammer,” jelas Siska Sasmita dalam talkshow yang dipandu moderator Azka Said itu.
Di hadapan peserta nonton bareng (nobar), Siska mengajak pengguna digital untuk mengenal jenis-jenis kejahatan scamming. Di antaranya fishing, yakni pemanfaatan data pribadi (finansial) yang didapat melalui e-mail, telepon, pesan teks, maupun berupa tautan.
”Lalu ada catfishing (pemalsuan akun media sosial), auction fraud (penipun lelang), donation scam (belas kasihan dengan mengaku butuh bantuan), dan love scam (berpura-pura mencari pasangan),” rinci Siska Sasmita.
Untuk mengantisipasi kejahatan scamming, Siska menyarankan pengguna digital tidak sembarang mengklik asal unduh, waspada terhadap web palsu, verifikasi layanan online sebelum memasukkan data pribadi, mengelola kata sandi, dan menggunakan two factor autetication (2FA).
Nobar talkshow literasi digital untuk pemuda dan organisasi kepemudaan ini diikuti oleh sejumlah komunitas masyarakat di Kota Pariaman. Di antaranya, DKC Pramuka Kota Pariaman, KNPI Kota Pariaman, PMI Kota Pariaman, Youth Center Kota Pariaman, Juventus Club Indonesia Kota Pariaman, serta masyarakat Pariaman dan sekitarnya.
Dari perspektif berbeda, dosen IAIN Kerinci Jafar Ahmad menambahkan, penipuan online dapat dikenali melalui tanda seperti permintaan informasi pribadi yang tidak biasa, penawaran yang terlalu bagus untuk ditolak, situs web abal-abal, dan tautan atau lampiran yang mencurigakan.
”Agar tidak jadi korban penipuan, verifikasi sumber informasi, analisis isi pesan, periksa keamanan situs web (SSL dan URL), perhatikan permintaan pribadi, dan selalu kritis dalam menanggapi,” jelas Jafar Ahmad.
Sementara, menurut presenter Tonny Purbaya, penipuan dunia online bisa terjadi lantaran kita kurang berhati-hati dalam melindungi rekam jejak digital. ”Kita seringkali tidak peduli dengan apa yang kita tinggalkan saat berinternet. Padahal semua informasi yang tertinggal di internet bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” tegasnya.
Untuk diketahui, nobar talkshow seperti digelar di Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat, ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Sejak dimulai pada 2017, sampai dengan akhir 2023 program ini tercatat telah diikuti 24,6 juta orang. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga akhir 2024.
Kecakapan digital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.
Survei APJII juga menyebut, tingkat penetrasi internet Indonesia pada 2024 menyentuh angka 79,5 persen. Ada peningkatan 1,4 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pada 2018, penetrasi internet Indonesia tercatat berada di angka 64,8 persen. Kemudian naik secara berurutan menjadi 73,7 persen pada 2020, 77,01 persen pada 2022, dan 78,19 persen pada 2023.
Load more